58. Serangan Tessa

797 66 12
                                    

"Masih belum dibuka?." Gumam Firna melihat paket yang masih tergeletak di meja dia kira sudah dibuka oleh Fares kemarin atau tadi sebelum pergi bekerja sepertinya suami nya itu lupa.

Saat hendak mengambil remot tv yang kebetulan dimeja dekat paket tapi tiba-tiba penciuman Firna mencium bau amis yang cukup sengit membuat nya hampir muntah.

Firna menutup hidung nya mata nya menggeledah kesekeliling mencari sumber bau amis tersebut kemudian mata nya tertuju pada paket yang belum di buka itu.

Dirumah hanya ada dirinya sendiri Firna yang penasaran akhirnya mengambil gunting untuk membuka nya sepertinya sumber bau itu muncul dari dalam paket yang hanya terbalut dus dan solatip merah saja.

Beberapa kali Firna ingin memuntahkan isi perut nya saat aroma amis semakin tercium jelas kala diri nya membuka paket itu rasa penasarannya semakin menjadi-jadi sebenarnya apa yang suami nya itu pesan.

"Huekk." Firna mulai tidak sanggup dengan bau nya, tangannya perlahan membuka kardus berukuran sedang di pangkuannya dan saat melihat isi didalam nya bola mata nya langsung membulat besar dengan tangan bergetar syok.

"AKHHH!!!." Jerit Firna spontan melempar kardus itu ke lantai hingga isi didalam nya keluar mengotori lantai rumah nya.

Selembar kertas dengan tulisan merah membuat badan Firna menjadi lemas tangannya bergetar hebat rasa takut dan jijik menjadi satu membuat wajah nya langsung berubah pias.

Dengan badan yang gemetar Firna berjalan menuju kamar nya mengambil ponsel untuk langsung mengabari Fares, tenggorokannya terasa kering dan kelu karna terlalu syok.

Beberapa kali Firna menelpon tapi Fares tidak kunjung menjawabnya badan Firna terduduk letih di kasur pandangan mata nya berubah kosong beberapa pesan suara dia kirimkan kepada Fares dengan suara yang bergetar.

Firna naik keatas kasur memeluk dirinya sendiri untuk pertama kali nya Firna mendapatkan kejadian seperti ini selama hidup nya.

Apakah ini sebuah teror?

Suara dering telpon membuat Firna segera mengangkat nya. "Kak Fares, aku takut." Lirih Firna suara nya setengah berbisik.

"Sayang tenang ya, telpon nya jangan dimatiin aku pulang sekarang." Ucap Fares dari seberang sana terdengar sangat khawatir.

Firna tidak menjawab wajah nya ia benamkan diantara lutut nya isak tangis mulai keluar dari bibir nya membuat Fares yang mendengar itu semakin kalang kabut disana.










*****







"Sssttttt udah sayang, aku ada disini sekarang." Fares terus menenangkan Firna yang masih saja menangis dipelukan nya.

Safira Bagas dan Jino yang melihat itu dibuat iba, mereka sudah melihat paket teror dan surat ancaman yang entah siapa pengirimnya tapi kemungkinan hanya satu orang tersangka nya sekarang.

Firna melepaskan pelukannya mata sembab nya menatap Fares dengan lekat. "Bayi kita dalam bahaya kak." Ucap nya dengan lirih nada bicara terdengar ketakutan.

"Ngga sayang, gak akan terjadi apapun." Ujar Fares merapihkan rambut istri nya menghapus buliran air mata yang membasahi kedua pipi nya.

"Kamu tenang aja aku gak akan biarin apapun terjadi sama kalian berdua." Ucap Fares berusaha meyakinkan Firna agar lebih tenang.

"Mau minum lagi?." Tawar Fares Firna menggeleng pelan tangisannya perlahan mulai mereda hanya isakan kecil yang terdengar.

"Res kayanya kita—." Fares mengangkat tangannya mengisyaratkan Jino untuk menghentikan ucapannya dia tidak ingin membahas masalah teror ini depan istri nya yang masih sangat syok.

