32. Pertanda

1.4K 103 18
                                    

Hampir satu bulan menjalani kehidupan rumah tangga yang lebih manis dengan cinta dan kasih sayang terasa sekali perbedaannya bagi seorang Firna yang kini masih berbaring di ranjang empuk nya.

Namun.

Firna terbangun saat merasa ada yang aneh perlahan tangannya meraba-raba guling ada dipelukannya, Firna masih ingat betul semalam dia tidur sendiri sambil memeluk guling karna Fares dijemput paksa oleh teman-temannya main.

Tapi dia merasa ada yang beda tangannya kembali meraba. Sejak kapan gulingnya bisa sekeras ini... dan wangi pula? Sontak Firna langsung membuka mata nya.

Omaigat!

Firna terkejut.

Pantas saja guling nya terasa keras ternyata yang dipeluknya bukan lah guling tapi Fares yang sedang tidur sambil merengkuh badannya membiarkan tangan kekar nya menjadi bantalan untuk kepala Firna.

Firna mengernyit tipis otak nya bertanya-tanya sejak kapan suami nya itu pulang dan tidur disebelah nya? Apa diri nya yang kebo terlalu lelap tidur sampai tidak sadar jika seseorang telah berbaring bahkan memeluknya?

Dengan perlahan dan hati-hati Firna menyingkirkan tangan Fares dari badannya kemudian perlahan-lahan beringsut mundur turun dari kasur tanpa membuat pergerakan apapun agar tidak membangunkan Fares.

Sebenarnya Firna masih lumayan ngantuk tapi melihat jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi rasa nya tanggung sekali lebih baik Firna mandi dan membuat sarapan.

Setelah mandi dan berganti pakaian Firna melirik sekilas Fares yang sudah berubah posisi menjadi telentang tampak nya suami nya itu baru tidur beberapa jam yang lalu sampai-sampai dirinya turun dari kasur saja tidak sadar padahal biasanya dia gerak sedikit saja mata nya sudah langsung terjaga.

Sebelum suami nya itu bangun Firna akan cepat-cepat membuat sarapan agar tidak direcoki dengan kemanjaan suami nya seperti yang sudah-sudah.

Di pagi yang cuacanya kurang mendukung hari ini Firna akan membuat yang berkuah mungkin semangkuk sup ayam?

Firna membuka jendela dapur yang lumayan berembun mengelapnya dengan tisu menatap langit gelap yang memperlihatkan cuaca seperti akan turun hujan.

"Lagi musim hujan kaya nya." Gumamnya pelan memakai celemek dan mulai memasak.

Kegiatan memasak Firna tidak memakan waktu banyak setelah sup ayam nya mendidih dan koreksi rasa nya sudah pas Firna langsung mengangkat dan memindahkan nya ke dua mangkuk.

Kebiasaan Firna memasak memang seperti ini dia hanya akan memasak hanya untuk dua porsi di waktu makan itu saja dan jika ingin makan lagi Firna hanya akan memasak menu baru selain menghindari rasa bosan pada makanan itu juga mencegah kemubazirkan makanan.

Beres menyiapkan sarapan ke meja makan Firna pergi ke kamar untuk membangunkan suami nya tapi melihat bagimana lelap nya wajah damai itu Firna jadi mengurungkan niatnya.

Karna masih lumayan pagi juga lebih baik Firna biarkan suami nya tidur lebih lama kasian juga nanti harus bekerja.






*****




"Na, ayo."

Firna yang sedang menikmati semangkuk soto menoleh melihat suami nya yang sudah rapih dan ganteng sedangkan dirinya hanya mengenakan sehelai daster rumah dengan ramput yang dicepol asal-asalan.

"Kemana?."

"Loh, tadi kan kamu yang ngajakin keluar jalan-jalan." Ucap Fares mendekat pada istri nya.

"Gak jadi, aku udah gak pengen." Ucap nya dengan begitu santai membuat Fares menganga.

"Kak jauhan dikit ih, bau." Fares mengernyitkan keningnya mencium kedua sisi badannya bergantian tapi tidak mencium bau apapun justru dirinya sangat wangi.

"Aku pake parfum kaya biasa kok. Wangi."

Firna mengibaskan tangannya menggeser duduknya ke sofa paling ujung. "Bau." Tukas nya menutup hidung bahkan hampir memuntahkan isi perutnya yang baru diisi oleh soto.

"Bau apa sih, Na?."

"Bau mayat."

"Serius." Firna mengangguk.

Fares bangun dari duduknya segera pergi ke kamar untuk mengganti baju nya dengan pikiran yang bertanya-tanya.

Setelah suami nya pergi Firna membenarkan duduknya kembali mengibas-ngibaskan tangannya di udara, aneh tiba-tiba saja hidung mencium bau tidak enak padahal sebelum nya biasa saja.

Sedangkan di kamar Fares kebingungan sendiri padahal dirinya sudah mandi dan pakai parfum mana mungkin dirinya bau, apa jangan-jangan Firna ada masalah dengan penciumannya.

Fares mengganti baju nya menjadi kaos biasa lalu kembali menghampiri istri nya. "Masih bau gak?."

Firna kembali menutup hidup nya sambil mengangguk. "Bau. Aku gak—." Belum sempat menyelesaikan ucapannya isi perut Firna seolah didorong paksa untuk keluar dari dalam perutnya dengan cepat kaki nya berlari kecil menuju kamar mandi dan memuntahkan kan sesuatu yang ingin keluar dari mulut nya ke wastafel.

"Na, kamu gapapa?." Fares khawatir memandang pantulan wajah Firna dari cermin yang tiba-tiba terlihat pucat.

Firna hanya menggeleng sesekali kembali mencoba memuntahkan isi perutnya namun anehnya tidak keluar apapun selain hanya cairan seperti air saja.

Satu tangan Fares memegang pinggang Firna agar badan kecil itu tidak ambruk sedangkan satu tangannya lagi membantu mengelus tengkuk belakang istrinya.

Lagi dan lagi saat Firna memuntahkan isi perutnya yang keluar hanya air saja dan itu sangat membuat badan Firna lemas seolah tenaga nya dikuras habis.

Fiks, ini memang ada yang salah dengan istri nya. Fares harus segera memastikannya.

"Kerumah sakit ya."

Kening Firna mengernyit kecil. "Aku gak sakit kak."

"Aku cuman mau pasti in sesuatu aja biar jelas."

"Mastiin apa?." Firna tidak merasa ada yang salah dengan dirinya, Fares menghela nafas pelan.

"Aku mau pasti in kamu hamil atau nggak."

Mendengar ucapan Fares badan Firna seketika langsung semakin lemas ke pelukan suami nya mengingat dirinya belum mendapatkan jatah haid nya di bulan ini, dan jika dihitung dari hari terakhir dirinya haid ini sudah lebih dari satu bulan dirinya telat.

Kedua mata Firna tiba-tiba memanas berkaca-kaca, dirinya belum siap untuk hamil di waktu sekarang bayangan kematian bayi nya kembali menghantui dirinya, Firna masih sangat takut akan gagal menjadi seorang ibu untuk kedua kali nya dia tidak sanggup merasakan hal yang begitu sakit untuk kesekian kali nya juga.

Rasa trauma masih terselip dalam batin nya.

"Na, kok bengong. Kita kerumah sakit ya."

Firna mencengkeram erat pergelangan tangan Fares yang memegang pinggangnya. "Kak, aku takut." Lirih nya pelan menatap cermin didepan nya dengan sorot mata yang begitu dalam.

"A-aku takut hal yang sama terulang kaya baby Dino." Suara yang mulai bergetar menahan isakan membuat Fares tertegum.

Fares paham apa yang dipikirkan Firna. "Kita pasti in dulu ya, ini kan masih perkiraan aja." Ucap Fares berusaha menenangkan mengusap lembut pelipis Firna yang berkeringat.

"Tapi."

"Apapun nanti kenyataan nya kita harus bisa terima, Inget sekarang kamu punya aku sebagai suami yang akan selalu ada buat kamu."

Firna tidak bisa menahan tangisannya lagi badannya langsung berbalik memeluk Fares dengan erat mulutnya tidak bisa berkata apapun lagi.

"Gapapa, nangis aja sampai hati kamu puas."








To be continude

Menikahi Istri KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang