Dylan menguping pembicaraan mamahnya dengan wali kelasnya di ruangan khusus untuk kalau tamu datang.
Widya jadi datang menemui Bu Siska, memang omongan mamahnya itu pasti bakal beneran terjadi, pasti langsung di kabulin.
"Ibu Siska, saya mau minta izin buat minta anak didik ibu. Januar untuk jadi guru lesnya Dylan, soalnya Dylan cerita sama saya kalo dia cuma nyambungnya sama Janu doang."
Dylan melebarkan matanya, mana ada dia ngomong begitu. Malahan di dalem sana ada Januar nya sendiri lagi, pasti dia ngerasa menang banget.
Dylan ngeliat dari jendela aja muka Janu udah senyam-senyum kayak orgil, apalagi saat matanya berpas-pasan dengannya dari jendela.
Dylan memutar matanya malas,"apa lo?" Ucapnya tanpa suara.
"Oh.. bagus itu, berarti Janu udah bisa nangkep apa materi yang ibu sampaikan dan sudah bisa mengemukakannya kembali pada orang lain." Bu Siska tersenyum.
Widya mengangguk,"iya Bu, Janu mau kan nak? Seminggu dua kali aja katanya adek."
Dylan kembali melebarkan matanya mendengar apa katanya? Adek? Sialan, hancur sudah image Dylan.
Januar hampir tertawa sampai-sampai dia memalingkan wajahnya.
"Kenapa Janu?" Tanya Bu Siska.
"Ha? Enggak Bu."
"Oalah, jadi kamu mau gak Janu? Jadi guru lesnya Dylan?"
"Saya mau-mau aja."
Widya tersenyum,"hari Rabu, sama Kamis aja lesnya ya. Di rumah, nanti abis pulang sekolah dateng aja ke rumah."
"Siap." Januar tersenyum tipis.
"Ini, bayaran buat bulan ini. Langsung saya bayar aja." Widya memberikan amplop berisi uang kepada Janu.
"Loh? Nanti aja Bu, kalau saya udah ngajar."
"Gak papa, ambil dulu aja. Saya percaya kok sama kamu, kan duitnya bisa di pake dulu buat kepentingan yang lain."
Januar mengangguk,"makasih udah percaya sama saya."
"Iya, ini di ambil." Widya memberikannya kepada Janu.
Ini sebenarnya idenya Dylan, Dylan bilang Janu lagi butuh uang banget jadi nyuruh nyokap nya buat langsung bayar Janu aja biar duitnya bisa ke pake buat bayar sekolah.
Januar tersenyum menatap amplop tersebut, uang ini bisa di gunakan untuk membayar SPP dan ulangan semester nanti.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
10.00
"Lo mau pada mau kemana? Bal? De?"
Iqbal sama Deo menoleh kebelakang mendapati Dylan.
"Ke lapangan, ikut gak? Training." Iqbal.
"Training?"
"Basket, abis semesteran kita ada turnamen." Deo.
"Mau ikut."
"Yaudah ayok."
"Lo berdua setim? Di pilih apa gimana?" Tanya Dylan lagi sambil mereka berjalan ke lapangan basket.
"Hm, sama Janu, El, Fadli. Sama dari MIPA 2 juga." Deo.
"Janu? Dia ikutan?"
"Ya iyalah, dia pasti ikut kalo ada turnamen. Malah jadi ketua klub." Iqbal.
"Oh.. gitu, gue gabung masih bisa?"
"Gak tau, tanya pak Indra aja. Kayaknya lo bisa tapi jadi cadangan." Deo.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BOYS LOVE] MY SOULMATE [END]
Teen Fiction"Gue bisa jadi heroin, buat lo candu sama gue." Ini bukan kisah Dylan dan Milea, tapi ini tentang Januar dan Dylan, dua laki-laki bocah SMA yang memiliki cerita sendiri didalamnya. ___________________________ Dylan harus menuruti keinginan orangtuan...