"Ngapain lagi lo kesini?." Safira bertanya dengan nada sewot kepada Bagas yang sudah meringis ketakutan melihat nya yang berkacak pinggang dengan angkuh.
"Beb, pulang yuk. Firna biar sama suami nya aja, kita gak boleh ikut campur dalam rumah tangga orang." Ajak Bagas.
Firna melotot. "Ngaca!!." Ketus nya berteriak didepan wajah Bagas. "Lo selama ini ngebantuin Fares ngurusin tuh cewe murahan emang bukan ikut campur namanya hah?!."
"Tapi kan."
"Kebanyakan tapi hidup lo, udah sana pergi." Usir Safira.
"Inget ya selama masalah Firna dan Fares belum selesai gue sama lo juga belum!." Ucap nya lalu menutup pintu rumah Firna.
Bagas menghela nafas kasar lalu berbalik berjalan keluar dari pekarangan rumah besar Firna menghampiri Fares yang menunggu nya.
"Gimana?." Fares bertanya penuh harap.
Bagas menggeleng lesuh. "Gagal lagi." Ucap nya membuat Fares jadi ikut lesuh mendengarnya ini sudah kesekian kali nya mereka datang kesana berharap bisa bertemu dengan Firna dan membicarakan semua nya ternyata tidak semudah itu.
Jika pawang nya Safira maka akan sedikit susah karna perempuan satu itu cukup gacor dalam menghadapi masalah.
"Lo gak bisa apa bujuk cewek lo."
"Kalo bisa mah udah dari kemaren-kemaren tot. Ini kalo kaya gini terus bisa hubungan gue juga yang terombang-ambing." Ujar Bagas mengacak-acak rambutnya prustasi.
"Tessa masih gak mau ngomong?." Fares menggeleng.
Mengingat perempuan satu itu darah Fares kembali mendidih sepertinya dia sengaja ingin membuat hubungan rumah tangga Fares berantakan.
Fares sudah sempat memaksa Tessa untuk berbicara kepada Firna agar menjelaskan kejadian yang sebenarnya namun Tessa malah tertawa diatas permasalahannya.
"Paksa aja."
"Lo gak inget lusa kemaren?."
Tessa bukan lah orang yang akan mudah takluk dia punya pendirian yang kuat, tidak peduli seberapa besar ancaman yang Fares berikan dia tidak akan luluh bahkan Tessa lebih memilih ancaman yang diberikan Fares dibanding harus buka mulut.
Bagas berdecak. "Sinting juga tuh cewe sebenernya, udah ringsek otak nya." Ucap nya geleng-geleng mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. "Terus ini gimana?." Tanya Bagas.
"Pulang dulu aja, mau kita nunggu lama disini juga percuma nanti gue pikirin cara lain." Jawab Fares.
Semenjak kejadian dirumah sakit dia mulai kehilangan jam istirahat nya bagimana tidak jika istri nya saja tidak ingin bertemu dan mendengarkannya gimana Fares bisa beristirahat dengan tenang.
"Sini gue aja yang bawa cukup tadi aja terotoar lo samperin gue masih mau hidup."
Fares tidak banyak komplen dia langsung mundur ke jok belakang motornya membiarkan Bagas yang menyetir motor.
*****
"Na, aku pulang dulu ya paling jam delapan atau sembilan aku kesini lagi, gapapa kan?." Kata Safira menguncir rambut nya menjadi satu siap untuk pergi.
Firna hanya mengangguk kecil memakan buah-buah an yang sudah dipotong oleh pembantu rumah nya. "Gapapa kak, justru aku berterima kasih banget karna kakak udah mau nemenin aku terus." Ucap Firna tersenyum tipis.
Safira mengelus perut Firna dibalik dress rumahan yang dipakainya. "Ikut seneng juga bisa jagain bumil lagi, udah lama juga kan kita gak ketemu." Ujar nya.
Firna tersenyum. "Dijemput gojek pulang nya?."
Safira mengangguk. "Yaudah ya, aku pergi dulu." Pamit nya.
"Hati-hati ya kak." Ucap Firna pelan kepada Safira yang sudah siap beranjak.
"Bye." Firna mengangguk kecil melambaikan tangannya.
Setelah Safira pergi tidak ada kegiatan yang Firna lakukan lagi selain makan dan menonton tv meskipun terasa membosankan tapi semua itu tidak buruk untuk dilakukan untuk mengisi waktu nya di keadaan sekarang.
