Dari posisinya saat ini, Gisya bisa melihat sorot mata seorang pria, yang entah kenapa pikiran Gisya saat ini mengatakan bahwa orang itu adalah Bumi. Lagi pula siapa lagi yang saat ini berasa di kosannya tersebut, selain ibu dan bapak kosnya, jika bukan Bumi?
"Mas Bumi?" gumam Gisya sambil setengah bertanya pada dirinya sendiri. Apakah pria di hadapannya itu adalah memang benar-benar Bumi? Tapi sialnya pria itu hanya menatap kearah Gisya tajam, tanpa menjawab pertanyaan Gisya.
"Mas, tolongin saya, saya Gisya, saya penghuni kos dalem, saya ngaku salah Mas karena pulang kemaleman, tapi itu karena saya baru dapet tragedi Mas." Kali ini satu-satunya orang yang bisa Gisya harapkan pertolongannya adalah seseorang yang di hadapannya ini. Terlepas dia Bumi atau bukan.
"Mas, Please!" mohon Gisya sekali lagi.
"Kalau Mas gak mau buka, saya manjat aja deh gak apa-apa," tambah Gisya lagi, sambil nekat mendekatkan diri untuk segera memanjat pagar tinggi yang ada di hadapnnya.
"Tunggu! Saya ambil kunci," ucap pria tersebut, sambil berlalu dari hadapan Gisya. Setelah mendengar hal tersebut, Gisya pun akhirnya bisa bernafas lega.
Gisya tahu kini Ganta masih menatap punggungnya. Namun Gisya memilih mengabaikan pria tersebut. Saat ini Gisya terlalu lelah untuk hanya sekedar menanggapi pria brengsek macam Ganta. Dari tempatnya Giysa bisa melihat bahwa pria yang ia kira bernama Bumi itu datang menghampirinya, dengan memegang kunci gembok.
Setelah pria itu berhasil membukakan pintu pagar kosannya tersebut, tanpa basa basi, Gisya pun masuk ke dalam kosannya tersebut, tanpa melihat kearah belakang lagi, dimana di sana masih terdapat Ganta, yang masih melihat punggungnya dengan tatapan nanar.
"Makasih ya Mas Bumi, Mas udah menyelamatkan hidup saya," ucap Gisya, sambil membawa tangan Bumi yang saat ini masih memegang kunci gembok. Bumi yang mendapatkan sentuhan mendadak dari Gisya tentu saja langsung menarik tangannya, sambil menatap Gisya dengan tatapan galaknya.
"Nama kamu siapa? Kamar nomer berapa?" tanya pria jangkung itu.
"Saya Gisya Mas, kamar nomer sepuluh," ucap Gisya dengan tersenyum cerah yang terlihat lelah.
"Kenapa baru pulang? Kamu tau kan peraturannya? Saya rasa ibu dan bapak pasti udah menjelaskan tentang jam malam," ucap Bumi lagi, sambil menatap Gisya tajam.
"Iya Mas, saya tau, tapi saya tadi beneran dapet musibah, Mas liat sendiri kan tadi kaya apa," ucap Gisya dengan perasaan yang sangat malu, karena dirinya terlihat seperti dramaqueen di mata orang yang baru saja dia kenal.
"Hmmm, tapi kelakuan kamu harus saya laporkan sama ibu dan bapak. Melanggar jam malam, berniat memanjat pagar, dan membuat keributan," ucap Bumi, sambil menatap Gisya.
"Jangan Mas, Please saya cape, Mas jangan dilaporin." Entah kenapa, berurusan dengan Bumi saat ini, membuat Gisya merasa sangat lega.
Tangisnya yang sudah dia tahan sejak tadi, kini entah kenapa tiba-tiba saja tumpah tanpa permisi. Bumi yang melihat seorang wanita asing sedang menangis di hadapannya jadi kikuk sendiri. Mati kutu, tak tahu harus berbuat apa.
"Mas, aku mohon Mas, jangan bilang bapak ya Mas?" ucap Gisya sambil menangis sesenggukan.
***********************
Haiii 👋🏻
Welcome to imtaurus15's second projectIni adalah Projek kedua ku yang aku publish di wattpad. Aku harap di cerita kali ini kalian bisa enjoy dan nyaman bacanya. Terlepas aku sendiri sadar kalau cerita ini masih jauh dari kata sempurna, dan masih banyak kurangnya 🙏🏻
Cerita kali ini mungkin akan berbeda sama cerita sebelumnya...
Buat kalian yang berharap konflik di cerita ini akan cukup berat, aku mau minta maaf sebelumnya karena di cerita ini aku gak akan menampilkan konflik yang terlalu menguras emosi. Aku bikin cerita ini emang sengaja kasih konflik yang ringan-ringan aja, sebagai penetralisir Bumble yang udah lumayan cukup berat saat proses penulisannya.
But than again, jangan lupa ya guys tolong follow, vote, komen dan share cerita aku, biar aku semakin semangat buat upload cerita kedepannya.
So thank before guys buat kalian yang udah mau pada baca cerita aku hihi 🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang Bapak Ya Mas?!
ChickLitGisya si magnet bagi para pria, tiba-tiba mendadak harus pindah dari kos-nya karena ulah ibu kos-nya yang seperti nenek lampir. Dengan bantuan sahabatnya, Gisya mendapatkan kosan baru yang lebih nyaman. Kosan baru, suasana baru, dan peraturan baru...