Part 1 : Si Nenek Lampir

20.2K 947 7
                                    

Welcome to imtaurus15's second project 👋🏻
Hope you enjoy it
Don't forget to follow, vote, comment and share 😊

"Neng! Neng!"

Pagi ini seperti biasa Gisya dibangunkan oleh suara menggelegar sang ibu kos. Sudah hampir enam bulan Gisya terjebak di kosan neraka ini. Kenapa dia sebut kosan ini kosan neraka? Karena ada nenek lampir di dalamnya.

Gisya Akhasia adalah mahasiswa semester akhir yang sedang merasa stuck dengan skripsinya. Gadis asal Sukabumi ini memutuskan kuliah dan merantau di Depok untuk menunaikan tujuan mulianya, yaitu membanggakan kedua orang tuanya. Sejak SMA sebenernya Gisya tidak ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, tapi harapan orang tua Gisya yang setinggi langit dan secerah matahari itu, memaksa Gisya untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.

Sejak dulu Gisya tidak memiliki cita-cita apapun, satu-satunya hal yang membuatnya tertarik adalah make up dan skincare. Kalau saja orang tuanya memperbolehkan Gisya menjadi youtubers dan beauty influencer, maka saat ini Gisya dan otaknya yang malas berpikir itu, tidak perlu repot-repot bergelut dengan skripsi.

"NENG! NENG!" Lagi-lagi teriakan si nenek lampir itu kembali menggelegar sampai ke kamarnya.

"Apaan lagi sih?! Tiap hari drama banget heran!" gerutu Gisya yang saat ini masih mengumpulkan nyawanya.

Selama hampir enam bulan ini Gisya merutuki keputusannya yang bodoh, karena memilih pindah dari kos lamanya hanya karena perkara wifi. Memang kosannya yang sekarang memiliki speed wifi yang lebih cepat, tetapi nyatanya itu tidak berhasil membuat Gisya tenang. Gangguan di kosannya saat ini malah terletak pada Ibu Kosnya yang super duper drama queen, playing victim, dan matre.

Entah Gisya yang kurang teliti saat mencari kosan, atau memang sejak awal ibu kosnya ini bermuka dua. Tapi memang pada awalnya, yang menjadi alasan Gisya memilih kos di tempatnya saat ini, adalah karena dirinya mencari kosan yang ibu kosnya tinggal bersama. Hal tersebut karena orang tua Gisya hanya akan memberikan Giysa izin untuk tinggal di kos yang ibu atau bapak kosnya tinggal dilingkungan yang sama.

Selain itu, Gisya sendiri pun nyatanya memang jauh merasa lega ketika tinggal di lingkungan yang sama, bersama ibu atau bapak kos-nya. Hal tersebut Gisya pilih karena jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, akan lebih mudah untuk Gisya komplain pada pemilik kosnya secara langsung. Tapi, Gisya juga tidak mengharapkan ibu kos seperti si nenek lampir satu itu.

"NENG!!!" seru Ibu kosnya lagi.

Panggilan yang ibu kosnya sebutkan itu entah untuk siapa sebenarnya, kerana nyatanya semua anak kos dia panggil dengan sebutan 'Neng'. Jadi Gisya memilih untuk berdiam diri saja. Dirinya memberikan kesempatan bagi teman-teman kosnya yang lain untuk berbagi energi pagi mereka dengan si nenek lampir.

"Syukur-syukur gua cuma tinggal sebulan lagi disini," ucap Gisya sambil berlalu menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Kali ini Gisya lebih memilih bersiap-siap untuk jajan bubur ayam Mang Ejeng.

Setelah selesai dengan berbagai rutinitas paginya, Gisya pun memilih segera melangkah keluar dari kamarnya, Gisya sungguh tidak sabar ingin menyantap bubur ayam favoritnya terebut. Namun sepertinya keinginan Gisya untuk segera menyantap bubur ayam Mang Ejeng harus sirna, karena saat ini begitu turun dari tangga lantai dua, Gisya melihat Ibu kosnya itu berdiri di hadapannya sambil bertolak pinggang.

"Mau kemana Neng?" tanya Ibu Kosnya.

"Sarapan Bu," jawab Gisya seadanya.

"Tadi Ibu panggil-panggil kenapa gak pada nyaut yang di atas?" tanya Ibu Kosnya dengan wajahnya yang galak.

Jangan Bilang Bapak Ya Mas?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang