EMANG BOLEH?

9.1K 824 164
                                    

"Lo berdua bisa pergi dulu?"

Felly dan Aurora menoleh kebelakang, Januar benar-benar menyusul Dylan.

Karena mereka peka akan keadaannya, jadi mengangguk mengerti, mereka pergi dari sana meninggalkan dua sejoli itu.

"Udah gak papa kita ngalah aja." Felly merangkul pundak temannya.

"Hm... Gue takutnya mereka adu jotos."

"Yaelah, Yaudah yok ah kita balik aja."

Aurora ngangguk, dan dua cewek itu pergi untuk pulang ke rumahnya masing-masing.

Januar menghampiri Dylan, lelaki manis yang sedang berdiri di pinggir jembatan sambil memandang kearah bawah.

Dia berdiri di sebelahnya, menghela nafas lalu menoleh ke samping.

Dylan tidak menanggapinya, membuat Janu jadi merasa bersalah.

Lelaki yang lebih tinggi bersandar pada pegangan jembatan, melipat kedua tangannya didepan dada dan matanya melirik Dylan di sebelahnya.

"Maaf."

"Dylan."

Dylan menatap Janu pandangan mereka bertemu, tangan Januar dengan perlahan memegang pipi Dylan.

"Tonjok gua, marahin gua." Ibu jarinya mengelus pipi lelaki manis dengan perlahan.

Dylan menepis tangan Janu, dia mengepalkan tangannya dan,

Bugh!

Dylan benar-benar memukul wajah Janu yang membuatnya kesal hari ini dengan keras, dan setelahnya dia merasa impas.

Januar memegangi pipinya yang berdenyut, dia tersenyum tipis menatap Dylan.

"Bodoh." Dylan menangkup wajah lelaki di hadapannya saat ini.

Ia melihat kondisi wajah tampan Januar, pipinya langsung membiru,"impas ya kita sekarang."

Januar tertawa kecil, mengusak rambut Dylan,"maaf."

"Lo gak perlu minta maaf sama gue, harusnya lo minta maaf sama diri lo sendiri, lo buat diri lo sendiri buat ngelakuin ini semua, yang bisa membahayakan keselamatan lo."

"Iya."

Dylan mengangguk, dia kembali menatap kebawah jembatan, di bawah sana itu ada jalan tol besar.

"Ayok pulang, nanti di cari nyokap."

"Gak ah."

"Kenapa? Ayok gua gendong, sini." Januar berjongkok mengajak Dylan pulang.

Dari jembatan ke warkop memang gak jauh-jauh amat sih, tapi Dylan tetap menerimanya, dia naik ke punggung Janu, memeluk leher lelaki itu dan menggantungkan kedua kakinya di pinggang Janu.

Januar menahan tubuh Dylan menggunakan kedua tangannya, dan mulai berjalan untuk pulang.

Di perjalanan mereka diem-dieman, Dylan menaruh kepalanya di pundak Janu, menghirup aroma tubuh Januar yang dia sukai.

Berada di dekat Januar seperti ini membuat Dylan merasa jantungnya berdegup kencang, tanpa sengaja senyuman terukir di wajah manisnya itu.

Januar melirik matanya ke samping ngeliat senyuman Dylan, dia menggelengkan kepalanya,"kenapa senyam-senyum? Suka lo sama gua?"

"Suka." Jawabnya.

Membuat Janu menutup mulut, kedua telinga lelaki itu sudah memerah sekarang.

"Suka parfum lo maksudnya." Dylan tertawa melihat Janu udah tegang.

[BOYS LOVE] MY SOULMATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang