Tidak selamanya petir itu terlihat menakutkan, dan tidak selamanya pelangi itu terlihat indah. Lagi-lagi semua itu tergantung dimana tempat kita berdiri. Seperti lingkaran dalam kehidupan, selalu ada berbagai kemungkinan yang terjadi, dan selalu banyak sisi yang mewarnainya. Tapi kadang sebagai manusia kita seringkali membatasi diri, dengan hanya melihat dari sudut tempat kita berdiri. Seperti yang terjadi pada Gisya selama ini.
Berpindah dari titik dimana kita berdiri selama ini, mencoba bergerak, dan memahami dari tempat orang lain berdiri, adalah satu hal baru yang Gisya lakukan. Melakukan semua itu membuat Gisya bisa melihat semuanya lebih dekat. Sampai di sini, Gisya mulai paham, melihat sudut pandang orang lain bukan berarti Gisya menjadi orang lain. Tapi melihat dari berbagai sudut yang ada, mampu membuat Gisya lebih berkompromi dengan perbedaan.
Semalam pada akhirnya Gisya mencoba berbicara dari hati ke hati bersama papanya. Walaupun awalnya Gisya masih terlihat enggan melakukan lah tersebut, tapi mamanya berusaha meyakinkan Gisya untuk melakukannya.
Mamanya berkata bahwa merendah bukan berarti pecundang, dan meminta maaf bukan berati kalah. Memulai pembicaraan dengan papanya lebih dulu justru melambangkan kemenangan, dan kebesaran hati Gisya.
Sesungguhnya Gisya pun tidak ingin masalah dengan papanya terus berlanjut dan hanya akan menyakiti satu sama lain. Alhasil Gisya mencoba lebih dulu datang pada papanya, dan meminta maaf atas semua kesalahan yang telah Gisya lakukan selama ini. Entah itu tentang kesalahan masa lalunya, masalah ciuman Gisya dan Bumi, atau bahkan tentang apa yang Gisya katakan pada papanya saat makan malam lalu.
Di Momen itu, untuk pertama kalinya Gisya merasa dirinya menampilkan semua hal dengan apa adanya di hadapan sang papa. Gisya tidak lagi mencoba menutupi ketakutannya, Gisya juga tidak mencoba terlihat kuat di hadapan papanya seperti biasa. Di sana papanya juga hanya memeluk Gisya dengan erat, tidak banyak kata yang terucap antara Gisya dan papanya. Keduanya hanya saling meminta maaf. Bahkan di Momen itu, Gisya merasa bahwa untuk sekian tahun lamanya, akhirinya Gisya bisa menangis sesenggukan di depan papanya seperti saat dia kecil dulu.
Walaupun semuanya terasa emosional, dan tanpa bahasa lisan sedikit pun, tapi Gisya merasa dirinya dan papanya bisa mengkomunikasikan semuanya melalui pelukan mereka. Pada akhirnya terdapat satu kalimat yang papanya katakan pada Gisya.
"Gisya, maafin papa. Maaf karena papa gak pernah tanya apa yang kamu mau. Masalah karir papa akan serahkan semua keputusan di tangan kamu. Kalau kamu suka seperti sekarang silahkan, yang penting kamu jangan lupa sama Tuhan. Tapi kalau untuk Bumi, kalau kamu gak cinta sama dia lepaskan dia Gisya, masalah itu papa gak bisa mengubah keputusan papa. Kalau kamu gak mau menikah sama dia di waktu dekat ini, mending kamu putus sama dia. Terlalu banyak hal negatif kalau kamu terlalu lama pacaran. Papa melakukan ini cuma gak mau kamu sampai kenapa-napa Gisya."
Satu kalimat yang papanya katakan itu rasanya masih terngiang sampai Gisya bangun tidur hari ini. Mengingat apa yang papanya katakan semalam, Gisya pun mulai membuka room chat nya dengan Bumi.
Sejak kemarin pagi, Gisya memang sudah membuka blok pada kontak Bumi. Berbicara dengan Praja dan Gumi membuat Gisya sedikit banyak bisa berpikir lebih jernih. Di tambah dengan apa yang mamanya katakan, bahwa selama ini Bumi masih sangat perhatian pada Gisya. Walaupun beberapa waktu lalu Gisya memilih mengikuti amarahnya, dan berakhir dengan memblokir Bumi. Tapi pria itu masih rajin menanyakan kabarnya melalui sang mama. Saat ini Gisya menatap pesan terkahir yang Bumi kirimkan untuknya.
Mas Bumi
Gisya apa kabar? Aku harap kanu baik-baik aja di sana. Gisya, ada banyak hal yang mau aku sampaikan sama kamu, dan banyak hal juga yang harus kita bicarakan. Kalau kamu udah mau bicara sama aku, tolong balas chat aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang Bapak Ya Mas?!
ChickLitGisya si magnet bagi para pria, tiba-tiba mendadak harus pindah dari kos-nya karena ulah ibu kos-nya yang seperti nenek lampir. Dengan bantuan sahabatnya, Gisya mendapatkan kosan baru yang lebih nyaman. Kosan baru, suasana baru, dan peraturan baru...