21.00
Dylan turun dari mobil setelah memasukkan mobilnya kedalam garasi, dia melihat mobil papihnya sudah terparkir di sebelahnya.
Lelaki manis itu mengelap air mata yang tersisa di wajahnya, mengambil nafas lalu menghembusnya kakinya melangkah masuk kedalam rumah.
Tanpa menyapa dan memberi salam kepada kedua orangtuanya Dylan langsung bergegas ke kamar.
Widya dan Andreas yang baru saja pulang kerja sedang berada di ruang keluarga, mengerutkan keningnya melihat Dylan terburu-buru.
"Abis kemana Dylan?" Tanya Andreas.
"Main."
"Oh."
"Aku ke kamar Dylan dulu ya." Widya beranjak dari duduknya.
Andreas mengangguk, Widya langsung bergegas ke kamar Dylan.
Tok
Tok
Tok
"Sayang, ini mamah. Boleh masuk?"
Cklek
Widya melihat anaknya sedang termenung di ranjang sambil memeluk lukisan tangan, tatapannya terlihat kosong.
Widya sangat mengerti dan peka bagaimana sikap Dylan, dari Dylan sedang senang, marah, maupun sedih. Karena Dylan itu adalah anak yang manja dan selalu mengadu kepadanya tentang apapun.
Widya kembali menutup pintu, melangkah mendekat dan duduk di sebelahnya, mengusap-usap pundak anaknya sambil tersenyum,"ada apa?"
Dylan menjatuhkan kepalanya di pundak sang mamah,"Alex."
"Hm?"
"Dia ada di sini mah."
Widya menghela nafas lirih, merangkul pundak anaknya dan mengelus surai Dylan dengan lembut,"iya, tau mamah."
"Buket itu dari dia kan?"
Dylan mengangguk pelan,"dia juga udah ketemu sama Janu."
"Terus kalian berantem?"
Dylan mengangguk lagi, Widya mengulum bibir.
Widya tahu betul bagaimana hubungan Alex dan Dylan, dulu Widya sangat tidak menyukai hubungan mereka apalagi Alex, Widya tidak suka sama sekali karena laki-laki itu selalu membuat anaknya menangis. Seperti sekarang ini.
"Kenapa dia bisa ke sini?"
"Dy gak tau."
"Biarin, nanti mamah yang ngomong sama dia."
Bibir Dylan kembali bergetar, matanya mulai berkaca-kaca, dia memeluk tubuh mamahnya dan kembali menangis.
Widya membalas pelukan anaknya, menepuk-nepuk punggung Dylan,"ada apa lagi?"
"Dia udah ngomong yang enggak-enggak sama Janu mah, hiks."
"Janu pasti benci sama Dy nanti, hiks."
"Percaya sama mamah, Janu gak akan mungkin benci sama kamu. Dia mungkin bakal marah, tapi dia gak benci kamu."
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah urusan Alex yang babak belur selesai, Janu dkk kembali nongkrong di club, tidak terlalu serius karena Janu hanya di suruh membayar tagihan rumah sakit saja.
Zael sama Fadli duduk bersampingan melirik kearah Janu yang masih tersulut emosi, mereka gak mau mulai pembicaraan duluan, takutnya malah kena tonjok Janu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BOYS LOVE] MY SOULMATE [END]
Teen Fiction"Gue bisa jadi heroin, buat lo candu sama gue." Ini bukan kisah Dylan dan Milea, tapi ini tentang Januar dan Dylan, dua laki-laki bocah SMA yang memiliki cerita sendiri didalamnya. ___________________________ Dylan harus menuruti keinginan orangtuan...