15.30
Di lapangan basket, Januar dan Dylan beneran bakal duel, dan si saksikan oleh teman-teman mereka berdua saja, karena semua murid sudah pada pulang, kecuali yang ekskul hari ini.
Januar memegang bola di tangan kirinya, menatap Dylan di hadapannya. Mereka berdua hanya memakai seragam putih, tidak memakai almamater, tapi pake celana juga lah.
Dylan bersedekap dada,"kita suit, siapa yang mulai."
Zael, Fadli, duduk di pinggir lapangan sedikit berjarak dengan, Deo, Iqbal, Felly dan Aurora.
Antek-anteknya Dylan yang paling semangat ngeliat per-duel'an ini yang katanya taruhan duit.
Januar mengangguk, Dylan menghitung.
"Satu.. dua... Tiga!"
Januar batu, Dylan gunting. Januar sekarang yang memegang bolanya.
Dylan cuma ngangguk-ngangguk,"boleh lah."
"DYLAN! LO KALO MENANG TRAKTIR KITA!" Teriak Aurora.
Januar mulai mendribble bola, Dylan menghadang di depannya saat ini,"kalo.kalah jangan nangis."
"Lo yang nangis."
Januar berlari melewati Dylan sambil menggiring bola mendekati ring, dengan gampangnya dia melempar bola itu dan,
Hap!
Satu poin buat Januar, dan bolanya langsung direbut sama Dylan.
Dylan berlari kencang mendekati ring, tapi Januar gak tinggal diam, mereka berdua sama-sama gak mau kalah.
Zael bersedekap dada menatap temannya di lapangan,"emang sifatnya gak beda jauh."
Fadli mengangguk sambil makan cilor,"tapi seru juga."
Dylan melompat dan menggapai ring itu sampai dia bergelantungan di atas sana dan memasukkan bola tersebut kedalam ring, dan poin mereka sama-sama satu sekarang.
Bola itu jatuh dan menggelinding, dan Dylan yang turun dari gelantungan-nya, ia terkejut karena tiba-tiba saat itu juga Januar ada di hadapannya, dengan posisi sangat dekat, dan Dylan menabrak tubuh Januar.
Tubuh Dylan terhuyung kebelakang, hampir ingin jatuh kalau Januar tidak menarik tangannya, sampai Dylan terlihat menjadi seperti sedang memeluk Januar, mereka benar-benar sangat berdekatan.
Dylan mengedipkan mata saat wajahnya ini berada di pundak Janu.
Januar memalingkan wajah sambil menelan ludah, dan mendorong tubuh Dylan supaya menjauh.
Para penonton juga pada kaget, tercengang, dan terdiam menyaksikan betapa dramatisnya dua orang itu.
Januar langsung menjauh dari lapangan, mengambil almamater dan tasnya dahulu dan pergi.
Dylan melihat kepergian Januar dan dua temannya, ia menghela nafas dahulu lalu mengambil bolanya dan mendekati teman-temannya.
Iqbal memberikan air kepada temannya itu,"minum dulu lo."
"Thanks." Dylan duduk disebelah Felly.
"Terus, siapa dong yang menang?" Tanya Aurora.
Dylan mengangkat bahu sambil meneguk airnya,"gak jelas banget tuh orang, cuman kayak gitu aja langsung pergi."
"Mungkin dia salting sama lu." Felly.
"Gila aja, lagian lebay banget."
"Udah lah, balik aja yok." Deo bangun dan di susul Iqbal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BOYS LOVE] MY SOULMATE [END]
Teen Fiction"Gue bisa jadi heroin, buat lo candu sama gue." Ini bukan kisah Dylan dan Milea, tapi ini tentang Januar dan Dylan, dua laki-laki bocah SMA yang memiliki cerita sendiri didalamnya. ___________________________ Dylan harus menuruti keinginan orangtuan...