Part 31.1 : Meledak

7.1K 426 9
                                    

Sebentar lagi kalian harus say good bye sama cerita ini kayanya hehehe

Aku harap kalian akan puas dengan endingnya 😁

Jangan lupa di vote dan komen atuh guys, siapa tau aku kepikiran buat bikin extra part hehe 🙏🏻
****

Selama seminggu ini pasca dipaksa kembali ke Sukabumi kondisi Gisya tidak baik-baik saja. Mungkin secara fisik, Gisya baik-baik saja, tapi batinnya merasa tidak baik-baik saja. Jujur Gisya masih merasa bingung dengan apa yang terjadi.

Seminggu ini Gisya masih berusaha membujuk papanya agar mengubah keputusannya. Gisya rela tinggal di Sukabumi, tapi Gisya berharap papanya itu tidak akan menikahkan Gisya dengan Bumi secepat itu. Gisya tidak ingin menikah dalam waktu dekat, tapi Gisya juga tidak ingin putus dengan Bumi.

Sialnya bujukan yang Gisya lakukan tetap saja tidak menggoyahkan keputusan papanya. Semalam, selepas makan malam Gisya bahkan bertengkar hebat dengan papanya. Untuk pertama kalinya Gisya berontak di hadapan kedua orangtuanya.

"Pa, Gisya gak mau nikah secepat itu sama Mas Bumi. Tiga bulan itu terlalu singkat pa. Gisya gak apa-apa kalau papa gak izinin lagi buat Gisya tinggal dan berkarir di Jakarta, tapi Gisya mohon sebagai gantinya Gisya gak mau nikah dalam waktu dekat ini." Selepas makan malam untuk kesekian kalinya dalam satu Minggu ini, Gisya kembali membujuk sang papa untuk bisa sedikit berkompromi.

"Ya udah, kalau gitu kamu putus sama Bumi," jawab papanya datar. Jika nada bicara papanya seperti itu, artinya papanya tidak ingin dibantah.

"Pah, please, sekali ini Gisya mohon papa juga harus bisa berkompromi sama apa yang Gisya mau." Kali ini dengan suara bergetar dan air matanya Gisya mencoba mengatakan apa yang selama ini ingin dia sampaikan.

"Kompromi apa yang kamu maksud? Kompromi dan bikin kamu makin liar iya? Gisya, kamu pikir papa gak tau? Selain pacaran, di belakang papa kamu juga ngambil kerjaan gak jelas kan? Papa sekolahin kamu tinggi-tinggi, bukan pengen liat kamu bikin video gak jelas di sosial media kamu. Papa gak bangga liat kamu kerja gak jelas kaya gitu, pake baju seksi, apa-apaan itu. Kalau kamu tinggal di Jakarta dan malah cari uang dengan cara kaya gitu, lebih baik kamu nganggur di sini. Butuh uang berapa kamu? Papa bisa kasih kamu uang dengan cuma-cuma. Masalah Bumi juga, papa heran, bisa-bisanya kamu ciuman sama dia tapi kamu gak mau nikah?! Gisya papa gak pernah besarin kamu buat jadi anak dengan pemikiran yang liar kaya gitu. Kamu itu cewe Gisya! Keputusan papa itu demi menghormati harga diri kamu sebagai perempuan." Pak Gunawan adalah Pak Gunawan, papanya Gisya itu selalu emosional jika menyangkut tentang masalah ini.

Sebenarnya saat ini bukan hanya Pak Gunawan yang emosional, tetap juga Gisya. Saat ini Gisya nampak sudah bercucuran air mata. Terlalu banyak rasa sakit hati yang Gisya pupuk pada papanya selama ini. Terlalu banyak luka yang Gisya simpan sendiri selama ini. Apa yang papanya katakan tetang pekerjaan impian Gisya benar-benar telah melukai Gisya sepenuhnya. Kesabaran dan kelapangan dada yang coba Gisya pertahankan selama seminggu ini benar-benar buyar.

"Papa gak adil! Selama ini Gisya punya mimpi Gisya sendiri. Dari kecil papa selalu atur hidup Gisya, papa gak pernah tanya apakah Gisya bahagia atau enggak menjalani ini. Papa bahkan gak pernah mau tau apakah Gisya bisa mengikuti kuliah di jurusan yang Gisya sendiri gak mau. Papa bahkan gak pernah tanya sesusah apa buat Gisya gak menyerah di sana. Seumur hidup Gisya, papa gak pernah kasih Gisya pilihan! Dan Gisya rasa seumur hidup kami anak-anak papa, papa gak pernah kasih kami pilihan. Gisya gak heran, kenapa akhirnya Kak Gumi gak mau pulang lagi ke rumah. Papa gak pernah mikirin semua perasaan orang-orang yang ada di rumah. Yang papa pikirin cuma gimana caranya kami nurut sama perintah papa. Papa egois, jangankan untuk dengerin mimpi-mimpi Gisya, untuk berkompromi sama mama aja papa egois. Papa selalu bilang yang terbaik, tapi selama ini pernah gak, papa tanya aku bahagia atau enggak? Pernah gak papa tanya Kak Praja bahagia berakhir ngurusin kebun teh punya papa? Papa pernah gak tau mimpi Kak Praja apa? Papa pernah gak tau mimpi Kak Gumi apa? Papa pernah gak seenggaknya mau denger mimpi ku apa? PAPA GAK PERNAH! PAPA EGOIS!" Keluar sudah semua uneg-uneg yang Gisya rasakan selama ini.

Jangan Bilang Bapak Ya Mas?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang