Setelah hampir satu minggu berada di Bali menghabiskan waktu bersama berlibur berdua akhirnya hari ini Fares dan Firna kembali pulang ke Jakarta.
Fares meregangkan otot tangannya yang sedikit keram karna dijadikan tompangan Firna yang tidur selama perjalanan.
Kedua nya sudah sampai di bandara disambut hangat oleh Jino, kedua orang tua Firna tidak bisa menjemput karna ada perjalanan bisnis yang mereka sedang lakukan di Sulawesi tapi meskipun begitu mereka masih sempat mengobrol lewat vidio call.
"Gimana kabar, aman aja kan?."
"Aman. Cafe gimana selama gue gak ada?."
"Tenang aja sama Jino semuanya aman." Balas Jino, mereka berjalan menuju parkiran bandara.
"Capek banget, Na." Goda Jino melihat wajah Firna yang tampak lelah namun disalah artikan oleh dirinya.
"Lumayan, kak."
"Pasti melelahkan banget ya hari-hari kemarin." Jino berbicara sambil menaik turun kan alisnya menggoda Firna.
Firna yang tidak mengerti dengan maksud sebenarnya Jino hanya mengiyakan saja.
"Kak Jino bawa mobil siapa?." Tanya Firna melihat mobil yang akan menjadi kendaraan mereka pulang kerumah dan dari apa yang Firna lihat sepertinya mobil itu tampak masih baru.
Jino dan Fares saling pandang kemudian Jino langsung tertawa renyah menepuk-nepuk dada nya dengan bangga. "Hasil main slot tiga malem, keren kan." Ucap nya namun terdengar seperti candaan semata.
Mendengar jawaban ngawur Jino Firna lebih memilih untuk tidak bertanya kembali dan masuk kedalam mobil yang dibuka kan pintunya oleh Fares.
Firna duduk di kursi belakang sendirian sedangkan Fares duduk didepan menemani Jino agar lebih sopan dan tidak terkesan bagaikan supir.
Sepanjang perjalanan Jino banyak bercerita selama ditinggal mereka berlibur bahkan Jino juga menceritakan bagimana sial nya dirinya yang katanya sempat di ganggu oleh sesuatu dirumah Fares dan Firna padahal selama ini Fares atau pun Firna tidak pernah mendapatkan hal-hal seperti itu selama tinggal dirumah mereka.
Tanggapan Fares hanya cuek saja ber-oh ria tanpa banyak berbicara sedangkan Firna cewek itu tampak penasaran dan begitu tertarik dengan cerita Jino karna dirinya tidak pernah mengalami hal itu.
Fares yang tau Jino akan melebihkan cerita nya untuk menakut-nakuti Firna langsung menoyor halus kepala sahabatnya itu memberi peringatkan agar berhenti mengarang cerita.
"Fokus aja nyetir." Ucap Fares namun ucapannya tidak digubris oleh Jino dan Firna yang malah makin asik mengobrol mencuekan dirinya.
"Terus lo tau gak, Na, ternyata pas gue mau balik lagi ke dapur buat nyerang balik setan nya dia udah gak ada, mungkin takut sama keberanian gue."
"Tapi kenapa harus lari dulu kalo berani?."
"Buat jadi berani tuh perlu persiapan diri dulu, minimal bawa sesuatu buat jadi perlawanan jangan tangan kosong, nanti kalo setannya nyerang gimana." Firna mengangguk-angguk percaya saja dengan ucapan Jino.
"Sesat lo percaya omongan Jino."
"Enak aja gue dibilang sesat, gue tuh ngasih edukasi yang baik." Protes Jino tidak terima.
"Bener tau kak, nanti kalo semisal setan nya tiba-tiba gangguin kita kan jadi tau harus apa." Ucap Firna mendukung Jino.
Fares berdecak. "Mana ada setan sih Na dirumah kita, emang pernah kita digangguin selama ini?." Tanya Fares, Firna menggeleng pelan karna memang dirinya tidak pernah merasa diganggu atau terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Istri Kecilku
Fiksi RemajaBerawal dari sebuah ketidak sengajaan dan berujung pertanggung jawaban seorang laki-laki yang dipaksa menikahi seorang gadis lugu dan polos, bahkan bisa dikatakan masih dibawah umur? Bagimana jadi nya?