7

801 81 3
                                    

Mobil Gaby sudah melaju tepat didepan motor Shani. Tak lupa Gaby membunyikan klason mobilnya dan melambaikan tangan kepada Shani dan Sisca. Dan juga diikuti oleh Jinan disebelahnya. Shani dan Sisca pun membalas dengan melambaikan tangan dengan terpaksa. Karena mereka sadar, kini hanya menyisakan mereka berdua dihalaman depan sekolah.

"Udah kali liatin mobilnya. Buruan naik keburu malem ini" ucap Shani sambil menyalakan mesin motornya dan memakai helmnya.

Setelah menunggu beberapa saat, Shani menoleh kebingungan kenapa Sisca tidak kunjung naik ke atas motor.

"Ayo buruan naik! Kenapa lama banget sih?" ucap Shani sambil menengok ke arah Sisca.

"Gimana cara naiknya?" Sisca kebingungan karena dia harus naik dari mana dan harus bertumpu pada apa. Karena ia baru pertama kali naik motor sport seperti ini.

"Kaki lo naik ke pedal ini,terus pegangan kebadan gue kalo lo takut jatuh" ucap Shani sambil menunjukan pedal motornya.

"Buruan naik atau gue tinggal?" ucap Shani dengan nada malas.

"Iya-iya sabar" dengan sangat hati-hati Sisca pun pijakkan kakinya pada pedal dan berpegangan pada bahu Shani.

"Udah?" tanya Shani sambil melihat Sisca lewat kaca spionnya. Saat memilih kearah spion,ia dapat melihat bahwa Sisca belom memakai helm yang sudah Jinan pinjamkan.

"Dipake helmnya. Lo mau kita ditilang ya?" ucap Shani lagi-lagi dengan nada malas.

" Oh iya. Sorry. Udah kok ini." ucap Sisca sambil memakai helm.

Dirasa sudah beres semuanya,Shani mulai menjalankan motornya melintas di jalan sekolah,Jalan Garuda Raya. Shani berfokus memecah kemacetan layaknya pembalap. Sementara Sisca justru was-was karena ia belom pernah naik motor dengan kecepatan sekencang ini.

Setelah mengarahkan Shani jalan mana yang harus dia ambil untuk sampai di rumahnya,tiba lah motor Shani disebuah rumah yang cukup mewah bernuansa putih. Ya walaupun masih jauh dari kemewahan rumah Shani, tetapi rumah Sisca merupakan perumahan elite.

"Makasih ya Shan udah mau nganterin gue." ucap Sisca yang sudah turun dari motor sambil melepas helm yang ia kenakan.

"Sama-sama." ucap Shani dengan singkat.

"BRAKKKKK"

"PYARRRRRR"

"AW SAKIT"

Suara itu membuat Shani langsung menoleh kedalam rumah Sisca.

"Mau mampir apa gimana?" tanya Sisca dengan panik, berusaha mengalihkan perhatian Shani karena Shani masih fokus melihat kedalam rumah Sisca.

"Engga. Gue Langsung pulang aja." ucap Shani hendak pergi. Tetapi lengannya ditahan oleh Sisca.

"Helmnya Jinan" ucap Sisca sambil mengangkat helm yang tadi ia pakai.

"Lo bawa aja dulu siapa tau lo masih butuh besok." ucap Shani sambil menyalakan mesin motor dan langsung meninggalkan rumah Sisca dalam sekejap.

"Hah apaan sih ga jelas banget."

"Jutek banget."

"Marah-marah mulu." ucap Sisca.

Kata-kata inilah yang keluar dari mulut Sisca sejak pagi tadi.

Asa & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang