Mendungnya langit seolah mewakili perasaan Fares saat ini, dia masih berada di ruang tunggu UGD menunggu dengan gelisah Tessa yang sedang diberi penanganan didalam.
Rasa bersalah terus menyelimuti benak Fares, dia tidak menduga hal ini akan terjadi semua nya diluar kehendak nya sendiri tapi Fares juga memiliki pembelaan sendiri kenapa dia melakukan hal itu jadi tidak sepenuhnya salah dirinya kan?
Tapi tetap saja karna tindakan nya itu dia sudah mencelakakan seorang bayi yang tidak bersalah sama sekali, ya Tuhan harus bagimana Fares sekarang?
Hari sudah menjelang malam dan dia masih menunggu disana tadi istri nya juga sempat menelpon nya menanyakan keberadaannya dan Fares terpaksa harus berbohong karna tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya bisa habis diri nya nanti.
"Gak habis pikir gue sama lo, Res."
Fares hanya melirik sahabatnya tanpa menjawab wajah nya sudah sangat kusut begitu sahabatnya terus saja mengoceh kepadanya, iya dia tau dia salah tapi tolong dikondisikan dulu omongannya kepalanya sudah pusing malah semakin pusing mendengar nya.
"Ini kalo sampe istri dan mertua lo tau gimana?."
"Main gila lo."
"Mulut lo anjing juga ya, ini gue udah pusing bangsat jangan malah nambahin beban pikiran gue." Kesal Fares menarik kerah baju Bagas yang tidak berhenti mengoceh mulutnya, tangan Fares hampir saja melayangkan pukulan pada wajah sahabatnya itu saking kesal nya tapi untung saja emosi nya masih bisa terkontrol.
"Buset, santai bro." Bagas coba melepaskan baju nya dari cekalan Fares lalu mundur perlahan mengangkat tangannya.
Fares membuang nafas nya dengan berat lalu duduk kembali. "Gue takut kenapa-kenapa sama bayi nya." Gumam Fares masih bisa didengar Bagas.
"Sama emak nya kaga?."
"Bayi nya gak punya salah apapun." Timpal Fares.
"Oh berarti emak nya ada ya."
"Lo nyaut sekali lagi gue tonjok beneran muka lo." Kesal Fares menatap tajam Bagas lalu menutup wajah dengan satu tangannya.
Hening.
"Keluarga pasien?."
Fares tersentak saat sedang melamun seorang dokter menghampiri mereka cepat-cepet dia bangun dari duduk nya. "Bagaimana kondisinya sekarang dok, apa dia dan bayi nya baik-baik aja?." Tanya Fares.
"Saya perlu berbicara dengan suami nya tentang keadaan pasien karna kondisinya lumayan buruk." Ujar dokter itu membuat Fares dan Bagas saling pandang.
"Jika bapak suami nya, tolong ikut keruangan saya ada yang perlu dibicarakan." Ucap dokter itu lebih tertuju kepada Fares karna laki-laki itu yang paling terdepan.
"Kami hanya kerabat dekat nya saja dok." Kata Fares.
"Suaminya?."
"Suami nya lagi diluar kota, jadi dokter bisa bicarakan kepada kami." Kali ini Bagas yang menimpali.
"Orang tua pasien apa tidak ada soalnya kami memerlukan keputusan persetujuan dari pihak keluarga pasien untuk melakukan operasi pengangkatan rahim nya." Ujar dokter itu membuat Fares dan Bagas sama-sama terkejut mendengarnya.
"Pengangkatan rahim?."
"Betul. Kami tidak bisa mengambil tindakan begitu saja, ini adalah pilihan yang cukup sulit dengan resiko yang besar karna melibatkan nyawa pasien."
Mendengar penjelasan dari sang dokter, Fares langsung dibuat diam seribu bahasa.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Istri Kecilku
Teen FictionBerawal dari sebuah ketidak sengajaan dan berujung pertanggung jawaban seorang laki-laki yang dipaksa menikahi seorang gadis lugu dan polos, bahkan bisa dikatakan masih dibawah umur? Bagimana jadi nya?