Part 17.2 : Jangan Bilang Bapak Jilid Kesekian

9.5K 552 7
                                    

Entah harus disebutkan apa dating kali ini. Dating kah? Atau prosesi khitbah ala ala kah? Yang jelas semua tidak sesuai dengan ekspektasi Giysa. Mungkin bagi beberapa orang, cara Faizal ini lah justru yang mereka inginkan. Tapi tidak dengan Gisya, lebih tepatnya diusia Gisya yang baru 22 tahun ini, menikah adalah sesuatu hal yang sakral, yang harus dia pertimbangkan ribuan kali.

Menurut Gisya, untuk menikah dirinya perlu merelakan dan mengorbankan semua kebebasan yang dia miliki sebelumnya. Karena secara tidak langsung ketika menikah, tentunya Gisya akan terikat pada seseorang, dan terikat dengan seseorang artinya Gisya akan merasa terpenjara. Maka dari pada memberikan kesempatan lebih lanjut pada Faizal. Gisya memilih untuk langsung menolak tawaran adik tingkatnya tersebut. Walaupun yang pria itu tawarkan hanya pengenalan, tapi Gisya tidak mau memberikan pria itu harapan. Karena nyatanya Gisya sendiri tau, bahwa dirinya tidak akan pernah bisa mewujudkan harapan Faizal.

Walaupun Gisya harus memberikan jawaban yang pahit untuk Faizal. Tetapi pria itu tetap membuat Gisya menikmati makan malam mereka kali ini. Gisya rasa walaupun Faizal berusia satu tahun lebih muda darinya, tetapi dia cukup dewasa menyikapi penolakan yang Gisya lakukan.

"Ini udah lewat lima menit dari jam sebelas loh, kamu gak akan kekunci kan?" tanya Faizal di balik kemudinya.

"Engga deh kayanya, aku udah minta tolong Mas Bumi juga kok," jawab Gisya, sambil menatap pesan terakhir yang hanya dibaca saja oleh Bumi.

Sebenarnya Gisya ragu, apakah Bumi benar-benar akan menolongnya kali ini? Atau Mungkin pria itu sudah lelah menghadapi Gisya yang terus-terusan melanggar jam malam? Tapi yang jelas kali ini semua itu bukan karena kesengajaan.

Semua ini terjadi karena jalanan yang tiba-tiba macet. Setelah ditelusuri ternyata baru saja ada kecelakaan beruntun, yang membuat polisi harus melakukan rekayasa lalulintas dengan membuka tutup jalan. Semoga Bumi nanti mengerti dengan apa yang terjadi pada Gisya saat ini.

Akhirnya saat ini mereka berdua sudah berada di depan kosan Gisya. Dengan sedikit terburu-buru Gisya pun akhirnya turun dari mobil tersebut, dan berjalan ke arah pagar kosannya diikuti oleh Faizal. Melihat Faizal yang mengikutinya, Gisya pun mengernyit heran.

"Loh kok gak langsung pulang?" tanya Gisya lagi.

"Aku pulang, kalau kamu udah bisa masuk, aku gak bisa tinggalin kamu sendirian kalau ternyata kamu kekunci," jelas Faizal lagi. Gisya yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa terdiam.

"Emang kalau aku kekunci kamu punya solusi?" tanya Gisya, sambil melangkahkan kakinya lagi mendekati pagar kosannya.

"Seenggaknya rumah kakak perempuan aku bisa nampung kamu buat semalem ini," jelas Faizal.

"Di kunci gak?" tanya Faizal lagi.

"Enggak." Bukan suara Gisya yang saat ini menjawab pertanyaan Faizal. Melainkan suara seorang pria dari balik pagar kosan Gisya.

Disini bukan hanya Faizal yang terkejut, tetapi Gisya juga terkejut dengan suara Bumi yang tiba-tiba menyapa mereka.

Saat ini pintu pagar kosan pun terbuka. Nampak wajah Bumi terbingkai di balik kaca matanya. Gisya melihat di balik kaca mata itu, Bumi menatapnya dengan tajam.

"Eh aku masuk dulu, makasih ya," pamit singkat dari Gisya.

"Ah i.. iya," jawab Faizal, dengan sedikit gugup. Bukan hanya Gisya yang ditatap cukup tajam oleh Bumi, tetapi Faizal juga nyatanya mendapatkan tatapan tajam itu.

Setelah kepergian Faizal, baru lah Bumi benar-benar mengunci pagar rumahnya. Saat ini Gisya masih menunggu Bumi, Gisya sadar dirinya lagi-lagi melakukan kesalahan yang sama. Gisya juga sadar dirinya harus lah berterimakasih pada Bumi. Tapi jujur, melihat Bumi yang menatapnya cukup galak, membuat nyali Gisya ciut. Mungkin jika posisinya Gisya tidak melakukan kesalahan, maka Gisya tidak akan segan-segan berdebat dengan Bumi. Tapi disini Gisya sadar diri, kesalahan memang ada padanya.

Jangan Bilang Bapak Ya Mas?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang