Created: meinuniverse
17.11.2023💎💎💎
"Jaehye?" Aku bertemu Yoongi di depan lift. "Aku mencarimu." Katanya.
"Untuk apa?" aku masuk ke dalam lift, dia memilih hal yang sama.
"Aku ingin meminta maaf padamu setelah apa yang aku lakukan." Dia menatapku dengan lamat, namun aku memalingkan wajahku darinya.
"Aku telah memaafkanmu, aku bahkan sudah lupa padamu sebelum akhirnya kau muncul lagi. Apa yang kau inginkan?" aku meliriknya dengan tak acuh.
Ekspresinya menggambarkan kelegaan, aku tidak mengerti ini. "Syukurlah, aku pikir aku menghantui pikiranmu."
"Atau aku yang menghantui pikiranmu?" tanyaku balik.
Yoongi terkekeh, "Ya, aku merasa bersalah padamu."
Jadi hanya karen itu dia terus memikirkanku? Sialan.
"Aku telah memaafkanmu, jadi kau bisa hidup tenang sekarang." Aku diam-diam menyimpan sketsa wajahnya, "Kau bisa pergi menjauh dariku sesukamu karena aku sudah tidak peduli lagi."
Yoongi tersenyum kecut, "Itukah yang kau inginkan?"
"Ya, pura-puralah tidak mengenalku kalau kau bertemu denganku. Aku akan lakukan hal yang sama." Kataku.
"Kenapa? Kau membenciku?"
"Iya, Yoongi. Aku muak padamu."
Yoongi menghela napas, "Aku bisa kabulkan hal itu, tapi maafkan aku, mungkin diriku yang lain akan terus mengejarmu Jaehye."
"Apa maksudmu? Kau harus berjanji untuk menjauh dariku! Kau tidak pernah tahu apa yang aku rasakan, jadi enyahlah!" aku mengatakan hal yang pernah dia katakan padaku. Setelah lift terbuka aku pergi dengan terburu-buru ke ruang kerjaku tanpa menunggu jawabannya. Oh, aku muak dengan semua ini.
Aku dengar suara lift tertutup dan lift lain yang terbuka. Aku menoleh dan tidak menemukan Yoongi, dia telah pergi seperti apa mauku. Syukurlah.., aku berharap Nyonya Charly datang membawa wine dengan cepat. Aku ingin melupakan sejenak apa yang terjadi.
***
Ketika satu botol wine dingin hampir aku habiskan, seseorang masuk ke ruang kerjaku. Lampu ruangan sengaja aku biarkan redup, aku memicing mencoba mengembalikan kesadaranku yang hampir punah untuk melihat siapa yang bisa mencongkel pintuku yang dikunci rapat.
"Siapa?" aku melihat sepatu hitam dan pakaian serba hitam lainnya, lalu dengan samar-samar aku melihat rambut kuning pirang. "Hei, siapa itu? Taehyung?" Aku tahu kalau itu bukan Taehyung, rambut Taehyung hitam sekarang bukan pirang.
Aku simpan gelas wine di meja, dan mencoba berdiri dari sofa dengan pandangan mata berkunang-kunang. Aku mabuk. "Siapa disana? Aku bisa panggil polisi!" aku rogoh saku rokku untuk ambil handphone namun secepat kilat sebuah tangan melempar handphoneku ke atas sofa dan menarikku mendekat.
Dia menarik pinggangku merapat pada badannya, aku dapat mencium bau parfum maskulin dan samar-samar aku melihat wajahnya yang punya mata tajam.
"Lepas!"
"Senang berjumpa lagi denganmu Lee Jaehye." Aku kenal suaranya.
"Kau?" tapi aku tidak yakin.
"Aku dapatkan badan baru." Aku lepaskan pelukannya dan mencoba melihat wajahnya.
"Jimin?" aku yakin di depanku ini Jimin.
"Jaehye, aku Suga." Dia merapat padaku, mata birunya menyorot dengan tajam di ruangan gelap ini.
"Apa maksudmu Jimin?" aku lepaskan dia tapi dia mencengkram rahangku, membuatku mendongkak dan mencium mulutku dengan rakus.
Aku kenal ciuman ini. Aku ingat rasanya. Aku tahu parfum ini. Tidak mungkin ini Suga. Bukankah Yoongi itu Suga?"Aku adalah diriku, Jaehye. Bukan siapapun." Katanya begitu dia lepaskan bibirku.
Aku memegangi kepalaku yang berdenyut, "Jimin?" aku lihat Jimin berpaling padaku. Namun hendak aku berkata, aku rubuh di pelukannya.
***
"Hei, hei bangun~"
Aku mengerutkan keningku, memicing mata dan menatap seseorang yang membangunkanku. "Taehyung?"
"Kenapa kau tidur di sini? Kau mabuk?"
Aku memegangi kepalaku yang sakit, "Tidak." Aku mencoba berdiri, namun pening di kepalaku membuatku terhuyung-huyung.
Taehyung menangkapku, "Ya, kau mabuk." dia menuntunku duduk di sofa.
Aku ingat tadi ada Jimin yang datang dan mengaku jadi Suga. Kepalaku semakin pusing ketika ingat dia. "Tae, kau tadi lihat ada orang yang masuk ke ruanganku tidak?"
"Ck, itu nyonya Charly. Dia yang menemukanmu tak sadar di kursi kerjamu. Beruntung sekali dia kemari,"
Taehyung mengambil air putih di kulkas yang berada di pojok ruangan, dia memberiku air putih dingin."Sebelum dia. Aku lihat orang lain kemari, seorang laki-laki." Kataku.
"Tidak tahu, tanyakan saja pada nyonya Charly nanti." Katanya
"Dia Jimin tapi bukan Jimin." Ucapanku membuat Taehyung mengerutkan keningnya.
"Jimin?" dia memandangku curiga, "Kau benar-benar mabuk. Dia tidak pernah ada di pestamu, tak ada yang mengundangnya."
Aku ingat-ingat, memang benar apa katanya. Tak ada yang mengundang Jimin, lagipula dia tidak pernah muncul di hadapanku lagi setelah lulus SMA. Kabar burung mengatakan kalau dia sekolah di Kanada dan menetap di sana.
"Ayo kita pulang, pesta sudah berakhir." Taehyung memakaikan jaket coat padaku, dia dengan sabar membereskan tas kecilku.
"Bagaimana dengan ayahku?" Aku berdiri dan menumpu pada Taehyung yang merengkuh pinggangku.
"Sudah pulang, semuanya sudah selesai. Kau tidak dengar di sini hening sekali?" Dia berucap dengan sinis, aku terkekeh saja.
Menyandarkan kepalaku di bahunya, "Bisa apa aku tanpamu, Tae.."
Ketika di dalam lift yang bergerak turun aku berpikir ulang mengenai hal aneh tadi. Mengenai Jimin yang dirasuki Suga.
"Aku benar-benar melihat Jimin.""Kau terlalu banyak minum anggur, itu hanya halusinasimu. Kau mabuk. Sudahlah, jangan banyak bicara lagi. Mau aku tinggalkan?"
Taehyung mendengar gumamanku, aku merengut tak suka dan semakin menempelinya. "Kau tidak bisa meninggalkanku~~"
"Hei, aduh. Menyebalkan. Jangan peluk aku!"
💎💎💎
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Mischievous | with Sequel - [FF BTS SUGA / Min Yoongi]
Fanfiction[Book 1 Tamat] [Sequel Ongoing] Suga itu Min Yoongi. Min Yoongi itu Suga. Tapi mereka itu berbeda. Benar-benar berbeda. Yoongi adalah si pengumpul mendali dan piala untuk sekolah. Sedangkan Suga adalah s Rapper Genius. Dan aku adalah seseorang yang...