"Berengsek."
Hanya satu kata itu yang berhasil keluar dari mulut Firna setelah melihat pemandangan yang tidak pernah diharapkannya.
"Berengsek." Firna kembali mengulangi ucapannya mata nya sedikitpun tidak berkedip atau beralih dari dua orang yang menjijikkan dihadapannya itu.
Tidak ada air mata yang keluar dari pelupuk mata Firna garis wajah nya pun hanya memandang dengan datar tanpa ekspresi sedikit pun.
"Sayang."
"Stop!." Firna berteriak memperingatkan Fares untuk tidak mendekat kepadanya.
Nafas nya menggebu-gebu tidak beraturan, ada sedikit perasaan syok karna kaget tidak menyangka pemandangan menjijikkan seperti tadi akan dirinya lihat.
"Bajingan lo Res!!." Safira juga sama seperti Firna dia tidak menyangka dengan apa yang telah dilihatnya.
"Sayang tolong dengerin penjelasan aku dulu." Fares kalang kabut saat Firna perlahan mundur.
"Gak perlu."
"Tadi mata aku jelas-jelas liat kak Fares sama dia—." Firna tidak sanggup untuk melanjutkan ucapannya tangannya memegang bibir nya sendiri dengan tremor.
Bagimana tidak tremor dirinya jika melihat suami nya sendiri sedang berciuman dengan wanita lain, apa tidak syok?
Firna menggeleng pelan lalu tertawa hambar. "Aku dibohongin selama ini." Lirih nya.
"Nggak sayang—."
"Fir, maaf gue bukan—."
"Lo juga sama bajingannya sama Fares, kecewa gue." Ucap Safira menyela ucapan Bagas.
"Sayang, hey, dengerin aku dulu ya." Fares mendekat perlahan kepada Firna yang saat ini telah salah paham kepada nya.
Firna menggeleng apa yang dilihat nya jelas-jelas begitu nyata di pandangannya dia tidak mungkin salah lihat. "Ngga." Lirih nya pelan menepis tangan Fares yang hendak menyentuh nya.
"Ini semua benar-benar cuman salah paham aja, aku gak—."
Plak.
Suara tamparan cukup nyaring mendominasi ruangan itu.
Nafas Firna memburu dada nya naik turun menahan rasa sesak yang begitu menyakitkan.
"Selama ini kak Fares yang selalu pergi sampai lupa waktu bilangnya untuk ngurusin kerjaan itu bohong?." Firna menyela ucapan Fares.
"Iya kan?!." Firna berteriak.
Fares tidak bisa mengelak atas apa yang diucapkan Firna karna itu memang benar, dia memberikan anggukan ragu sebagai jawaban.
"Sepercaya itu aku sama kakak ternyata." Miris Firna mengusap perut nya.
"Apa yang aku lakuin semua nya hanya sebatas rasa kasihan, Na, gak lebih dari itu aku sama sekali gak ada perasaan lain."
Firna menggeleng berusaha melepaskan tangannya yang dicekal oleh Fares, ucapan nya terasa sulit untuk dipercaya setelah apa yang dilihatnya. "Persetan dengan rasa kasian, aku bener-bener kecewa." Ucap nya menghempaskan tangan nya sendiri dari cekalan Fares lalu melangkah mundur keluar dari ruangan.
"Na."
"Tai lo Res, diem lo disitu!." Safira menghadang Fares yang hendak mengejar Firna. "Sekarang dia gak akan mungkin mau dengerin penjelasan lo, gue aja." Lanjut nya lalu pergi setelah melayangkan tatapan tajam kepada Bagas.
Entah harus merasa puas atau bagimana melihat pertengkaran didepan mata nya, Tessa menyeka air mata nya menatap Fares yang mengamuk memukuli dinding.
Sebenarnya melihat perut besar Firna terbesit rasa tidak bersalah pada dirinya namun Tessa tetap menyangkal perasaan itu.
"Seenggaknya kalo bukan lo berarti istri lo yang harus ngerasain kekecewaan kaya gue, Res." Lirih Tessa pelan.
*****
Firna kuat? Nyata nya perempuan itu hanya lah anak kecil yang terjebak dalam tubuh yang memaksanya harus sedewasa mungkin.
Tangisan yang dia tahan agar tidak keluar akhirnya tidak bisa terbendung lagi, Firna menangis tersendu-sendu memukul dada nya yang terasa sesak.
Dia hanya tidak ingin terlihat lemah sebelumnya didepan Fares dan orang-orang tapi setelah sendirian didalam kamar nyata nya dia hanya mampu memeluk dirinya sendiri sambil menangis meluapkan perasaannya.
Meskipun sebenarnya dia menahan diri untuk tidak menangis kenyataanya tidak bisa dilakukannya munafik sekali Firna jika bilang dirinya kuat dan bisa sabar dalam keadaan.
Firna benar-benar tidak habis pikir dengan Fares orang yang begitu diri nya percayai walaupun hanya sebatas ucapan nya saja begitu tega membohongi nya seperti orang bodoh selama ini.
Ternyata begitu menyakitkan dikecewakan oleh orang yang sudah sangat dipercaya, dibohongi sedemikian rupa dan bodohnya dia percaya.
Memang benar kata orang jangan pernah menaruh semua kepercayaan kepada sesama manusia karna kelak jika dikecewakan maka rasa sakit yang diberikannya tidak lah main-main.
"Na."
Suara ketukan pintu tidak dihiraukan Firna begitu pun dengan Safira yang memanggilnya diluar kamar mengkhawatirkan nya karna setelah mereka sampai rumah Firna dia langsung mengurung diri dikamar nya.
"Na, kamu bisa luapin semua nya sama aku jangan dipendam sendirian kaya gini." Ucap nya terus mengetuk pintu kamar meskipun nihil tidak dibuka kan oleh Firna.
"Buka pintu nya ya?."
"Aku mau sendiri dulu kak." Saut Firna dengan suara berketar.
Safira menghela nafas pelan. "Yaudah, aku tunggu dibawah ya kalo suasana hati kamu udah lebih baik kamu bisa cerita sama aku." Ucap nya hendak pergi.
"Kak."
Suara pintu terbuka membuat Safira kembali membalikkan badannya. "Iya?."
"Tolong jangan kasih tau kak Fares aku disini ya?." Pinta nya walaupun kemungkinan besar pasti Fares akan datang kesana mencari nya.
Melihat wajah sembab Firna Safira mengangguk setuju. "Tenang aja, aku gak bakalan kasih tau dua manusia tengik itu kok." Balas Safira.
"Makasih ya kak." Setelah mengucapkan itu Firna kembali menutup pintu kamar nya.
Safira geleng-geleng. "Bisa-bisa nya Fares nyakitin bocah belasan tahun." Gumam nya lalu menuruni tangga rumah orang tua Firna yang megah.
Firna memang minta diantarkan pulang kerumah orang tua nya karna berhubung mereka sedang tidak ada dirumah jadi setidaknya dia bisa tinggal sementara disana tanpa ada yang bertanya-tanya.
Untuk sementara Firna tidak akan memberitahukan masalah ini kepada orang tua nya dulu, baik buruknya rumah tangga nya sebisa mungkin orang tua nya jangan sampai ikut campur didalam nya.
"Yang kuat ya sayang dalam sana, mama pasti in kamu gak akan kena imbas nya." Ucap Firna mengelus perut nya dengan berderai air mata.
"Mama juga akan kuat disini untuk kamu." Firna berusaha menghapus air mata nya tersenyum getir meyakinkan diri sendiri.
"Mama gak tau harus percaya lagi sama papa kamu atau ngga." Firna sebenarnya tidak yakin jika Fares melakukan hal yang membuatnya kecewa tapi bukti nyata yang dilihatnya secara langsung tidak bisa menutupi nya.
Mereka berciuman seolah tidak ada yang terjadi dan mata Firna pun tidak minus apalagi buta untuk tidak melihat Fares yang hanya diam saja.
Apa mungkin menikmatinya?
Firna kembali menghapus air mata nya yang kembali menetes mengingat kejadian tadi, istri mana yang rela suami nya berciuman dengan wanita lain?
Bersyukur ya tadi Firna tidak mengamuk mencabik-cabik Tessa, bukannya Firna takut atau apa hanya saja dia masih memikirkan keadaan perut besar nya Firna tidak ingin terjadi sesuatu yang membahayakan bayi nya yang selama ini sudah dijaga nya dengan sepenuh hati.
Coba saja yang tadi diposisi nya adalah Safira mungkin sudah nge-reog menghabisi Tessa tanpa ampun.
To be continude
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Istri Kecilku
Teen FictionBerawal dari sebuah ketidak sengajaan dan berujung pertanggung jawaban seorang laki-laki yang dipaksa menikahi seorang gadis lugu dan polos, bahkan bisa dikatakan masih dibawah umur? Bagimana jadi nya?