Kehidupan Gisya satu Minggu ini cukup gabut, kebanyakan hanya diisi oleh rebahan. Setelah berhasil memaksa Pak Bas Kumis Lele mengacc skripsinya, kini Gisya harus menunggu hingga jadwal sidang skripsinya keluar. Satu Minggu ini selain sibuk menjadi pengangguran, Gisya juga menyibukkan diri dengan membuat konten untuk media sosialnya yang dibantu oleh Vindi. Beberapa tawaran endorse dari beberapa brand juga akhirnya mulai Gisya terima.
Walaupun nyatanya orang tua Gisya selalu berharap bahwa anak mereka akan bekerja menjadi pegawai kantoran. Tetapi kali ini Gisya memilih nekat menerima endorsement. Gisya berpikir Tuhan telah memberikannya sebuah beauty privilage yang memudahkan Gisya untuk mendapatkan lebih dari ratusan ribu followers di Instagram nya, belum lagi tiktok nya yang saat ini sudah mencapai sepuluh ribu followers, akan sangat di sayangkan jika Gisya menyia-nyiakan semua yang sudah Tuhan berikan. Toh dengan endorsement, Gisya bisa banyak menabung untuk masa depannya kelak.
Hari ini setelah membuat konten rencananya Gisya akan pergi jalan, atau bisa disebut dengan first date bersama Bisma. Bisma adalah salah satu teman seangkatan Gisya. Sebenarnya sejak mahasiswa baru, Bisma ini sudah mulai mendekati Gisya. Namun Gisya memilih mengabaikannya, karena saat itu Bisma dan juga Gisya pernah berada dalam satu kepanitiaan yang sama. Gisya tidak suka jika nanti profesionalitasnya dipertanyakan ketika dirinya dekat dengan Bisma. Secara Bisma adalah seorang aktivis, pria itu cukup banyak berpolitik di BEM universitas mereka. Bahkan saat ini pria itu berhasil menduduki tahtanya sebagai ketua BEM universitas mereka. Sebenarnya Gisya kurang suka dengan seorang aktivis semacam Bisma. Namun setelah dicoba menanggapi Bisma beberapa hari ini, ternyata pria itu cukup menyenangkan.
Jangan heran jika Gisya sudah memiliki gebetan baru, gadis itu nyatanya sangat anti dengan status jomblo. Menurut Gisya jomblo itu membosankan. Sebenarnya tidak harus terikat dalam sebuah status pun tidak masalah, yang penting setiap malam minggu Gisya tidak diam di rumah, at least ada seseorang yang bisa Gisya ajak jalan, kurang lebih itu lah yang dipikirkan Gisya.
Sejak dulu Gisya memang tidak pernah menganggap hubungannya dengan para laki-laki adalah hubungan yang serius. Termasuk hubungannya dengan Ganta yang hampir mencapai dua tahun lamanya. Setiap memiliki hubungan romansa dengan seseorang, Gisya tidak pernah memikirkan bahwa hubungan tersebut akan dibawa ke jenjang yang serius seperti pernikahan. Karena nyatanya Gisya yang berjiwa bebas ini belum memikirkan tentang pernikahan sama sekali. Gadis itu masih merasa ingin hidup bebas. Dalam pikirannya menikah itu adalah sebuah penjara. Sebenernya alasan Gisya memiliki pemikiran seperti ini adalah akibat dari sistem yang dibangun dalam rumah tangga kedua orang tuanya.
Kedua orang tua Gisya, terutama papanya memang merupakan seorang patriarki sejati, cenderung otoriter, dan Gisya sangat membenci itu. Jujur Gisya sangat menyayangi papanya, tetapi sistem yang dia terapkan dalam keluarga sungguh tidak Gisya sukai. Gisya juga sebenarnya melihat mamanya sangat bahagia menikah dengan papanya, tapi menurut Gisya mamanya seperti itu karena sudah terlalu dibutakan oleh cinta.
Di tengah sistem patriarki yang papanya terapkan dalam rumah mereka, dengan tanpa beban mamanya juga menerima itu semua. Walaupun semua itu terlihat bukanlah masalah yang berarti, tetapi bagi Gisya yang anaknya cukup menjunjung tinggi hak-hak wanita, merasa apa yang di lakukan papanya itu sama seperti memenjarakan mamanya.
Gisya sering mendengar cerita mamanya tentang masa mudanya. Mamanya bilang bahwa dulu dia adalah seorang wanita karir yang rela meninggalkan karirnya, demi turut dan patuh pada suami. Cerita itu tentu saja sangat membuat Gisya geram sendiri, dan menganggap papanya adalah laki-laki patriarki yang egois, juga otoriter.
Sebenarnya Gisya sendiri memiliki alasan kenapa bisa berpikir seperti itu. Sejak kecil Gisya tumbuh di tengah aturan papanya yang super ketat. Bahkan papanya cenderung tidak pernah memberikan Gisya pilihan. Bahkan sebenarnya Gisya tidak ingin kuliah di jurusan akuntansi, tetapi dia harus dan terpaksa menuruti keinginan papanya untuk kuliah di jurusan akuntansi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang Bapak Ya Mas?!
ChickLitGisya si magnet bagi para pria, tiba-tiba mendadak harus pindah dari kos-nya karena ulah ibu kos-nya yang seperti nenek lampir. Dengan bantuan sahabatnya, Gisya mendapatkan kosan baru yang lebih nyaman. Kosan baru, suasana baru, dan peraturan baru...