Hari ini Gisya cukup kesal dengan Vindi. Sahabatnya itu sudah memberikan harapan palsu pada Gisya. Sahabatnya yang satu minggu lalu berjanji pada Gisya hanya akan pulang kampung satu minggu saja, kini berubah menjadi sepuluh hari. Itu artinya, tiga hari ke depan, Gisya masih akan sendirian di kosan ini.
Walaupun sebenarnya Gisya tidak bisa benar-benar dikatakan sendirian, karena ibu kos dan bapak kosnya itu rajin sekali mengajak Gisya sarapan bersama. Tetapi tetap saja, Gisya merasa kesepian. Di tambah lagi Ganta, kekasihnya itu seminggu ini berubah menjadi sangat slow respond.
Namun kekesalan Gisya hari ini sedikit terobati, dengan telpon dari Ganta yang mengajaknya untuk pergi nonton malam ini. Rencananya Ganta akan menjemput Gisya tepat pukul tujuh nanti. Rasanya sudah lama sekai Gisya tidak nonton ke bioskop. Pak Bas, dosen kumis lelenya yang terhormat itu, membuat kehidupan Gisya seperti di neraka. Setiap hari dosennya itu selalu mengirimkan pesan pada Gisya.
'Gigi revisinya sampai mana?'
'Gigi kamu kok revisi lama sekali, yang lain saja sehari jadi.'
'Gigi, ambil hasil revisian di ruang saya sekarang.'
'Gi revisi tuh yang cepet dong, mahasiswa saya itu bukan hanya kamu. Saya sibuk!'
'Tulisan kamu jelek. Ganti!'
'Kamu kopas atau males mikir?! Jelek! Revisi.'
Ah sial. Gisya bahkan bisa mendengar suara Pak Bas Kumis Lele, walaupun ini adalah hari libur. Jika mengingat Pak Bas kumis lele, ingin rasanya Gisya menarik kumis lelenya itu, sampai dosennya itu menagis kesakitan. Mengingat dosennya itu, membuat Gisya melihat kearah sudut kamarnya, dimana di situ lah tersimpan bertumpuk-tumpuk skripsinya, yang harus menjadi sampah berkat Pak Bas Kumis Lele.
Seharusnya dosennya itu sadar, bahwa dirinya telah menjadi manusia dengan tingkat penikmat kertas paling banyak. Bayangkan saja, berapa banyak pohon yang di tebang demi menghasilkan bertumpuk-tumpuk kertas yang saat ini menjadi limbah di kamarnya itu. Tumpukan kerta yang tingginya hampir mencapai tinggi meja belajar itu, adalah limbah skirpsi milih Gisya. Bagaimana jika seluruh skripsi anak bimbingan Pak Bas, semua di tumpuk menjadi satu? Secara tidak langsung, Pak Bas Kumis Lele itu, sudah menjadi penyumbang tingkat penebangan pohon di bumi meningkat.
Dengan sedikit perasaan dongkol terhadap Pak Bas yang masih membuat Gisya gedeg. Gadis itu pun memoles beberapa makeup di wajahnya. Sejak magrib tadi, Gisya buru-buru bersiap untuk ngedate dengan Ganta. Rasanya bahkan sudah lama Gisya tidak merasakan ngedate dengan kekasihnya itu.
Untuk dating kali ini, Gisya memilih untuk menggunakan dress diatas lutut, motif kotak-kotak dengan tali spageti yang bembuat bagian punggungnya terbuka. Dan untuk menutupi punggungnya itu, Gisya memilih melapisinya dengan sweater rajut berwana broken white. Penampilannya semakin cantik ketika di padukan dengan sling bag berwarna coklat susu, dan juga seankers berwaran senada dengan sweaternya. Tidak lupa Gisya juga mencatok rambutnya membuat tampilan rambutnya terlihat bergelombang.
Jika masalah fashion, make up dan juga skincare, Gisya memang selalu paling update. Bisa dibilang Gisya ini tipe-tipe wanita yang feminim, yang menjadi primadona di kampus. Tidak heran followers instagramnnya saja bisa mencapai angka seratur ribu followers.
Walaupun kedua orang tuanya tidak pernah mengizinkan Gisya menjadi beauty vloger, ataupun youtuber, tetapi diam-diam Gisya juga mulai menerima tawaran untuk menerima endorsement. Semua itu bermula dari hobinya yang memberikan beberapa review untuk skincare. Semua itu Gisya lakukan semata-mata untuk mencari pengalaman, menyalurkan hobinya, dan tidak lupa juga untuk menambah uang jajan tentunya. Karena hobinya tersebut juga lah, bisa di bilang, Gisya tumbuh menjadi gadis yang pandai sekali merawat diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang Bapak Ya Mas?!
ChickLitGisya si magnet bagi para pria, tiba-tiba mendadak harus pindah dari kos-nya karena ulah ibu kos-nya yang seperti nenek lampir. Dengan bantuan sahabatnya, Gisya mendapatkan kosan baru yang lebih nyaman. Kosan baru, suasana baru, dan peraturan baru...