*Hari (PSAJ) penilaian sumatif akhir jenjang.
Tiba di hari ini, hari dimana anak-anak angkatan 58 tahun ini yang sudah menduduki kursi kelas 12 akan melaksanan ujian yang menentukan masa depan mereka.
Hari dimana adik-adik kelas asik libur sedangkan yang sudah ingin lulus ketar-ketir, apalagi dilaksanakan selama seminggu dan di rolling kelasnya, jadi mereka belum tahu kelas mereka dimana.
Seperti sekarang ini Mading mulai ramai di kerumuni orang-orang yang mencari kelasnya masing-masing.
"Ck, rame banget Mading. Males gue." Kesal Dylan.
"Tenang-tenang, ada gue." Felly dengan senyuman iblis nya langsung menerobos masuk kedalam kerumunan.
"Minggir-minggir awas! Gue mau liat!" Felly menyenggol semua tubuh orang-orang di sana hingga dia dapat berada di depan Mading.
Dylan terheran-heran melihat kelakuan cewek itu, Deo malah ketawa.
"Wah.. ternyata tipenya Fadli yang kayak gitu." Ucap Deo.
"Namanya juga... Fetot." Aurora ikut menimbrung di Mading,"udah ayok ke sana, pengen buru-buru naro tas gue."
Dylan menggelengkan kepalanya, di saat Iqbal dan Deo ikutan ke Mading, Dylan membuka handphonenya dahulu.
Ketos favorit 🧛🏻♂️
Dimana? Gak sekolah? |
Gue gak liat lu || Masih dijalan
| Coba liat aku ruangan berapaOkay |
ReadDylan tersenyum sambil terus memandangi handphonenya dia melangkahkan kakinya menuju Mading, tetapi
Bruk
"Aw!" Dylan mengusap-usap keningnya yang terkena tas seseorang yang dia tabrak.
"Eh maaf." Siswa yang berada di depan Dylan menoleh kebelakang mendapati Dylan.
Lelaki yang lebih pendek mendongak menatap siswa di depannya saat ini,"gak papa, gue aja yang salah jalan gak liat-liat."
"Iya, eh lu Dylan?" Tanya cowok itu ketika melihat name tag yang ada di baju Dylan.
Dylan mengangguk,"heum... Kok kenal? Gue famous ya?"
Cowok itu tertawa,"tuh di name tag lu, lu se ruangan sama gua."
Dylan melihat name tag nya sambil senyum kikuk,"hehe... Se ruangan? Emang ruangan berapa?"
"Delapan, ayok. Gua juga mau ke kelas."
"Oh oke." Dylan dan cowok itu langsung pergi ke kelas ruangan delapan, meninggalkan teman-temannya.
Di perjalanan Dylan menatap cowok itu dulu,"eh nama lu siapa?"
"Bani." Jawab Bani.
"Oh.." Dylan mengangguk.
Setibanya di kelas, Dylan ngeliat bangku dan meja yang di susun rapih, yang paling membuatnya terkejut melihat murid-murid duduknya sendiri-sendiri.
"Gila, ini beneran? Gak berdua?"
Bani menggeleng,"gak lah, cari tempat lu."
Dylan mencari dimana namanya berada, dan ternyata di paling depan pas-pasan banget sama meja guru.
"Sialan." Gumam Dylan kesal,"kenapa harus di sini coba."
Bani duduk di kursi yang ada di belakang Dylan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BOYS LOVE] MY SOULMATE [END]
Teen Fiction"Gue bisa jadi heroin, buat lo candu sama gue." Ini bukan kisah Dylan dan Milea, tapi ini tentang Januar dan Dylan, dua laki-laki bocah SMA yang memiliki cerita sendiri didalamnya. ___________________________ Dylan harus menuruti keinginan orangtuan...