Hampir seminggu Firna menghindari Fares rasa kecewa nya masih sangat besar untuk melihat wajah suami nya itu walaupun terkadang dia juga sering merasa rindu kepada Fares tapi dia tidak akan luluh begitu saja.
Dilema? Tentu saja.
Keberadaan Firna dirumah orang tuanya sudah diketahui oleh kedua orang tua nya hanya saja dia berbohong tentang alasannya karna tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.
Firna menghela nafas pelan melihat ponselnya yang sedari tadi tidak berhenti mengeluarkan bunyi notifikasi masuk namun tidak dihiraukannya.
Firna sudah bisa menebak siapa pelakunya hanya ada satu nama yang memenuhi layar ponselnya siapa lagi jika bukan Fares yang terus berusaha untuk menghubunginya walaupun tidak pernah dia gubris.
Terlalu malas menghiraukan Firna meninggalkan ponselnya pergi menuju kamar nya untuk beristirahat berhubung keadaan hati nya saat ini sudah tidak lagi sehancur waktu itu jadi sekarang Firna lebih memikirkan kesehatan bayi nya saja karna menangis dan meratapi nasib tidak akan mengubah sesuatu untuk lebih baik.
Firna akan buktikan kepada semua orang dan dunia jika dirinya sekarang bukan lah gadis lemah yang tidak bisa melakukan sesuatu untuk kebahagiaannya sendiri.
Sedangkan ditempat lain tepatnya dirumah Fares dia sedang menggerutu berdecak kesal karna semua pesan chat nya tidak satu pun yang dibalas oleh Firna jangan kan di balas dilihat pun tidak.
Fares melempar ponselnya ke kasur berkacak pinggang. "Harus gimana lagi sekarang?." Gumamnya bertanya pada diri sendiri.
Jika Firna terus berada di dalam lingkungan rumah orang tua nya Fares pasti akan susah untuk bisa menemui nya karna Firna benar-benar melarang keras dirinya untuk bisa masuk menemuinya.
Fares mengusap kasar wajah nya lalu menghembaskan badannya ke kasur berbaring telentang memandang lelangitan kamar.
"Aku kangen banget sama kamu, Na." Lirih Fares hati nya benar-benar merasakan kesedihan yang luar biasa ditinggalkan istri nya dengan cara seperti ini.
Baru hendak memejamkan matanya yang terasa berat ketukan pintu membuat Fares menghela nafas dengan panjang lalu bangun membuka pintu kamar nya.
"Apa?."
"Makan dulu, gue beli ketoprak nih." Ajak Jino yang baru datang setelah bekerja.
"Lo sama Bagas aja dulu gue mau tidur bentar." Ucap Fares lalu menutup pintu kamar nya kembali.
Jino berdecak pelan lalu menghampiri Bagas yang sedang bermain game di sofa. "Tadi dia makan gak?." Tanya Jino.
"Kayanya sih kagak." Timpal Bagas menyudahi permainan game nya untuk ikut bergabung dengan Jino ke meja makan.
Untuk sementara ini memang mereka berdua tinggal dirumah Fares menemani sang tuan rumah yang sedang galau karna permasalahan rumah tangga.
"Tadi gimana?." Tanya Jino menanyakan hasil usaha mereka yang mencoba menemui Firna untuk kesekian kalian nya.
"Sama aja."
"Dibilang pertama yang harus dideketin cewek lo dulu, sekarang Firna lagi deket-deket nya sama Safira kan itu bisa jadi peluang." Ucap Jino.
"Masalahnya dia juga lagi bete sama gue."
"Bego. Lo kan cowok nya, pacaran bertahun-tahun masa iya kagak tau cara ngebaikinnya." Ujar Jino setengah gemas.
"Tau dah bingung gue." Bagas sedang malas ambil pusing sekarang dia ingin menikmati makanannya dulu.
Jino geleng-geleng. "Kalo gini terus gue juga pasti yang bakalan ikut-ikutan." Gumam Jino menghela nafas pelan.
To be continude
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Istri Kecilku
Teen FictionBerawal dari sebuah ketidak sengajaan dan berujung pertanggung jawaban seorang laki-laki yang dipaksa menikahi seorang gadis lugu dan polos, bahkan bisa dikatakan masih dibawah umur? Bagimana jadi nya?