04. I'm The Antidote, My Deity

14 2 0
                                    

Betapa eloknya parasmu yang mempesona; menarik atensi tiap lalat yang lewat.

Kamu, bunga semerbak yang tidak mengenal kering maupun gersang, tumbuh begitu cepatnya seolah menekankan bahwa kamulah dewi dari segala keindahan di atas tumpukan kotoran untuk menggempurkan tanah.

Tatkala pandanganku tertuju kepada kelopak-kelopak bungamu yang sudah mulai terbuka, kamu pun mengembalikan pandanganku dengan manik-manik mata yang jernih dan cerah.

Adakah aku pernah melihat keindahan sebesar itu?

Tidak pernah; sekali pun tidak pernah.

Kamu adalah fatamorgana yang menyelamatkanku dari derasnya hujan petir dua tahun lalu; bisa saja, apabila dibiarkan, akan ada banjir yang menenggelamkan hatiku. Namun, kamu datang dan meredakan semuanya, seolah Dewi yang menyayangi hamba-Nya.

Aku selalu menjagamu sejak saat itu; sejak kamu tidak sengaja mendobrak pintu kehidupanku di trotoar perempatan nomor lima.

Tidakkah kamu merasa aman selama dua tahun terakhir ini?

Tidakkah kamu menyadari bahwa lalat-lalat yang menyerbumu berkurang; bahkan hampir punah?

Itu semua adalah kerja kerasku.

Aku melindungimu, Dewi-ku.

16 Oktober 2024
Hamba-Mu yang Setia

***

Aku menyadari kamu tidak membalas surat yang kutinggalkan di nakasmu. Mengapa?

Mungkin, isinya terlalu sedikit. Aku pun belum memperkenalkan diri dengan baik. Namun, Dewi-ku, yang perlu kamu ketahui ialah aku merupakan pemuja setiamu.

Tidak ada yang bisa memujamu sepertiku.

Tidak ada yang bisa mendekatimu sepertiku.

Jadi, kumohon. Sesekali, balaslah suratku. Aku hanya ingin tahu seperti apa kelihatannya tulisan tanganmu. Anehnya, kamu tidak menyimpan buku tulis maupun secarik kertas dan alat tulis di apartemenmu. Apakah kamu tidak suka menulis?

Ah, tidak. Aku tidak mengatakan bahwa itu hal yang buruk. Apabila kamu tidak menyukainya, apakah aku harus membakar semua buku, kertas, dan alat tulis yang dijual di toko buku sekitarmu?

17 Oktober 2024
Pemujamu

***

Jangan. Maumu apa?

***

Kamu membalasku! Kamu membalasku! Kamu membalasku! Kamu membalasku! Kamu membalasku!

Tulisan tanganmu ternyata lebih indah dari yang pernah kubayangkan. Begitu tebal tetapi terlihat elegan. Inikah huruf tegak bersambung jika dicampur dengan kecantikan dari jari-jarimu yang imut itu?

Kamu menggunakan kertas dari surat keduaku! Ah, tulisan tangan kita ada pada secarik kertas yang sama. Ini membuatku bersemangat. Kamu sangat menghargaiku, rupanya!

Dewi-ku, aku tidak akan melakukan apa pun yang tidak kamu inginkan. Maka, aku tidak akan melenyapkan apa pun atas keinginanmu.

Dewi-ku, aku tidak menginginkan apa pun darimu. Oh, bagaimana mungkin aku bisa meminta sesuatu dari tangan-tanganmu yang aromanya selayak kue cokelat?

Namun, sejujurnya, ada sesuatu yang ingin kuminta darimu. Maukah kamu memberikannya kepadaku?

18 Oktober 2024
Budakmu

Cerpen 3 Tema: A Long JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang