"Jadi kapan kita mau ke puncak bogor?." Tanya Fares bersemangat menompangkan dagu nya di kedua tangannya dengan posisi berbaring telungkup di kasur menghadap Firna yang sedang menyisir rambutnya.
Ini sudah ke empat kali nya Fares bertanya Firna sampai bosan mendengarnya padahal jelas-jelas dirinya sudah menjawab lusa atau lusa nya lagi tidak mungkin besok karna badan nya masih cukup pegal dan tidak mendukung untuk bepergian lumayan jauh.
Firna menatap Fares dari pantulan cermin entah angin apa yang merasuki suami nya hingga tiba-tiba jadi bawel begitu, bahkan agak sedikit clingy?
Apa karna efek semalam? Please ada yang sama juga gak sih suami nya yang tiba-tiba berubah dari tabiat aslinya setelah dikasih jatah, apa cuman Fares doang?
"Lusa mungkin kak." Ucapnya sedikit sewot menegaskan ucapan nya.
"Kapan, Na."
Benar-benar menguji kesabaran Firna tidak habis pikir apa perlu dirinya memakai toa mesjid untuk berbicara dengan Fares agar cowo itu puas dengan jawabannya? Tapi rasa nya bodoh sekali jika begitu.
Firna mencepol rambutnya dengan rapih melengos keluar kamar memilih untuk tidak menggubris suami nya yang mulai tidak jelas.
Ditinggal pergi tentu saja Fares langsung melesat dari kasur menyusul sang istri yang ternyata sedang melihat acara tv, tanpa persetujuan Fares duduk begitu saja disebelah Firna menyandarkan kepalanya di dada yang nyaman sang istri.
Mulut Firna menganga tidak habis pikir dengan sikap suami nya yang tidak bisa jauh dan mau nya nempel terus dengannya seolah dirinya akan pergi jika lepas dari pandangannya.
"Kak, sehat gak sih?." Tangan lembutnya menyentuh kening Fares yang sama sekali tidak terasa panas.
"Ini suami aku ke tuker apa ya, tapi sama siapa?."
"Orang mau manja-manjaan sama istri kok." Ucapnya santai mengambil tangan halus yang sempat mengecek suhu dahi nya menggenggamnya dengan erat lalu menduselkan wajahnya dileher sang istri.
Gila, ini benar-benar gila.
Fares pengen manja-manjaan sama istri? Apa tidak salah dengar ini telinga normal Firna.
Tumben banget bjir.
"Kak, kakak benaran nggak apa-apa?." Cemas nya.
"Aku gapapa sayang."
What the—
Fiks.... Ini sih emang benaran ada yang salah dengan otak Fares.
*****
Ingin tidur saja rasanya sangat gelisah jika terus diperhatikan seolah dirinya itu adalah maling yang kalo lengah dikit langsung ilang di pandangan mata.
Firna merubah posisi tidurnya menjadi terlentang. "Aku gak nyaman kalo diliatin terus kaya gitu." Komplen Firna.
Kening Fares mengerut. "Bukannya cewek suka diperhatiin?."
"Aku malah takut."
"Kok takut?." Beo Fares kebingungan padahal jelas-jelas dari informasi akurat yang dirinya dapat perempuan akan senang dan baper jika diperhatikan oleh laki-laki yang disukainya.
Firna mendengus pelan. "Gimana gak takut kalo diliatin nya kaya orang gak nemu makan dua pekan." Ucapnya kesal.
Mata nya berkedip. "Emang segitunya banget ya?." Tanya Fares tidak sadar diri. "Perasaan biasa aja gue liatin nya."
Firna berdecak memang susah dikasih tau, badannya langsung bangun duduk bersila menatap suami nya dengan kekesalan yang sedari tadi dirinya rasakan.
"Biasa aja apanya, nih, mata kak Fares tuh kaya gini tau gak." Firna memperagakan matanya mencoba melotot mencontohkan gambaran Fares yang menatapnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Istri Kecilku
Teen FictionBerawal dari sebuah ketidak sengajaan dan berujung pertanggung jawaban seorang laki-laki yang dipaksa menikahi seorang gadis lugu dan polos, bahkan bisa dikatakan masih dibawah umur? Bagimana jadi nya?