Saat ini setelah membersihkan tubuhnya, Giysa perlahan mulai menyusuri pandangannya ke seluruh kamar milik Bumi. Sekali aja Gisya menyapukan pandangannya di ruangan tersebut, Gisya langsung bisa merasakan aura Bumi disekitarnya.
Di atas nakas yang berada di samping tempat tidur, Gisya bisa melihat foto keluarga. Di sana terlihat jelas ada wajah Bu Sri dan juga Pak Anwar, serta ada seorang wanita yang duduk di tengah-tengah ibu dan bapak kosnya tersebut. Seorang gadis yang terlihat berusia remaja.
Cantik, wajah gadis itu mirip sekali dengan Bu Sri, wajah oriental dengan kulit putih itu, membuat wajah gadis itu mirip sekali dengan ibunya. Dalam hati diam-diam Gisya membatin, pantas saja Bu Sri merasa sangat kehilangan.
Di foto tersebut juga Gisya melihat seorang pria, yang wajahnya terlihat lebih dewasa dari Bumi. Diantara ketiga anak Bu Sri dan Pak Anwar, sepertinya hanya Bumi yang memiliki mata yang bulat mirip Pak Anwar. Satu pria itu yang Gisya yakini adalah kakak dari Bumi tersebut, memiliki mata yang mirip dengan Bu Sri, tapi selebihnya wajahnya mirip sekali dengan Bumi, kulit pria itu juga terlihat lebih coklat dari Bumi.
Dari semua benda yang Gisya lihat saat ini, membuat Gisya jatuh pada fakta bahwa ini adalah kamar Bumi, tentu saja ada terselip rasa bersalah di hati Gisya. Gara-gara dia, Bumi jadi harus tidur di luar kamarnya. Saat ini bahkan Gisya memakai baju seorang pria asing.
Ya, bagaiamana pun Bumi masih terasa asing bagi Gisya. Asing disini artinya Gisya belum mengenal terlalu jauh, orang macam apa Bumi ini? Sejuah ini, kesan Bumi di mata Gisya adalah orang yang baik. Namun tetap saja, Gisya tidak begitu mengenal bagaimana watak Bumi sesungguhnya.
Saat ini Gisya sedang mendudukan tubuhnya di atas kasur. Gisya benar-benar tidak bisa tidur malam ini. Selain itu, setelah tadi banyak berteriak, tenggorokan Giysa juga terasa sakit. Gisya pikir, mungkin segelas air putih bisa membuatnya lebih nyaman. Dengan sedikit ragu, Gisya pun melangkahkan kakinya ke luar dari kamar tersebut.
Saat Gisya sudah berada di luar kamar, dirinya sangat terkejut mendapati Bumi yang saat ini tertidur di sofa ruang tv, sekaligus ruang tamu apartemennya ini. Pria jangkung itu saat ini sedang tertidur dalam posisi yang meringkuk. Sofa itu tentu tidak cukup panjang untuk menampung tubuh jangkung Bumi. Sungguh, melihat ini Gisya semakin tidak enak hati pada Bumi. Perlahan-lahan, kini Gisya melangkahkan kakinya kearah Bumi.
Saat ini Gisya hanya ingin memastikan, apakah Bumi tidur denga nyaman atau tidak. Namun sepertinya masih ada kejutan yang harus Gisya terima, karena saat ini Gisya melihat mata pria itu masih terbuka. Gisya pikir pria itu sudah tidur.
"Eh, Gisya. Ada apa?" tanya Bumi yang saat ini langsung bangkit dari tidurnya.
"Astaga Mas Bumi!" seru Gisya, sambil memegangi bagian dadanya yang saat ini berdebar cukup kencang kerana terkejut.
"Saya juga kaget liat kamu," ucap Bumi lagi.
Melihat tiba-tiba ada bayangan seseorang dari belakang tubuhnya, tentu saja Bumi terkejut. Bertahun-tahun Bumi tinggal di apartemen ini sendirian, membuat Bumi masih merasa asing dengan keberadaan orang lain di apartemennya ini.
"Ada apa?" tanya Bumi pada Gisya, yang saat ini tengah berdiri di samping sofa.
"Aku... Haus, mau minta minum ya Mas," jawab Gisya dengan sedikit malu-malu.
"Oh mau minum, ambil aja di dapur, anggap aja rumah sendiri," ucap Bumi.
"Oh oke Mas makasih ya," jawab Gisya, Sambil melangkahkan kakinya ke arah dapur.
Kruukkkk Krrrruuuk
Entah kesialan apa lagi yang Gisya alami saat ini. Tetapi dapat dipastikan saat ini Gisya sangat malu, karena perutnya yang harus tiba-tiba berbunyi, di tengah kondisinya yang masih berada di dekat Bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang Bapak Ya Mas?!
ChickLitGisya si magnet bagi para pria, tiba-tiba mendadak harus pindah dari kos-nya karena ulah ibu kos-nya yang seperti nenek lampir. Dengan bantuan sahabatnya, Gisya mendapatkan kosan baru yang lebih nyaman. Kosan baru, suasana baru, dan peraturan baru...