37. Rujak

1K 89 0
                                    

Malam lumayan larut jam menujukan pukul setengah satu dini hari dan Firna yang semula tidur dengan nyenyak tiba-tiba terbangun dengan perasaan ingin sesuatu yang harus dilakukan saat itu juga.

Melihat suami nya yang masih lelap tidur membuat Firna mengurungkan niatnya untuk membangunkan karna tidak tega apalagi sudah lumayan larut, Firna mencoba untuk tidur kembali tapi nihil mau sekeras apapun dia coba untuk memejamkan matanya dan tidur tetap saja kembali terjaga karna perasaan yang mengganjal.

Firna bangun merubah posisi duduknya menjadi setengah bersandar mengelus perutnya yang masih sangat rata.

"Kenapa gak besok aja sih sayang." Gumam nya pelan berbicara pada janin di perutnya.

Bingung harus melakukan apa Firna membuka ponselnya membuka YouTube dan menonton vidio mukbang rujak yang begitu segar hingga tidak terasa air liur nya keluar dari sudut bibirnya.

Firna semakin ngiler melihat vidio mukbang itu, tangannya menyeka ujung bibirnya yang berliur seperti anak kecil yang ingin makan sesuatu tapi tidak kesampaian.

Tidak kuat menahan rasa yang menggebu-gebu di pikirannya akhirnya Firna menyimpan ponselnya lagi kemudian membangun kan Fares pelan-pelan.

Merasa tidurnya terusik Fares mulai mengerjabkan matanya, berkedip menetralkan cahaya yang masuk ke penglihatan nya dan segera bangun ketika melihat istrinya.

"Kenapa sayang?." Tanya Fares dengan suara serak nya.

"Aku mau makan rujak." Cicit Firna terdengar pelan sambil menaikan ujung kaos Fares.

"Rujak?." Firna mengangguk dengan tampang melas penuh harap.

Fares mengambil ponsel nya melihat jam lalu menatap istrinya. "Yang bener aja Na ini jam satu loh." Fares agak sedikit ragu dengan kemauan Firna.

"Tapi aku mau, liat aku sampe ngeces gini." Ucap nya menunjuk sudut bibirnya.

Fares menggaruk leher nya agak tidak habis pikir. "Ini ceritanya kamu ngidam?."

"Bukan ceritanya, tapi emang lagi ngidam beneran." Cetus Firna tiba-tiba sebal kepada suami nya itu.

"Makan rujak malem gini nanti sakit perut loh sayang, besok aja ya." Ucap Fares dengan lembut tidak ingin membuat mood Firna jadi jelek.

Firna menggeleng. "Mau sekarang." Mutlak nya.

"Beli dimana aku rujak jam segini?." Bingung Fares tapi Firna tidak mau tau intinya dia mau rujaknya sekarang tidak peduli dimana dan kemana Fares bisa mendapatkan nya.

Fares mengusap wajahnya pelan menghela nafas panjang lalu turun dari kasur. "Yaudah tunggu dulu ya." Ucap nya hendak pergi keluar kamar tapi Firna dengan cepat langsung mengekori nya.

"Ikut."

"Udah malem sayang."

Fares kembali menghela nafas saat Firna enggan melepaskan rangkulan tangannya mau tidak mau dia harus mengajak nya.

Kebetulan saat keluar kamar Ardi ternyata belum tidur dan sedang duduk di sofa menikmati secangkir kopi sambil menonton acara bola di televisi.

"Mau kemana?." Tanya Ardi melihat pasang suami istri itu keluar dari kamar malam-malam.

"Mang, yang jual rujak disini dimana ya?." Bukannya menjawab Fares justru balik bertanya.

"Jam segini udah gak ada yang jual rujak pada tutup, siapa yang mau beli kalo pun ada yang jual jam segini." Ujar Ardi.

"Denger kan jam segini disini udah pada tutup yang jual rujak nya." Firna hampir putus asa mendengar hal itu wajahnya berubah sedih.

"Loh lagi ngidam toh istri kamu?." Fares mengangguk.

Ardi menyeruput kopi di gelasnya lalu berdiri mematikan tv. "Ayo mamang ambilin buah di belakang, bikin rujak sendiri aja." Ajak Ardi berjalan lebih dulu ke halaman belakang villa yang memang terdapat pohon-pohon buah-buahan yang siap panen.

Firna langsung melengkungkan senyumannya lalu menarik tangan Fares untuk mengikuti Ardi ke belakang. "Ayo kak." Fares pasrah saja ditarik-tarik istrinya.

Sampai di halaman belakang Ardi sudah siap dengan tas goni dan senter yang tergantung dilehernya. "Biar cepet kamu ambil buah blimbing mamang ambil jambu air nya." Ucap Ardi membagi tugas kemudian mulai naik ke atas pohon jambu air, syukurnya tadi sore tidak hujan jadi pohonnya gampang untuk dipanjat tidak licin.

Fares menatap pohon belimbing yang lumayan tinggi. "Kamu yang senterin ya." Firna mengangguk mengambil senter dan mengarahkan nya ke pohon belimbing yang akan Fares panjat.

"Semangat kak, hati-hati manjat nya." Firna coba untuk memberi semangat sebelum suami nya itu naik.

Sebelum naik Fares berdoa terlebih dahulu agar tidak jatuh karna ini adalah pertama kali nya lagi dia manjat pohon begini udah kaya monyet dia gelantung an di pohon malam-malam tapi demi mewujudkan ngidam sang istri Fares pasrah dan rela saja tidak papa lah disamakan dengan monyet juga.

"Awas jatuh kak." Firna ngeri sendiri melihat suami nya diatas pohon tapi merasa lucu juga.

"Senterin yang bener, Na." Teriak Fares karna Firna menyenteri nya sambil cekikikan jadi cahayanya bergerak-gerak membuat dirinya tidak fokus dan untung saja pohonnya juga tidak bersemut.

Bodoh nya Fares dia baru sadar tidak membawa tas seperti pamannya mau tidak mau dia angkat baju nya hingga setengah lalu menggigitnya untuk menyimpan buah belimbingnya karna jika dijatuhkan pasti akan bonyok.

Fares membatin, ternyata begini rasanya harus nurutin ngidam istri yang gak pernah kenal waktu dan keadaan mungkin kalo ada angin penting beliung pun kalo istri nya itu tiba-tiba ngidam dia tetap harus menerobos nya.

Setelah memetik beberapa belimbing yang matang dan dirasa cukup Fares segera turun dengan baju yang terangkat menghampiri Firna yang masih cekikikan menertawakannya entah apa yang lucu.

"Kak Fares kaya bocil nyolong buah." Ledek Firna membuat Fares mengernyit memang tampang nya terlihat seperti itu kah?.

Fares menyentil pelan ujung hidung Firna. "Ambilin tempat buat buah nya dulu gih, aku mau bantuin mang Ardi ambil mangga tuh." Suruh Fares melihat Ardi yang sudah selesai memetik buah jambu air nya dan kini sedang menggalah mangga dengan bambu brongsong.

"Oke." Firna menyimpan senternya lalu masuk kedalam menuju dapur untuk mengambil kontainer untuk buah-buahan nya.

"Belum tidur?." Firna tersentak pelan badannya langsung berbalik terkejut melihat Yasi berdiri menggunakan mukena putihnya.

"Aku kaget." Ucapnya pelan mengusap dada nya membuat Yasi tertawa kecil melihat raut wajah polos itu.

"Cari apa?." Tanya Yasi mendekat.

"Kontainer."

Yasi membuka lemari kecil tempat menyimpan wadah-wadah dan peralatan masaknya mengambil kontainer berukuran sedang memberikannya pada Firna. "Buat apa emangnya?." Tanya nya penasaran.

"Lagi ngidam rujak katanya." Bukan Firna yang menjawab melainkan Ardi yang datang membawa tas goni berisi buah-buah an yang dipetiknya disusul Fares dibelakangnya.

"Oalah, sini buah nya aku cuci sekalian buat sambelnya." Ardi memberikan tas goni nya pada Yasi lalu pergi menuju kamar mandi untuk bersih-bersih begitu pula dengan Fares.

Firna tersenyum malu sekaligus merasa tidak enak hati karna malah merepotkan semua orang jadinya. "Maaf ya aku jadi ngerepotin semua orang." Ucap nya dengan sungkan mendekati Yasi yang sedang mencuci buah.

Yasi tersenyum meletakan buah nya kedalam kontainer. "Biasa namanya juga orang hamil, bibi juga dulu begitu." Ujar nya membuat Firna ikutan tersenyum kecil.

Firna membantu mengupasi buah nya sedangkan Yasi membuat sambal nya, Fares yang selesai bersih-bersih menghampiri Firna langsung mengambil alih pisau ditangan nya.

"Aku aja, ngeri aku liat kamu potongin buah." Ucap Fares.

"Aku bantuin." Fares menggeleng menggeser badan Firna kesamping lalu mulai memotong buah-buah an nya dengan telaten.

Yasi yang menjadi saksi kedua nya hanya tersenyum simpul, dulu juga dia merasakan moment seperti itu jadi dirinya mewajarkan saja dan memilih untuk diam tidak ikut campur.







To be continude

Menikahi Istri KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang