Setelah mengantar Putri pulang, Dylan akan pulang ke rumah, di perjalan dia gak sengaja ngeliat Januar.
Tadi Januar nyuruh Dylan buat nganter Putri, karena Janu tadi kayak buru-buru sehabis telponan sama orang.
"Dia mau kemana, ikutin ah." Gumam Dylan.
Di perjalanan Januar hanya merhatiin jalanan depan, pikirannya memikirkan banyak hal, dari uang bulanan sekolahnya, besok harus dibayar, uang cicilan rumah, dan uang makan, belum lagi bayar ulangan tengah semester nanti.
Dylan melihat Januar berhenti di depan gedung kosong, ada satu orang bapak-bapak yang berdiri di sana.
Dylan berhenti agak jauh dari mereka, ia membuka handphone, jadi dia melihat Janu agar lebih jelas dari handphonenya tanpa keluar dari mobil.
Dylan menyipitkan mata saat Janu memberikan uang dan di tukarkan dengan sebungkus plastik yang entah isinya apa.
Saat mereka sudah berpisah, Dylan langsung menutup jendela mobilnya dan menunduk.
Di saat suara motor Janu udah hilang, dia kembali mendongak,"dia beli apaan."
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Januar nathan Pratama?" Bu Siska.
"Gak masuk Bu." Felly.
Dylan menoleh kearah tempat duduk Janu kosong, cuma ada Zael dan Fadli yang duduk berdua.
"Tumben, biasanya si ketos rajin banget dateng pagi."
"Ya gitu deh, kan hari ini tanggal buat bayaran bulanan. Janu emang suka begitu dari kelas 10, mungkin dia takut di tagih karena belum bisa bayar." Ucap Iqbal.
Dylan baru sadar, keadaan ekonominya Janu emang jauh dari kata baik. Dan dilihat dari keluarganya juga Dylan tahu kalau keluarga Janu berantakan.
Saat dirinya datang pertama kali ke rumah Janu dia denger kalau kedua orang tua Janu sedang bertengkar, sampai-sampai ayahnya Janu pergi dari rumah.
Dylan jadi kasian sama Janu,bagaimana keadaannya ya. Apa Janu berusaha kerja lebih keras agar mendapatkan uang?
Pelajaran pun di mulai, tapi Dylan sama sekali gak merhatiin gurunya, dia pikirannya cuma ada Januar.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Dylan, ikut saya ke kantor ya. Yang lain sudah boleh istirahat." Bu Siska pergi meninggalkan kelas.
Dylan bingung ada apa,"kenap—"
"Dari tadi lo bengong bego."
"Hah?"
"Udah sono."
Dylan menggaruk kepalanya bingung dan pergi.
Deo menghampiri Iqbal,"temen lu ngapa?"
"Temen lu."
"Iya, dia kenapa?"
Iqbal mengangkat bahu,"tau."
"Yaudah yok ngantin." Deo merangkul Iqbal dan pergi.
Di dalam kantor guru, Dylan berhadapan sama Bu Siska a.k.a guru fisika dan menjabat sebagai wali kelasnya juga.
"Duduk Dylan."
Dylan duduk di bangku yang ada di depan Bu Siska,"kenapa Bu? Saya kan udah ngumpulin tugas."
"Tapi udah kamu liat belum nilainya?"
Dylan menggeleng,"belum.... Bagus ya Bu? Seratus nilai saya?"
"Telor nilai kamu, kamu kenapa sih Dylan? Banyak pikiran? Mikirin apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[BOYS LOVE] MY SOULMATE [END]
Teen Fiction"Gue bisa jadi heroin, buat lo candu sama gue." Ini bukan kisah Dylan dan Milea, tapi ini tentang Januar dan Dylan, dua laki-laki bocah SMA yang memiliki cerita sendiri didalamnya. ___________________________ Dylan harus menuruti keinginan orangtuan...