18. Kedatangan

235 25 19
                                    

Jangan lupa vote dan berikan komentar.

_______________________________
• Tacenda •
Part 18. Kedatangan
__________

Osamu merasa dikecewakan. Rasa kecewa yang ia dapatkan bertubi tubi membuat Osamu tidak lagi terkejut. Mulai dari Suna yang tiba tiba saja memiliki seorang istri, Akaashi yang ternyata tidak memihaknya sama sekali, kini sang bibi yang ia sayangi.

Osamu merasa seolah olah tidak ada di dunia ini yang mau memihaknya. Jika seandainya ia sedang bersama Atsumu, mungkin kata 'kecuali' ada pada Atsumu seorang. Namun sekarang ia tidak disini, mana mungkin pula Atsumu memihaknya.

Tubuhnya terjaga, namun Osamu terus berpura pura untuk tertidur dengan cara nenutup kedua kelopak matanya. Sesekali kedua telinganya menangkap perbincangan kecil antara beberapa pria yang sedang menanganinya.

Osamu tidak sendiri tentu saja. Ranjangnya masih berseberangan dengan ranjang sang bibi yang bahkan tidak membuka matanya sama sekali sejak terakhir kali Osamu melihatnya. Tidak lupa dengan suara teratur dari alat pendeteksi detak jantung milik sang bibi.

Osamu takut, bahkan ketakutan.

Tidak akan ada yang pernah menyangka bahwa semuanya sudah direncanakan sejak awal. Rasa segan kepada paman dan bibinya itu kini menguap begitu saja. Pada akhirnya Osamu diklaim oleh paman dan bibinya bukan sebagai anak ataupun keponakan.

Ia hanya digunakan sebagai alat.

Meskipun Osamu tidak pernah mendapat kejelasan dari bibir sang bibi sama sekali. Sekalipun sang keponakan diminta baik baik oleh bibinya. Osamu yang terlanjur sayang kepada sang bibi itu dipastikan kebingungan cara menolak.

Satu tetes air mata kembali terjatuh membasahi pelipisnya dan tergenang pada daun telinganya. Osamu masih sadar sepenuhnya, semua orang di dalam ruangan memang sedang bersiap siap untuk melakukan transplantasi hati.

Tubuh Osamu diletakkan pada sebuah ranjang, kedua tangan dan kakinya diikat kuat, tak terkecuali lehernya yang kini memerah akibat gesekan dari ikat pada permukaan kulit Osamu. Kedua mata Osamu terus terpejam, sembari terus menangis karena ia ketakutan.

"Berbicaralah, aku tau kau masih bisa berbicara"

Seketika kedua kelopak mata Osamu terbuka. Nampak kemerahan pada bola matanya, begitu pula kantung matanya yang membengkak karena menangis dengan mata terpejam.

"Bicaralah selama aku memberimu kesempatan untuk bicara"

Lidah Osamu terasa kelu, bahkan ketika Osamu mencoba untuk membuka mulutnya. Rasanya seperti sangat ngilu.

"Kenapa kau melakukan ini padaku?"

"Karena tidak ada yang mengharapkan kehadiranmu. Kalaupun kau menghilang, tidak akan ada yang mencari–"

"ADA!"

"Hahh– kau pikir Suna akan mencarimu?"

"Atsumu akan mencariku!" Intonasi suara Osamu begitu marah, sedikit terdengar gemerincing aduan besi ikat pada tubuhnya dan ranjang itu.

"Omong kosong, memangnya apa yang bisa Atsumu lakukan untukmu?"

"Sekalipun Atsumu tidak bisa mendapatkanku ia akan melakukan sesuatu kepadamu"

"Kau pikir aku akan takut dengan bocah baru dewasa seperti kalian berdua? Kalian berdua bahkan tidak memiliki kemampuan sama sekali"

Osamu memilih untuk diam. Dadanya terlalu sakit untuk menanggapi pembicaraan sang paman. Sedikit muncul rintihan kecil dari bibir Osamu yang kembali menangis. Kedua tangannya bergerak berusaha mencari celah agar bisa dilepaskan, namun nyatanya tidak semudah itu.

Tacenda [Mafia SunaOsa🔞]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang