Kali ini Gisya tengah berdiri menunggu taksi online yang belum kunjung datang. Sambil menunggu, sahabatnya Vindi masih heboh dengan apa yang dia lihat tadi. Pemandangan bumi dengan seorang wanita yang berpakaian sangat seksi, tentu saja membuat mereka terkejut. Apalagi saat tadi mereka kembali melihat kearah bumi, pria itu sedang menyerahkan uang pada wanita seksi tersebut.
"Gila ya Gi, kalau pak Anwar tau kelakuan anaknya ternyata diam-diam gitu pasti sakit hati sih," ucap Vindi.
"Lagian mukanya kalem gitu, kelakuannya sama aja kaya cowo lain," tambah Vindi lagi.
"Udah lah Vin, cukup tau aja kali," jawab Gisya.
"Eh! Eh! Nyamperin kita anjir!" Seru Vindi pada Gisya.
Dengan cepat Gisya menolehkan kepalanya kearah belakang, sontak matanya bertemu dengan sorot mata Bumi.
"Kamu kok di sini?" tanya Bumi, begitu pria itu berhadapan dengan Gisya.
"Cari hiburan kali Mas, kan hari minggu. Sama kaya Mas Bumi yang cari hiburan juga," ucap Gisya, sambil mengalihkan tatapan matanya pada layar ponselnya.
Bumi yang mendengar perkataan Gisya pun hanya meringis pelan. Dua orang di hadapannya ini pasti salah paham dengan apa yang baru saja terjadi. Dan entah kenapa Bumi sangat ingin menjelaskan semua kesepahaman ini.
"Mau pulang?" tanya Bumi pada Gisya.
"Iya, lagi nunggu taksi online," jawab Gisya, tanpa repot menatap Bumi.
Kenapa wanita ini jadi sangat dingin? Pikir Bumi.
"Batalin aja kalau gitu, saya antar. Sudah malem juga. Nanti yang ada kamu ke kunci lagi. Ayo! saya juga mau pulang ke rumah malam ini," ajak Bumi.
Perkataan Bumi ini tidak langsung ditanggapi oleh Gisya. Justru Vindi lah yang akhirnya menanggapi ajakan Bumi tersebut.
"Serius Mas kita mau dianter pulang?" Tanya Vindi dengan semangat. Dalam otak polosnya, saat ini yang Vindi pikirkan adalah tumpangan GRATIS. Selama ada yang gratis kenapa harus bayar. Kurang lebih itu lah prinsip Vindi. Walaupun sejak tadi Vindi merasa ada yang aneh dengan interaksi antara Bumi dan Gisya, tapi saat ini tumpangan gratis, dan pulang tepat waktu jauh lebih penting bukan?
"Iya, ayo cepat keburu malem," jawab Bumi.
"Ayo Gi, batalin aja lah lama," ucap Vindi sambil mengguncang lengan Gisya.
"Tapi kita udah pesen Vin, nanggung," ucap Gisya pada Vindi.
"Kalau emang kamu gak mau, gak apa-apa. Saya nawarin cuma karen khawatir kalian kekunci aja," sindir Bumi lagi.
Perkataan Bumi kali ini sontak membuat Gisya mengalihkan tatapannya sepenuhnya pada Bumi. Sebenarnya entah kenapa saat ini Gisya menjadi sangat kesal ketika melihat Bumi. Pria yang Gisya kira adalah pria baik-baik, ternyata kelakuannya sama saja dengan pria hidung belang lainnya. Kekesalan Gisya semakin memuncak saat dirinya bisa mencium bau asap rokok, dan juga alkohol di baju Bumi.
"Gimana? Kalian mau tetep di sini nunggu taksi?" tanya Bumi lagi.
Untuk beberapa saat Gisya sempat berpikir. Matanya kini melirik kearah jam yang ada di ponselnya. Akan sangat mepet jika mereka pulang menggunakan taksi. Mana titik drivernya juga masih lumayan jauh. Perkiraan akan tiba tiga puluh menit lagi. Satu yang saat ini Gisya takutkan adalah kekunci. Sudah beberapa kali dirinya hampir terkunci di luar kosan.
"Ck! Ya udah deh ayo," jawab Gisya, sambil membatalkan orderannya tersebut.
"Ayo!" ajak Bumi.
Kali ini pria itu yang menuntun jalan di hadapan Gisya dan juga Vindi. Kedua gadis itu tentu saja hanya mengekori Bumi, karena mereka juga tidak mengetahui dimana Bumi memarkirkan mobilnya. Sebuah HR-V berwarna putih itu tentu saja langsung menyala ketika Bumi memencet tombol unlock dari benda yang ada di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang Bapak Ya Mas?!
ChickLitGisya si magnet bagi para pria, tiba-tiba mendadak harus pindah dari kos-nya karena ulah ibu kos-nya yang seperti nenek lampir. Dengan bantuan sahabatnya, Gisya mendapatkan kosan baru yang lebih nyaman. Kosan baru, suasana baru, dan peraturan baru...