~Selamat Membacaaa~
"SHAKA"
Arshaka menolehkan pandangannya ketika mendengar suara Abba nya. Arshaka berdiri dari duduk nya dan langsung memeluk Gibran.
"Aca Abba... Aca didalam" Lirih Arshaka dalam pelukan Gibran.
"Aca kenapa Nak?" Tanya Ayla khawatir.
"Ayah kenapa tinggalin kita Abba, Umma? Ayah Ghifar sama Nda Ail kenapa tinggalin Aca sendiri?"
"Istigfar Shaka. Jangan mempertanyakan takdir Allah" Nasihat Gibran menenangkan Arshaka yang semakin terisak.
Arshaka sedari kecil dibiasakan memanggil orang tua Aca dengan sebutan yang sama seperti gadis itu, pun Aca yang melakukan hal yang sama. Makanya kedekatan mereka benar-benar seperti orang tua dan anak kandung.
"T-tapi Aca kasihan Abba. Aca selalu nangis sendirian dikamar. Aca selalu kangen Ayah sama Nda Ail. Aca gak sekuat itu Abba"
"Abba tau Shaka, Abba paham. Memang siapa yang mau ditinggalkan dan meninggalkan? Tidak ada Nak. Hanya kita manusia yang masih diberi kesempatan untuk hidup yang harus ikhlas" Lagi Gibran mencoba untuk menenangkan Arshaka yang semakin terisak.
"Ummaaaa" Lirih Arshaka menatap Umma nya yang juga sudah menangis.
"Sini pulang. Jangan berbicara seperti itu lagi sayang"
Arshaka langsung menubruk tubuh Umma nya sambil terus menangis. Hatinya sangat sakit menahan gejolak rindu yang sama seperti Aca pada Ayah dan Bunda mereka.
"Maafin Caka Umma" Lirih laki-laki itu seperti anak kecil.
"Abang, lihat Umma"
Arshaka mendongakan wajah nya untuk melihat sang Umma.
"Abang harus ikhlas. Abang harus kuat. Kalo Abang dan Aca kaya begini terus, Ayah Ghifar dan Nda Ail disana sakit, kecewa melihat anak mereka yang belum juga ikhlas"
"A-abang... Abang sama Aca rindu Umma"
"Rindu bukan begitu caranya. Umma dan Abba juga rindu. Bentuk rindu untuk seseorang yang sudah meninggal itu mendo'akan"
Arshaka merasa tertampar dengan penuturan Umma nya. Dia tahu dirinya salah. Tapi sungguh demi apapun merelakan dan mengikhlaskan seseorang yang sudah meninggalkan memang tidak segampang perkataan. Tapi jika tidak mencoba, sampai kapan kita akan terjebak dalam masa lalu?
"Maaf Umma.. Maaf Abba"
Ayla tersenyum lalu mengecup kening Arshaka dengan sayang. Gibran memeluk dua orang tersayang nya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Tenang disana yah Ghif, Ail. Semoga rindu Aca dan Arshaka tidak menyakiti kalian, batin Gibran memejamkan matanya kuat-kuat.
Pintu ruangan Aca terbuka. Gibran langsung buru-buru menghampiri Kenzie yang merupakan sahabat sedari kecilnya. Kenzie merupakan Ayah dari sahabat Shaka dan Aca yaitu Ryan.
"Gimana keadaan Aca Ken?" Tanya Gibran khawatir.
"Tenang Gib. Aca gapapa. Dia cuman kecapekan aja karena lama nangis. Sebentar lagi juga dia siuman" Jelas Kenzie menepuk pundak Gibran.
"Aca inget Ghifar lagi yah?" Tanya Kenzie hati-hati.
"Hemm. Seperti biasa" Balas Gibran mendesah berat.
"Dia cuman butuh waktu Gib. Sama kaya kita yang dulu lama buat ikhlasin Ghifar. Gak ada yang baik-baik saja dengan kepergian Ghifar dan Aila. Apalagi Aca sebagai anak Gib"
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin
قصص عامةSequel 2G (Bisa dibaca terpisah!!) "Ini dunia gue" "Damn" Suara berat Arshaka terdengar mengerikan ditelinga perempuan itu. "Nakal ternyata, mau gue halalin hemm?" Ucap Arshaka tersenyum smirk. "Ikut pulang kerumah gue" "APA!" Perempuan itu terkejut...