Chapter 46

4.1K 340 141
                                    

~Selamat Membacaaa~



"Jadi, kamu keponakan Aila?" Tanya Rizky pada Shakila.

Sore ini Rizky, Gilang, Kenzie dan Demian tiba-tiba mendapatkan kabar dari Gibran bahwa mereka harus berkumpul. Arshaka benar-benar menceritakan semua cerita yang Shakila jelaskan padanya malam tadi. Tidak hanya para orang tua, Arshaka juga meminta para sahabat nya untuk kumpul dan mereka semua menuruti walaupun masih perang dingin. Kini mereka semua sudah berkumpul sekitar 1 jam yang lalu dirumah Gibran, dan sudah mendengarkan semua cerita dan rencana Shakila dari Arshaka.

"Iya Om" Ucap Shakila pelan.

"Maaf Umma, Abba... Shakila baru berani cerita hari ini sama kalian. Shakila gak bermaksud untuk membohongi kalian kalo saja saat itu Shakila mempunyai keberanian yang lebih untuk berterus terang" Lanjut Shakila menunduk malu.

Ayla dan Gibran menghembuskan nafas mereka pelan. Kemudian perempuan yang sudah tidak lagi muda itu menghampiri menantunya yang sedang menunduk takut.

"Tidak apa, Umma mengerti. Hanya saja Umma harap kedepannya kamu bisa lebih jujur dan terbuka sama kita semua, terutama sama Arshaka suami kamu sendiri" Ucap Ayla lembut membuat Shakila mendongakan wajah nya yang sudah memereh menahan tangis.

"Shakila janji Umma" Lirih nya sedih lalu memeluk Ayla dengan erat.

"Jadi Shakila sepupu Aca?" Tanya Aca menatap kearah Shakila dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Dia berlari memeluk Shakila dengan erat. Merasa bahagia saat tahu ternyata dari pihak Bundanya dia masih memiliki saudara.

"Maaf untuk semua kebohongan yang gue lakuin Aca"

"Aca... A-aca bahkan bahagia banget Shakil"

Sesenggukan Aca menangis memeluk tubuh sepupunya. Merasa sangat sakit ketika dulu disaat Shakila membutuhkan sosok saudara, dirinya tidak ada.

"Maaf Shakil, maaf dulu Aca gak ada saat Shakil butuh tempat pulang" Sesal Aca membuat Shakila semakin merasa bersalah.

"Semuanya udah lewat Ca, yang penting sekarang kita udah sama-sama tahu kalo kita masih saudara sepupu dari Tante Aila" Ucap Shakila tulus.

Mendengar nama Bundanya disebut, seketika Anatasya kembali teringat dengan cerita Shakila yang mengatakan bahwa kematian Bundanya tidak wajar.

"Sebentar, jadi Nda itu dibunuh?" Beo Aca dengan pikiran yang kembali blank.

"Nda dibunuh Abba" Cicit nya menatap Gibran dengan sendu.

Gibran mengambil sebelah tangan Aca untuk duduk disampingnya. Lalu memeluk perempuan mungil itu dengan kasih sayang yang tulus.

"Belum pasti sayang, itu hanya dugaan sementara"

"Tapi apa yang Shakila ceritain itu masuk akal semua A-abba" Sesenggukan Aca menangis dalam pelukan Gibran.

Aca meraung-raung dalam pelukan Gibran. Dia berontak saat Gibran menenangkannya. Perempuan itu marah dan berteriak histeris mengetahui jika Bundanya ternyata sengaja dibunuh.

"Ken?" Gibran menatap Kenzie dengan pandangan sayunya.

"AAAAAA... SIAPA YANG JAHAT SAMA ACA SAMPE TEGA BUNUH BUNDA ACA ABBA... SIAPA!!!"

Gadis itu semakin tidak terkendali. Dia menangis sejadi-jadinya dan berontak saat semuanya mencoba untuk menanangkan. Alhasil, tidak ada pilihan lain selain Kenzie yang menyuntikan obat bius pada gadis itu.

Dalam tas nya memang ada beberapa obat dan peralatan rumah sakit yang selalu dia bawa jika berangkat dan pulang dari rumah sakit. Karena tadi dia yang langsung kerumah Gibran, memungkinkan dirinya untuk membawa tas itu.

Klandestin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang