39. Perkara bubur

1K 88 3
                                    

Pulang healing bukannya happy malah sakit begitulah nasib Fares saat ini, sudah dua hari semenjak pulang dari villa paman nya raut wajah Fares selalu terlihat masam, bagimana tidak? Saat mereka pulang Fares tiba-tiba terserang flu dan demam membuat badannya terbaring ditempat tidur seharian.

Selembar tisu yang digulung kecil menutup satu lubang hidung nya yang terus mengeluarkan ingus, baru kali ini Fares terserang flu dan demam sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur.

"Waktu nya minum obat." Firna datang dari balik pintu membawa segelas air putih ditangannya.

Fares berdecak pelan rasanya baru beberapa jam yang lalu dia minum obat sudah harus minum lagi saja mana pil obatnya besar-besar dan banyak apa ngga overdosis itu dirinya?

"Baru tadi, apa gak kecepatan?" Tanya Fares.

"Tadi pagi sekarang udah sore. Ayo cepet minum obatnya jangan banyak protes." Jawab Firna memberikan empat pil obat yang berbeda ketangan Fares agar segera diminum.

Fares meneguk air nya lebih dulu lalu memasukan semua obatnya sekaligus kedalam mulutnya, itu adalah cara nya agar minum obat tidak terasa pahit.

"Aku buatin bubur lagi ya buat nanti malem." Sebelum Firna melangkah Fares segera menahan tangannya menggeleng cepat, sudah dua hari dia dikasih makan bubur terus kaya orang jompo gak punya gigi mentang-mentang lagi sakit.

"Jangan bubur lagi."

Firna menatap suami nya dengan kening mengernyit. "Kenapa, bubur buatan aku gak enak ya?." Tanya nya merasa sedih.

"Bukan gitu sayang."

"Dua hari aku makan bubur terus bosen, kan bisa—."

"Jadi bosen ya makan masakan aku."

"Astaga bukan gitu, maksud aku sekarang aku lagi pengen makan masakan kamu yang lain bukan bubur soalnya kan dari kemaren makannya bubur terus." Ucap Fares coba menjelaskan dengan hati-hati karna panik melihat mata Firna yang mulai berkaca-kaca.

"Kenapa gak bilang aku kan jadi bisa buatin yang lain biar gak masak bubur terus."

"Itu aku bilang."

"Tapi bilangnya baru sekarang berarti kemaren makan nya terpaksa dong?." Tanya Firna mata nya mendelik kepada Fares.

"Gak terpaksa juga." Saut Fares.

"Bohong. Tadi katanya bosen makan bubur terus."

Fares memijat pelan pangkal hidungnya yang tiba-tiba cenat-cenut. Susah emang ngomong sama wanita hamil yang mood nya kaya roller coaster, harus hati-hati dan tidak sembarangan bicara agar tidak merusak mood nya.

"Gini-gini deh, kamu dengerin aku dulu jangan dipotong terus ucapan aku nya biar ngga salah paham.... Aku suka bubur buatan kamu, enak, tapi kalo keseringan aku agak bosen bukan karna gak suka tapi aku pengen coba masakan kamu yang lain, lagi pula gigi aku masih utuh loh masih sanggup buat nge gigit daging." Ujar Fares panjang lebar setiap katanya ia susun dengan baik agar gampang dicerna Firna.

"Mangkanya bilang ke aku dari kemaren biar gak dimasukin bubur terus."

"Kamu udah terlanjut masak jadi gak ada kesempatan buat aku request, masa iya kamu udah cape-cape masak aku protes minta dimasakin lagi kan aku gak kau buat istri aku cape." Jelas Fares.

Mendengar ucapan Fares Firna sedikit luluh dan jadi merasa tidak enak karna terus memberi makan Fares bubur. "Maafin aku ya." Kata-kata itu spontan keluar dari mulut Firna.

"Hey kok nangis." Fares terkejut istri nya tiba-tiba berlinangan air mata. "Sini-sini." Tangannya menarik Firna agar duduk ditepian kasur sebelahnya.

"Aku sedih."

"Sedih kenapa sayang?."

"Karna masakin bubur terus."

Astaga, masih belum usai ternyata perihal bubur ini.







*****











"Enak kak?."

Fares mengangguk setelah menghabiskan semangkuk sop ayam buatan Firna, meskipun rasa nya agak keasinan tapi untungnya masih bisa diterima oleh lidah nya.

Fares tidak berani berterus terang tentang rasanya karna takut kembali menyinggung perasaan istri nya jadi dia ambil aman saja meskipun harus berbohong sedikit.

Firna tersenyum lebar sop ayam buatannya habis tidak tersisa dimakan Fares padahal tadi dia tidak sempat mencicipi untuk mengoreksi rasa karna tidak selera tapi untungnya rasa nya enak jadi dia merasa lega.

"Ngapain?." Firna yang hendak membereskan bekas makan Fares hanya berkedip ditanya seperti itu, memang kelihatannya dia mau ngapain lagi dimata Fares sampai laki-laki itu masih bertanya.

"Aku aja, kamu udah masak tadi jangan terlalu cape." Ujar Fares mengambil alih mangkuk dan gelas bekas nya untuk di cuci di wastafel dapur.

Badan Fares sudah jauh lebih baik dan bisa dipakai beraktivitas kembali meskipun kadang harus menarik ingus yang selalu ingin keluar dari hidungnya.

Firna menatap punggung lebar suami nya dari belakang yang sedang mencuci, kedua sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis.

"Makasih ya kak."

Fares yang baru selesai mencuci dan mengelap tangannya dengan tisu mengernyit melihat istri nya yang tiba-tiba berterima kasih kepada nya tanpa alasan.

"Makasih buat apa?."

"Gak tau." Jawaban Firna malah membuat Fares bingung.

"Terus buat apa bilang makasih sayang?." Fares mencubit gemas hidung Firna.

"Aku pengen aja bilang gitu." Ucap Firna dengan santai tangannya terulur menyentuh kening Fares yang berdiri tepat didepan nya. "Demam nya udah sembuh ya. Syukur lah." Lanjut nya setelah tidak merasakan panas di badan Fares seperti kemarin.

"Dirawat sama istri soalnya mangkanya cepet sembuh." Sahut Fares tiba-tiba mengecup pipi Firna yang spontan membuat istri nya itu langsung salah tingkah dengan pipi yang merona terlihat kontras dengan kulit putihnya.

"Lucu banget kamu." Puji Fares melihat wajah Firna.

"Cantik."

"Ih kak Fares." Semakin dipuji wajah Firna semakin merah bagaikan tomat matang.

Fares tergelak menertawakan istri nya yang menyembunyikan wajahnya di kedua telapak tangannya. "Jangan ditutupin dong, kan lucu." Ucap Fares berusaha menyingkirkan tangan Firna yang menutupi wajah nya.

"Kakak!." Pekik Firna saat Fares menarik tangannya membuat dia cepat-cepat menubruk badan Fares menyembunyikan wajahnya di perut suami nya itu.

Gelak tawa Fares semakin nyaring. "Sini liat muka nya. Orang cantik lucu gitu apa yang perlu disembunyiin." Goda Fares.

"Gak mau. Ketawa kak Fares kaya ngeledek."

Fares tertawa sampai geleng-geleng kepala tangannya mengelus rambut Firna dengan lembut. "Udah, aku gak bakalan ketawa lagi, udah capek." Ucap nya coba melepaskan tangan Firna di pinggangnya.

Firna yang merasa wajah nya sudah tidak sepanas dan merah seperti tadi akhirnya melepaskan diri dari Fares tapi tetap menyembunyikan wajahnya dengan memalingkan pandangan nya.

"Punya istri bocil ternyata lucu juga." Gumam Fares namun terdengar decakan lidah dari Firna.

"Mana ada bocil sih." Dumel nya tidak terima.

Fares tersenyum mengacak-acak puncak kepala Firna. "Terus apa dong?." Tanya nya dengan gemas.

"Aku udah gede, buktinya bisa hamil." Jawab Firna dengan bangga sambil memegang perutnya.

Fares terkejut tidak menyangka akan dijawab seperti itu oleh Firna, tapi jawabannya tidak salah juga.

"Iya deh, Na."





To be continude

Menikahi Istri KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang