Semalaman Gisya tidak bisa memejamkan matanya sedikitpun. Sahabatnya, Vindi memang pernah berkata bahwa mereka akan berdesak-desakan malam ini. Tapi sungguh demi apapun Gisya tak pernah tau, kalau arti berdesak-desakan adalah Vindi yang tidur seperti baling-baling. Kalau ini sih bukan lagi desak-desakan, tapi sudah masuk ranah baku hantam. Jika tidak ingat dirinya sedang menumpang, Gisya pasti sudah membuat Vindi tidur di lantai saat ini.
Menumpang dan ditampung Vindi, membuat Gisya mau tidak mau tunduk pada aturan sahabatnya itu. Mungkin jika sahabatnya itu tidak perlu tidur dengan menurunkan AC nya hingga suhu 16° celsius, maka Gisya akan dengan senang hati memilih tidur beralas karpet bulu-bulu milik Vindi.
Jujur Gisya ogah berdesak-desakan dengan Vindi. Karena bisa dipastikan, setelah tidur satu ranjang dengan Vindi, Gisya pasti akan merasa sakit-sakit di seluruh badannya esok hari. Namun mau bagaimana lagi? Tidur di karpet pun tidak mungkin, sahabatnya itu memang rada gila, karena harus tidur dengan memasang suhu AC hingga 16° Celcius.
Semua penderitaan Gisya akhirnya berakhir, saat subuh tadi Vindi memulai aktifitasnya. Jika semalam Vindi yang tidur, maka kali ini giliran Gisya lah yang tidur. Pagi ini, hingga pukul sembilan siang nanti, biarkan Gisya tertidur dulu barang sejenak.
***
Setelah bangun dari tidurnya, nampak Gisya terbangun dengan kondisi yang sudah sendirian. Bisa dia tebak sepertinya sahabatnya itu sedang pergi ke kampus. Setelah menyelesaikan berbagai rutinitas paginya, Gisya memutuskan untuk pergi keluar untuk mencari sarapan, karena saat ini perut gadis cantik itu nampaknya sudah keroncongan.
Suasana pagi di kosan sahabatnya itu sungguh damai. Rasanya baru kali ini Gisya benar-benar memperhatikan kosan Vindi secara detail. Karena pada dasarnya, dia sendiri jarang sekali mampir ke kosan Vindi, mengingat jaraknya yang lumayan agak jauh dari kampus. Selain itu, walaupun tadi malam Gisya sudah melihat kosan ini, tetapi dirinya tidak sampai memperhatikan keadaan sekitar sedetail pagi ini.
Kosan ini terlihat sangat berbeda dari kosan si Nenek Lampir. Jika kosan si Nenek Lampir memiliki bentuk hampir mirip seperti apartment, maka kosan Vindi memiliki bentuk seperti rumah pada umumnya. Rumah yang luas dan super besar, suasana di sini juga terlihat sangat homie.
Kosan Vindi juga letaknya berada di salah satu perumahan termewah, di sekitar kampusnya, dan rata-rata hunian di sini adalah rumah biasa. Kata sahabatnya itu, satu-satunya rumah yang dibuat menjadi kosan adalah rumah ini.
Kali ini kaki Gisya melangkah kearah ruang tengah, dimana disana ada tv dan sofa, lalu matanya juga bisa melihat terdapat kitchen island dengan pintu kaca dan jendela besar yang langsung menghadap ke taman belakang yang cukup luas. Bagian belakang rumah ini benar-benar terlihat asri, pikir Gisya.
Di bagian taman belakang juga terdapat beberapa kursi santai dan meja. Sepertinya akan enak sekali jika di gunakan untuk mengerjakan skripsi, tambah Gisya dalam hati. Dari taman belakang terlihat pemandangan pohon mangga, dengan buah yang hampir matang. Lalu terdapat kolam ikan, dan juga tempat jemuran di paling sudut taman belakang.
Gisya ingat, sahabatnya itu pernah berkata, jika kosan ini terdiri dari dua lantai dengan jumlah sepuluh kamar. Jika saja ada satu kamar yang kosong di sini, maka Gisya akan memilih tinggal di sini. Walaupun jarak dari kosan ini ke kampusnya cukup jauh dan harus ditempuh menggunakan ojek online, tapi tidak apa. Suasana di sini nyaman, dan tenang. Membuat Gisya betah rasanya berlama-lama disini. Saking nyamannya, Gisya jadi melupakan tujuan utamanya yang akan pergi mencari sarapan.
Dengan buru-buru, Gisya pun melangkahkan kakinya menuju ke luar rumah tersebut. Dan begitu dirinya membuka pintu, Gisya bisa langsung melihat pemandangan taman bagian depan yang sangat cantik dengan berbagai tanaman dan bunga hias. Gisya juga melihat sebuah paviliun yang cukup besar, yang lebih terlihat seperti rumah. Gisya yakin itu adalah rumah bapak kosan ini, tentu Gisya mengetahui hal tersebut dari Vindi. Dari tempatnya, Gisya juga bisa melihat ada pagar yang cukup megah dan tinggi. Tinggal di kosan ini, Gisya jadi merasa dirinya seperti anak sultan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang Bapak Ya Mas?!
ChickLitGisya si magnet bagi para pria, tiba-tiba mendadak harus pindah dari kos-nya karena ulah ibu kos-nya yang seperti nenek lampir. Dengan bantuan sahabatnya, Gisya mendapatkan kosan baru yang lebih nyaman. Kosan baru, suasana baru, dan peraturan baru...