"Permisi, ini pesanannya ya. Americano dengan sedikit sugar."
Widya mematikan panggilan teleponnya lalu menoleh kearah barista baru saja menyelesaikan pesanannya,"oh iya, terimakasih."
"Sama-sama kak, selamat menikmati."
Widya tersenyum dia mencari tempat duduk yang ada di luar kafe untuk menikmati kopi di pagi hari seperti ini, sambil membaca artikel di handphone.
Widya pergi untuk membeli kopi dan juga habis belanja bulanan dia meninggalkan Dylan sendirian di rumah yang masih sakit, demamnya gak turun-turun walaupun sudah minum obat dan di periksa dokter. Jadi Widya meminta izin kepada wali kelas Dylan untuk dua hari ke depan.
Di saat sedang meminum dan mengalihkan pandangannya dari handphone, matanya tidak sengaja melihat ada laki-laki yang baru saja membeli minuman dan keluar dari kafe, sangat mirip dengan,
"Alex!" Widya langsung berdiri dan mengejarnya.
Benar saja saat laki-laki itu menoleh kebelakang itu Alex, memakai topi dan juga Hoodie habis membeli minuman.
Ini waktu yang pas untuk membicarakan apa yang laki-laki itu lakukan terhadap anaknya sampai menangis dan jatuh sakit.
"Tunggu Alex, saya mau bicara."
Widya mengajak Alex ke suatu tempat yang bisa di bilang taman, tapi bukan taman anak-anak cuman ada pohon rerumputan dan juga bangku yang mereka duduki sekarang ini.
"qu'est-ce qui ne va pas, tante ?"
(Ada apa Tante?)Widya menghela nafas,"bukan apa-apa, saya cuman ingin menanyakan sesuatu."
"Hm?"
"Pourquoi es-tu ici?"
(Mengapa kamu kemari?)Alex tersenyum tipis,"Il y a un besoin."
(Ada keperluan)"Kamu datang menemui anak saya?"
"Tidak sengaja."
"Mengapa kamu membuat Dylan menangis lagi? Kamu sudah sudah berkencan dengan seseorang jangan mengganggu Dylan lagi."
Alex terdiam meremas gelas kopi di tangannya, Widya mengulum bibir.
"Jangan ganggu anak saya lagi kalau tidak, saya akan bertindak. Sekali lagi saya melihat kamu menemui anak saya dan membuat dia menangis, saya tidak akan diam."
"Kamu boleh berada di sini, tapi jangan ganggu anak saya lagi. Kalian sudah tidak ada hubungan, dan Dylan sudah berkencan dengan seseorang."
Alex tertawa kecil, menurut Widya itu sangat menjengkelkan.
"Saya gak main-main Alex, kalau tidak saya akan mengadukan semua tindakan kamu ini ke keluarga mu yang di sana. Mereka akan memaksa kamu untuk pulang ke negara asal mu, ingat. Dylan itu bukan mainan, dia manusia."
"Sudah cukup tiga tahun kalian bersama dan Dylan menanggung rasa sakitnya, jangan datang lagi dan memberikan kesengsaraan lagi untuknya. Dulu Tante diam, tapi sekarang. Tante gak akan diam." Widya langsung beranjak dari duduknya.
Alex menatap wanita paruh baya itu, Widya menepuk pelan pundak Alex.
"Tante pulang dulu."
Alex di tinggalkan sendirian di sana, membuat dirinya termenung dan memikirkan ucapan dari mamahnya Dylan.
~~~~~~~~~~~~~~~~
"Ibu! Ini ada surat dari mamahnya Dylan, surat dari dokter minta izin Dylan masih sakit." Iqbal berdiri dari duduknya di saat melihat Bu Siska sudah memasuki kelas, sambil membawa secarik surat yang kemarin mamahnya Dylan berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BOYS LOVE] MY SOULMATE [END]
Fiksi Remaja"Gue bisa jadi heroin, buat lo candu sama gue." Ini bukan kisah Dylan dan Milea, tapi ini tentang Januar dan Dylan, dua laki-laki bocah SMA yang memiliki cerita sendiri didalamnya. ___________________________ Dylan harus menuruti keinginan orangtuan...