43. Siapa yang salah?

921 73 7
                                    

Seperti kegiatan biasa nya setelah menghabiskan waktu bersama istri nya Fares pamit untuk ke cafe nya memastikan semua pekerjaan dilakukan dengan benar dan tidak ada yang kesulitan karna omset di beberapa bulan ini sedang naik pasti nya dia harus selalu antisipasi.

Fares berangkat sekitar jam tiga sore dan sebelum ke cafe dia menyempatkan diri membelikan makanan untuk karyawannya lebih dulu kebetulan dia melewati tempat makan yang lumayan enak.

Selesai mengorder makanan sesuai dengan porsi karyawannya Fares kembali melanjutkan perjalanannya menuju cafe.

Sejauh ini semua nya berjalan lancar tidak ada kendala apapun hingga sampai ke cafe nya, cuaca yang cerah mendukung tampang senang nya apalagi melihat keadaan yang ramai Fares semakin full senyum.

"Widih, di bawain apa tuh." Jino adalah orang terdepan yang menyambut kedatangan sahabat sekaligus bos nya.

"Bagiin ke yang lain."

"Seneng banget nih rupanya sampe nge beliin makan, sushi tei pula." Ujar Jino.

"Bulan-bulan ini lagi rame kan? Anggap aja reward buat kalian." Timpal Fares sambil berjalan menuju bar menyapa karyawannya yang lebih dulu menyapa nya.

"Udah aman kan? Masih ada orderan yang belum naik?." Tanya Fares pada Diana yang mengurus kasir.

"Aman kok Pak udah selesai semua." Jawab Diana.

"Ya udah kalian makan dulu aja, gantian biar saya sama Jino yang jaga." Suruh Fares pada ketiga karyawannya yang langsung manut dan ngacir kebelakang.

"Gue juga laper ini belum makan." Protes Jino merasa diperlakukan dengan tidak adil oleh bos nya.

"Gampang, gantian nanti sama mereka." Timpal Fares mulai sibuk membuat coffe untuk dirinya sendiri.

"Ini namanya ke tidak adilan ditempat kerja bisa kena UUD ini." Oceh Jino dengan wajah masam.

"Gue sambit porta juga lo."

Jino langsung menutup mulutnya rapat-rapat melihat Fares yang mengangkat porta filter ditangannya ngeri juga kalo sampe terlempar ke kepalanya bisa boncos sebelah nanti.

"Dimotor gue ada makanan buat Tessa, tolong anterin ke tempat nya." Ucap Fares tiba-tiba membuat Jino kembali bersuara.

"Lo masih ngurus dia?." Fares tidak menjawab.

Selesai membuat secangkir latte Fares duduk dikursi bar menikmati kopi nya sedangkan Jino masih tidak habis pikir dengan Fares.

Saat sedang santai-santai nya menikmati kopi nya ponsel Fares berbunyi dan memperlihatkan beberapa notifikasi masuk dari seseorang yang baru dibicarakan, memang boleh sekebetulan ini?

"Gak perlu dianterin No, dia kesini."

"Terserah Res." Jino tidak ingin ambil pusing, masalah ini sebenarnya Jino sudah mewanti-wanti Fares tapi laki-laki itu sulit untuk mendengarkannya karna merasa kasihan.

Sepuluh menit berlalu Diana yang sudah selesai makan kembali kedepan dengan wajah yang sumringah menghampiri Jino yang berada di kasir menggantikannya. "Makan dulu sana." Titah nya mengambil alih posisi nya kembali.

"Bocah dua mana?."

"Lagi pada nyebat dulu."

"Res, gue makan dulu ya." Fares hanya mengangguk dan mengangkat jempol nya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

Sepeninggalan Jino seseorang datang dengan kaos oversize yang menutupi perut besar nya, siapa lagi jika bukan Tessa perempuan itu tersenyum melihat keberadaan Fares yang sedang bersantai belum menyadari kedatangannya.

Tessa melempar senyumannya pada Diana yang melihat kearah nya. "Aku mau ketemu Fares." Kata nya dengan pelan.

"Pak." Panggil Diana kepada Fares membuat laki-laki itu mengalihkan atensi nya dari ponsel.

"Hai." Sapa Tessa saat pandangannya bertemu dengan Fares namun raut wajah Fares tidak memperlihatkan ekspresi apapun.

"Didepan aja." Fares berjalan lebih dulu kedepan mengambilkan makanan yang masih ada di motornya lalu memberikannya pada Tessa.

Kedua nya duduk di kursi outdoor tidak ada pembicaraan dari kedua nya Fares membiarkan Tessa memakan makanannya dulu.

"Lo belum makan apapun?."

"Pagi aku cuman makan buah pas siang nya aku tiba-tiba pengen banget sushi tei, eh kamu ngabarin lagi beli aku langsung aja kesini beruntung banget ngidam bayi aku bisa kekabulin." Ujar Tessa tersenyum lalu melanjutkan suapan nya kembali.

Fares sebenarnya bingung harus merespon apa pada perempuan dihadapannya ini, akal sehat nya sebenarnya sadar jika yang dilakukannya ini adalah sumber masalah untuk dirinya sendiri tapi entah kenapa tetap dirinya lakukan.

"Makasih ya Res, aku jadi ngerasa masih ada yang peduli sama bayi aku." Ucap Tessa membuat Fares menatapnya.

Jika kalian penasaran dengan kejadian terakhir dimana Tessa meminta pertolongan kepada nya ternyata semua nya bermula dari dia yang di usir oleh orang tua nya setelah dinikahkan dengan laki-laki yang telah menghamili nya namun naas nya ternyata Tessa malah mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan dari suami nya sendiri yang selalu ingin menggugurkan kehamilannya bahkan sering kali dirinya mendapatkan kdrt hingga luka lebam di badannya karna mencoba melawan, Tessa yang sudah tidak sanggup diperlakukan layaknya binatang memilih kabur dengan perut besar nya.

"Makasih juga udah kasih aku tempat tinggal, aku berhutang banyak sama kamu." Sambung nya lagi.

"Abisin makanan nya jangan biarin perut lo kosong, Inget bayi lo butuh gizi." Ucap Fares tidak menggubris perkataan Tessa.

Tessa menahan senyumannya. "Iya." Dia kembali memakan makanannya dengan lahap untuk cepat menghabiskannya.

"Andai aja suami aku itu kamu, Res, mungkin nasib aku gak bakalan kaya gini." Ucapan itu hanya bisa terlontar kan di batin Tessa.

Setelah makanannya habis Tessa menyudahi nya dengan meminum air yang sudah diambilkan Fares, badannya yang sudah tidak lagi kurus membuat nya sedikit kesusahan untuk bangun dari posisi duduknya.

Melihat Tessa yang kesusahan berdiri Fares mengambil inisiatif untuk membantunya, semua kajadian itu tidak luput dari pandangan mata Jino yang kembali dari belakang melihat dari balik kaca didalam.

Jino geleng-geleng kepala ini bisa dibilang selingkuh tidak sih?

Ada perasaan gemas dan geram dalam benak nya melihat Fares tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa bagimana pun juga dia menghargai Fares sebagai bos nya karna selama ini dia mendapatkan uang dari Fares.

"Kacau banget ya bos lo." Ucap Diana kepada Jino ternyata dia juga diam-diam memperhatikan. "Gue kalo jadi istri nya udah tantrum sih, gila aja bro." Lanjut nya.

"Yang penting istri nya jangan sampe tau." Timpal Jino mengambil aman.

"Bayangin perasaan bu Firna kalo sampe tau." Timpal nya kembali.

Anyway, panggilan Diana kepada Firna memang menggunakan 'ibu' meskipun usia nya jauh lebih muda Firna tapi sebagai bentuk menghormati sebagai istri bos nya semua karyawan memanggil Firna dengan ibu walaupun sebenarnya Firna sudah menyuruh mereka untuk memanggil nya nama saja.

"Tutup mata aja, anggap kita gak tau apa-apa." Jino bukannya ingin membela Fares tapi diposisi mereka sekarang lebih baik tidak ikut campur.

"Tetep aja, aku sebagai perempuan yang tau gimana sakitnya diselingkuhin sangat menyayangkan sikap Pak Fares."

"Padahal dari muka nya kaya orang bener." Sambungnya berdecak pelan.

"Ngoceh mulu, gue cipok juga lama-lama." Ucap Jino dengan gemas membuat Diana langsung menutup mulut rapat-rapat takut pada ucapan Jino.

"Nah kalo diem kan cakep jadi makin sayang deh gue." Diana hanya mendelik an mata menanggapi omongan Jino yang tidak masuk ke hati nya.








To be continude

Menikahi Istri KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang