19.00
Malam harinya mereka punya rencana untuk minum-minum dan makan-makanan seafood, karena mereka belum mempunyai seafood yang bisa di masak, tandanya harus pergi ke pasar dulu untuk berbelanja.
Pasar-pasar di sini tutup jam delapan malam, tandanya masih ada satu jam lagi waktu mereka untuk berbelanja, tapi hanya pasar seafood bukan pasar lokal seperti yang menjual sayur-sayuran.
"Gua yang belanja, siapa yang mau ikut?" Tanya Janu.
Siapa lagi kalo bukan Janu, yang ngerti tentang begituan.
"Gua siapin minum!" Ucap Fadli.
"Gua juga!" Saut Deo.
"Em... Hehe kita berdua siapin barang-barang yang di butuhin aja ya." Felly merangkul Aurora.
"Yaudah sama gue." Iqbal mengambil jaket.
Zael berdiri dari duduknya,"ikut deh." Dia ikutan make jaket karena di luar dingin.
"Yaudah, bertiga—"
"Iqbal mau kemana?" Tanya Dylan karena dia baru aja selesai mandi sore.
"Pasar, ikut?"
"Heum!" Dylan mengangguk cepat.
"Pake jaketnya." Ucap Janu.
Lelaki manis kembali masuk kamar dan mengambil jaket setelahnya mereka bertiga berjalan keluar.
"Jauh?" Tanya El dan di balas gelengan.
"Tempat sodara gue." Iqbal.
Mereka berempat mulai memasuki area rumah-rumah warga yang banyak di tempati oleh para nelayan.
Setelah sampai di sana, Iqbal a.k.a keponakan dari nelayan di sana mengobrol sebentar dengan pamannya.
"Paman Sam."
"Eh Bal? Gak ngomong kalo ke sini, sama siapa? Ibu?"
Iqbal menggeleng,"Sama temen, ini Dylan, Janu sama El."
"Oalah.. malam-malam begini kenapa keluar rumah?" Paman Sam beranjak dari duduknya.
Hanya mengenakan kaus putih dan juga sarung paman Sam mendekati mereka dengan secangkir kopi di tangannya.
"Maaf kalo Iqbal ganggu paman."
"Enggak, ada apa? Butuh bantuan?"
"Heheh... Kita mau beli beberapa ikan sama kepiting boleh?"
"Oalah, gak usah beli itu mah. Biar paman siapin dulu, kalian duduk dulu ya." Paman Sam masuk kedalam rumah.
Janu dan juga Dylan duduk di bangku kayu yang panjang, menatap kearah langit sambil terus menggosokkan kedua tangannya.
Lelaki dominan memperhatikan tingkah lelaki manis, dia menggenggam kedua tangan Dylan agar tidak dingin,"dingin ya?"
Dylan mengerjap mata, Janu selalu saja bisa membuat dirinya merasa hangat, dia tidak menolak dan memilih diam.
Januar terus mengusap-usap dan menggenggam erat kedua tangan mungil Dylan.
Zael gak mau ngeliat kebucinan temannya, dia lebih memilih berdiri sambil menatap kearah langit.
Sambil menunggu Iqbal juga duduk di bangku yang berbeda, dia memainkan handphone.
"Ini ya, ada cumi-cumi sama gurita juga jangan lupa di cuci yang bersih dulu, apa mau paman bersihin sekalian?" Paman Sam tiba-tiba muncul.
Dylan langsung menarik kembali tangannya takut dilihat sama paman Sam, dia beranjak mendekati pamannya Iqbal.
"Gak usah paman, biar kita aja yang bersihin." Ucap Dylan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BOYS LOVE] MY SOULMATE [END]
Teen Fiction"Gue bisa jadi heroin, buat lo candu sama gue." Ini bukan kisah Dylan dan Milea, tapi ini tentang Januar dan Dylan, dua laki-laki bocah SMA yang memiliki cerita sendiri didalamnya. ___________________________ Dylan harus menuruti keinginan orangtuan...