Saat sudah berada di dalam kamar, Januar langsung melempar tubuhnya ke ranjang dan membuang nafas lelah.
Januar merasakan rasa sakit di kepalanya lagi, dia terduduk membuka tasnya sambil meringis pelan.
Rasanya itu sakit banget kayak pengen pecah, dan itu gak hilang dalam sekejap bisa sampai berjam-jam.
Januar mengambil botol berisi obat penawarnya, dia menatap botol tersebut dalam diam, ia menghela nafas dan kembali menaruhnya di dalam tas dan memilih untuk memejamkan berusaha untuk tidur.
Januar benar-benar berusaha agar tidak memakan obat itu lagi.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Baik anak-anak, kita absen dulu, masih ada dua puluh menit lagi kita training dulu disini oke." Pak Dede menginstruksi murid-murid.
Jadi hari ini adalah hari dimana turnamennya akan dimulai, di salah satu stadion Jakarta, murid-murid yang menjadi anggota basket akan naik bus bersama cheerleader a.k.a pemandu sorak, dan beberapa pendukung lainnya.
Aurora dan Felly cuman jadi penonton biasa, tapi dia tetep ikut.
Dan disini lah mereka yang akan pergi ke stadion, para cheerleader sedang latihan di pinggir lapangan, dan anggota pemain basket juga sedang latihan.
Aurora sama Felly memakan cemilan mereka di pinggir lapangan sambil menonton.
"Lo liat gak sih akhir-akhir ini Dylan sama Janu jadi diem-dieman." Ucap Felly.
Mereka dua itu sangat mengamati interaksi dua lelaki itu, ya karena lucu aja ngeliat interaksi Janu dan Dylan.
Tapi sekarang, lihat saja Janu dan Dylan yang berjauhan, padahal teman-temannya mereka main-main aja, mungkin ada masalah sendiri antara Janu dan Dylan.
"Iya ya, gue juga ngerasa."
Di lapangan sana, Dylan kan cuman jadi pemain cadangan, jadi dia gak ikut main cuman duduk di pinggir lapangan sambil menatap teman-teman yang lain.
Dylan ngeliat Janu yang sedang bermain, setelah insiden kemarin dia sama sekali belum ngobrol sama Janu. saat dirumah juga, walaupun mereka selalu ketemu dirumah tapi diem-dieman doang.
Dylan bingung mau ngajak Janu ngobrol gimana, apa dia harus meminta maaf? Tapi kan dia gak salah.
"Eh gue istirahat dulu!" Teriak El pada teman-temannya, lalu dia duduk di sebelah Dylan dan meminum sebotol air.
Januar menatap El dan Dylan yang duduk bersampingan.
"Woy Janu tangkep!"
Bukannya nangkep dia malah menghindari lemparan bola dari Deo, yang membuat dia tersadar dari lamunannya.
"Apaan sih Jan?! Lo jangan kebanyakan bengong dong!" Kesal Iqbal.
"Sorry, gua ke toilet dulu." Dia berlari keluar dari lapangan.
"Udah-udah, ayok-ayok yang bener!" Ucap Fadli.
Dylan ngeliat Janu pergi dari lapangan, El yang ngeliat itu tersenyum tipis.
"Kayaknya lo udah ngomong ya soal itu?"
Dylan hanya mengangguk,"dia marah sama gue."
"Emang gak gampang, tapi gua mohon jangan nyerah."
"Caranya gimana?"
El berfikir, membuat Dylan menghela nafas.
"Gue gak bakal nyerah, gue pasti bisa."
Zael tersenyum dan mengusak rambut Dylan,"thanks ya."
"Kan belum berhasil, jangan terimakasih dulu." Mendengar itu Zael tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BOYS LOVE] MY SOULMATE [END]
Ficção Adolescente"Gue bisa jadi heroin, buat lo candu sama gue." Ini bukan kisah Dylan dan Milea, tapi ini tentang Januar dan Dylan, dua laki-laki bocah SMA yang memiliki cerita sendiri didalamnya. ___________________________ Dylan harus menuruti keinginan orangtuan...