Part 20.1 : Besuk

1.9K 143 1
                                    

Karena aku lagi pengen hari ini aku double update yuhuuuuu

Sesuai rencana, saat ini Gisya sudah kembali ke ruang rawat inap Pak Anwar. Saat ini Gisya dan Bu Sri sedang menghabiskan waktu dengan menyantap gado-gado yang baru saja Gisya beli bersama Bumi tadi.

"Kata Mas Bumi, Ibu makannya harus dihabisin ya Bu," ucap Gisya cukup pelan. Gisya sengaja berbicara dengan suara yang pelan, karena saat ini di tengah-tengah mereka, Pak Anwar sedang tertidur di atas ranjangnya.

"Aduh Bumi itu, titip Ibunya kaya titip anak kecil aja. Maaf ya Mbak Gisya, Ibu jadi ngerepotin," ucap Bu Sri, sambil mengusap pundak Gisya yang saat ini ada di sampingnya.

"Gak merepotkan Bu, saya juga kan di kosan gak ada kerjaan," jelas Gisya.

"Ibu bersyukur, punya anak kos baik-baik kaya gini. Mungkin kalau Prames masih ada, sekarang dia yang bakal nemenin Ibu," ucap Bu Sri sambil tersenyum dengan tatapan sendunya.

"Saya juga bersyukur punya Ibu dan Bapak kos kaya Bapak dan Ibu. Apalagi sebelumnya, saya punya pengalaman yang kurang enak sama Ibu kos. Jadi ketemu Bapak sama Ibu itu Alhamdulillah banget," jelas Gisya pada Bu Sri.

"Alhamdulillah, mungkin udah takdirnya ya Mbak kita ketemu," ucap Ibu kosnya tersebut, dan Gisya pun hanya bisa tersenyum sambil mengangguk singkat.

"Ibu berharap tau, dapet mantu yang baik-baik juga kaya anak kos," ucap Bu Sri sambil tersenyum kearah Gisya.

"Apa lagi Mbak Gisya, udah cantik, pinter, baik. Mungkin kalau Mas Bumi usianya gak terlalu jauh dari Mbak Gisya, Ibu gak sungkan buat jodohin Mas Bumi sama Mbak Gisya." Perkataan Bu Sri kali ini rasanya terlalu frontal menurut Gisya.

Gisya yang mendengarkan hal tersebut tentu hanya bisa tersenyum kikuk. Jujur Gisya bingung harus menanggapi perkataan ibu kosnya seperti apa.

"Ngomong-ngomong, setelah lulus Mbak Gisya mau kerja atau kuliah lagi?" tanya Bu Sri.

"Saya pengennya kerja sih Bu," jawab Gisya.

"Kalau menikah, gimana?" tanya Bu Sri lagi.

"Mungkin gak dalam waktu dekat, saya... gak tau. Jodohkan Tuhan yang atur," ucap Gisya sambil tersenyum singkat. Jujur Giysa sendiri agak bingung dalam menjawab pertanyaan yang satu ini.

Menikah adalah salah satu hal yang masih menjadi ketakutan tersendiri bagi Gisya. Walaupun banyak contoh pernikahan lain yang bahagia, tetapi tetap saja, menikah akan sama dengan menghadapkan Gisya dengan sistem patriarki.

Dalam benaknya saat ini, menikah adalah penjara bagi semua mimpi-mimpinya. Walaupun Gisya yakin mungkin suatu saat ketika dirinya bertemu dengan orang yang tepat, penjara dalam sebuah pernikahan tidak akan pernah ada. Tapi sejauh ini, Gisya belum menemukan seseorang yang bisa mengubah cara pandangnya tentang sebuah pernikahan itu sendiri.

***

Saat ini matahari sudah siap untuk kembali ke peraduannya. Beruntungnya Bumi baru saja kembali dari pekerjaannya, hal ini tentunya membuat Giysa bisa segera pulang ke kosan. Bukannya Gisya tidak senang untuk membantu keluarga bapak dan ibu kosnya, masalahnya sejak siang tadi Gisya lumayan agak kewalahan dalam menjawab berbagi pertanyaan dari ibu kosnya itu.

Sejak tadi siang, ibu kosnya itu selalu memberikan berbagai pertanyaan tentang jodoh dan pernikahan. Bagi Gisya hal tersebut adalah hal yang sulit untuk dijawab. Menikah saja tidak ada dalam rencana jangka pendek Gisya, lantas bagaimana bisa Gisya memiliki bayangan tentang jodoh dan pernikahan? Ibu kosnya itu bahkan bertanya dengan terang-terangan tentang masalah pasangan beda usia .

Jangan Bilang Bapak Ya Mas?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang