SEMINGGU KEMUDIAN*
Setelah berpulangnya nenek Lia, kediaman keluarga Andreas masih berduka, walaupun sudah tujuh hari yang lalu.
Dylan sudah kembali tinggal bersama kedua orangtuanya, dia sudah mengambil libur selama tujuh hari izin karena sedang berduka.
Dan sekarang sudah kembali hari Senin yang tandanya Dylan harus kembali bersekolah, kedua mata lelaki manis itu tampak seperti panda, dan kelopak matanya membengkak karena menangis terlalu lama.
Dan juga, Dylan tidak melihat Janu lagi semenjak di rumah sakit itu sampai sekarang, ia kira lelaki itu akan selalu menjenguknya ternyata tidak.
Agak sedikit sedih, dan over thinking. Apa Januar tidak ada sedikitpun merasa kasihan kepadanya? Tidak apa kalau lelaki itu benar-benar tidak memiliki perasaan yang sepesial kepadanya, tetapi minimal Janu punya rasa iba kepadanya.
Padahal Dylan sangat ingin menemui Janu, dia ingin di peluk oleh lelaki itu. Tapi mau bagaimana lagi, Januar memang secuek itu.
Mungkin memang seharusnya Dylan membuang jauh-jauh perasaan yang tidak seharusnya ada, untuk apa dia mencintai seorang diri, dia tidak ingin kembali seperti dulu.
Saking cintanya sama orang dulu Dylan pernah hampir mati saking bodohnya di buta 'kan oleh cinta, ujung-ujungnya ya begitu asing, ini cerita tentang dirinya dengan seseorang saat di Prancis.
Tapi tenang aja, sekarang dia benar-benar sudah tidak memiliki perasaan oleh orang itu. Yang ada malahan hatinya sudah terisi penuh oleh nama Janu, Janu, dan Janu.
"Kamu udah tau mau kuliah dimana sayang?" Tanya Widya di sela-sela acara makannya.
Dylan tersadar dari lamunan, menatap mamahnya,"apa mah?"
"Tuh kan, bengong lagi. Jangan bengong sayang."
Dylan tersenyum kikuk,"maaf mah."
"Adek belum tau mah mau kuliah dimana." Lanjutnya.
Widya mengangguk,"sehabis kamu lulus, rumah ini akan di jual. Dan kita akan tinggal di rumah kita yang dulu."
Dylan terdiam, menjatuhkan sendok dari tangannya, dia menatap bingung kearah Widya,"maksud mamah?"
Andreas cuma nyimak di antara ibu dan anak itu sambil makan.
"Adek tau kan, di sini kita cuman jaga nenek."
"T-tapi kenapa harus di jual rumahnya?"
"Huft... Memangnya siapa yang menempati?"
Dylan menggeleng pelan,"tapi adek mau cari-cari univ di sini dulu ya mah—"
"Gak bisa."
"K-kok gak bisa? Di sini masih ada kok universitas yang bagus, nilai adek juga pasti bakal tinggi nanti."
"Gak bisa sayang, kali ini aja nurut sama mamah. Mamah udah selalu nurutin apa yang kamu mau, sekarang mamah mohon. Nurut sama mamah soal ini."
Kedua bahu Dylan jatuh, dia mengangguk pelan sambil menunduk,"iya mah."
Widya menghela nafas,"Yaudah, lanjutin makannya."
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Ah Dylan! Kangen!" Aurora dan Felly memeluk Dylan yang baru datang ke kelas setelah sekian lama.
Dylan mendapatkan pelukan dari dua teman perempuannya tersenyum,"lebay."
Felly mengerucutkan bibirnya,"turut berdukacita ya Dy, gue tau lu kuat."
Aurora mengangguk,"semoga nenek lo tenang di sana."
![](https://img.wattpad.com/cover/356307067-288-k106411.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[BOYS LOVE] MY SOULMATE [END]
Teen Fiction"Gue bisa jadi heroin, buat lo candu sama gue." Ini bukan kisah Dylan dan Milea, tapi ini tentang Januar dan Dylan, dua laki-laki bocah SMA yang memiliki cerita sendiri didalamnya. ___________________________ Dylan harus menuruti keinginan orangtuan...