Bagas yang paham keadaan mengajak pacar dan temenanya untuk keluar dari kamar meninggalkan pasangan suami istri itu berdua dulu.

Tidak ada kata yang Fares ucapan setelah teman-temannya keluar dia membiarkan Firna untuk tenang terlebih dulu sebelum mengajaknya berbicara.

Fares mengelus dengan penuh kasih sayang rambut istri nya yang berantakan. "Gimana, udahan enakan?." Tanya Fares dengan lembut.

Firna mengangguk pelan setelah dirasa keadaan hati nya sudah lumayan tenang dan tidak se syok tadi. "Aku takut." Lirih nya pelan mengungkapkan perasaan nya saat ini.

"Aku ngerti perasaan kamu." Ucap Fares membawa kepala Firna untuk kembali bersandar kepadanya.

Elusan lembut di kepala nya membuat Firna merasa nyaman tangannya melingkar dileher Fares dengan sengat erat wajah nya ia benamkan dileher sang suami.

"Istirahat ya, aku mau ngobrol dulu sama mereka diluar." Ujar Fares setelah Firna benar-benar tenang dengan keadaannya.

Firna mengangguk pelan melepaskan tangannya lalu berbaring terlentang dibantu oleh Fares yang juga menyiapkan bantal sanggahan untuk perutnya agar nyaman.

"Aku keluar dulu ya, kamu istirahat." Fares mengecup singkat kening Firna lalu pergi keluar kamar meninggalkan Firna yang perlahan terlelap dari kesadarannya.

Diruang tengah ketiga orang yang sedari tadi mengobrol sambil menunggu Fares langsung mengeluarkan beberapa pendapat mereka saat Fares   Sudah duduk disofa.

"Kata gue mah ini udah keterlaluan Res, lebih baik libatin polisi aja buat ngurus dia." Ujar Jino.

Safira mengangguk setuju. "Sampah banget cara nya, murahan, mendingan langsung di masukin sel aja." Kata nya.

Fares menghela nafas pelan tidak segampang itu untuk melibatkan polisi dalam masalah ini mereka harus punya bukti yang kuat dulu untuk menetapkan tersangka nya sedangkan sekarang saja mereka tidak punya bukti apapun."

"Kita harus pancing dia buat keluar dulu."

"Gimana cara nya kita aja gak tau dia dimana." Ucap Bagas menimpali ucapan Fares.

Benar juga bagimana mereka bisa memancing Tessa keluar dari persembunyiannya?

"Mungkin—."

PRANKKKK

Kempat orang itu saling pandang satu sama lain kemudian langsung berlari menuju pintu rumah mengecek sesuatu yang pecah.

Suara pecahan itu ternyata berasal dari kaca garasi rumah nya yang hancur berkeping-keping seperti nya ada seseorang yang sengaja melakukannya melihat sebuah batu yang lumayan besar tergeletak diantara pecahan kaca-kaca itu.

Fares segera mengecek keseliling jalanan komplek perumahannya namun nihil tidak ada seorang pun yang terlihat tapi Fares yakin pelakunya masih ada di sekitar sana karna tidak mungkin bisa secepat itu melarikan diri.

"Mulai ngadi-ngadi juga nih nenek sihir." Gumam Safira menatap pecahan kaca yang berserakan. "Kaya nya mulai sekarang lo gak boleh biarin istri lo sendirian di rumah, Res, dia udah nekat banget kalo gini caranya." Ujar Safira memberitahu.

"Bukan nekat lagi tapi emang udah ilang kewarasannya." Timpal Jino geleng-geleng kepala.

"Lo mau kemana?." Tanya Jino melihat Fares yang mengeluarkan motornya hendak pergi.

"Gue yakin orang nya masih ada di sekitar sini, gue mau cari." Jawab Fares sambil menghidupkan motornya.

"Gue temenin deh, lo berdua disini jagain Firna takut nya tuh cewek setres dateng." Jino segera naik ke atas motor dan melaju pergi dengan Fares.

"Masuk beb ngeri tiba-tiba ditimpukin." Ajak Bagas menggandeng tangan Safira masuk kedalam rumah.





To be continude

Menikahi Istri KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang