Chapter 31

4.6K 378 70
                                    

~Selamat Membacaaa~


    "Saya sudah memanggil orang tua kalian semua kecuali kamu Naufal. Mereka sedang dalam perjalanan" Ucap Bu Sandra setelah mereka berkumpul di ruang BK.

   "Saya tidak habis pikir dengan kelakuan kalian semua, sampai bisa membuat Sean babak belur seperti itu"

   "Dia yang mencari gara-gara duluan Bu" Ucap Ryan membela diri.

   "Ya memang harus diselesaikan dengan kekerasan?"

   "HARUS! Dan itu mutlak karena dia sudah menyakiti Aca" Jawab Naufal dengan sorot matanya yang masih tajam dan suaranya yang dingin.

   "Apa masalahnya sampai harus berkelahi? Kalian itu hanya anak remaja yang terlalu tersulut emosi. Sadar dengan apa yang kalian lakukan ini hah? Orang tua Sean bisa menuntut kalian ke Polisi!"

   "Kita tidak takut" Jawab mereka bersamaan.

   Bu Sandra menghembuskan nafasnya kasar "Kamu juga Shaka, dulu Ayah kamu Gibran tidak pernah membuat masalah seperti ini, apalagi sampai melukai orang lain. Ayah kamu itu terpandang baik disekolah ini. Mengapa hanya kepintaran nya saja yang menurun sama kamu? Harusnya kamu juga mengikuti jejak dia, apalagi sampai berani membuat anak orang babak belur seperti tadi. Belum lagi Kakek kamu juga merupakan kiyai dipondok pesantren besarkan? Apa kamu tidak malu dengan semua latar belakang mu yang agamis itu tapi kamu malah..."

   "Jangan lupa bahwa darah saya juga mengalir di tubuh Arshaka Faaiz Abiyan Ibu Sandra terhormat!"

   Perkataan Bu Sandra terpotong oleh seorang laki-laki paruh baya yang sialnya masih terlihat tampan berwibawa. Berdiri diambang pintu dengan auranya yang sangat mendominasi. Wajah datar dan mata tajamnya menatap Bu Sandra seakan ingin menguliti guru itu habis-habisan.

   "P-pak Rey?"

   "Mampus kan Kakek Rey yang dateng, abis tu guru nyebelin" Bisik Zaidan pada Elvano.

   "Biarin aja, biar kena mental sekalian" Balas Elvano membuat Zaidan cekikikan.

   "Ah Pak Rey apa kabar?" Tiba-tiba saja Bu Sandra berlaku ramah.

   Rey Geovano Mahendra. Ayah dari Ayla Humaira Kanza selaku Ibu dari Arshaka Faaiz Abiyan merupakan salah satu donatur pertama disekolah ini. Sejak dari Ayla masih bersekolah disini sampai sekarang cucu nya juga bersekolah disini, Rey masih tetap menjadi donatur terbesar dan pertama disekolah ini.

   Nama Rey terkenal dalam dunia bisnis. Sifat nya yang kejam dan tidak akan memaafkan lawan nya yang mencari masalah dengan dirinya sudah banyak diketahui oleh publik.

   Mungkin Gibran bisa dikatakan remaja baik-baik yang bisa saja dengan gampang memaafkan orang lain dan sabar dalam mengontrol emosi, karena dia keturunan dari Arkan dan Isfa yang juga memiliki sifat yang sama. Namun itu semua tidak berlaku bagi Arshaka. Dalam tubuhnya mengalir darah dua marga yang bertolak belakang. Arshaka bisa saja seperti Ayah nya Gibran dan Kakek nya Arkan dalam menguasai dunia agamis. Tapi disisi lain dalam dirinya juga mengalir darah Ayla keturunan Rey yang bisa kapan saja meledakan emosinya. Dengan perpaduan dua darah yang berbeda, membuat Arshaka terkadang berperilaku seperti Abba nya dalam satu waktu. Dan kini dia menunjukan sisi lain dari dirinya yang dia dapatkan dari Kakek nya Rey.

   "Perkataan anda sungguh sangat melukai hati saya Bu Sandra" Ucap Rey dengan masih mempertahankan wajah datarnya.

   "Ah tidak Pak Rey maksud saya itu..."

   "Saya memang tidak menoleransi apa yang sudah cucu saya lakukan terhadap siswa lain. Tapi perkatan anda itu tidak cocok keluar dari seseorang yang berpendidikan dan memegang profesi sebagai guru. Seorang anak tidak bisa disamaratakan dengan orang tua nya. Anak yang terlahir kembar pun terkadang sangat bertolak belakang Bu Sandra. Saya datang untuk mendengarkan permasalan ini dari dua sudut pandang, bukan malah mendengarkan anda yang memojokan cucu saya tanpa tahu permasalahannya apa" Tenang namun tersirat bahwa dirinya sedang menahan emosi.

Klandestin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang