Sisca menunggu Shani mengambil mobilnya di depan halaman sekolah sambil melamun. Salah satu yang ada diotaknya sekarang adalah kedekatan Shani dengan adik kelasnya itu, Ashel. Jika Sisca mengingat kembali kejadian tadi pagi, dia bisa melihat perilaku berbeda yang di lakukan oleh Shani. Mulai dari Shani berlari dengan cepat saat melihat Ashel jatuh, hingga menemani Ashel di ruang UKS. Hal tersebut yang membuat Sisca bertanya-tanya, apakah mereka berdua mempunyai hubungan khusus atau memang itu sifat baik yang Shani tunjukan pada adik kelasnya.
"Woi."
"Buruan masuk!" teriak Shani dari dalam mobil.
Lamunan Sisca pun hilang seketika karena ia mendengar teriakan dan klakson dari mobil Shani. Sisca pun melangkahkan kaki untuk masuk kedalam mobil Shani.
"Shan." ucap Sisca untuk membuka percakapan diantara mereka.
"Hm." jawab Shani tanpa menoleh ke arah Sisca karena ia sedang fokus menyetir.
"Lo beneran tau rumah Ashel kan?"
"Ya tau lah. Lo pikir gue mau bawa lo kemana?"
"Lo mikir gue bakal culik lo?" ucap Shani dan tak ada jawaban dari Sisca.
"Bisa aja sih lo gue culik. Mau gak gue bawa lo ketempat penjualan organ tubuh manusia?" ucap Shani yang menatap Sisca dengan tatapan yang mengintimidasi.
"Apasih Shan. Gak lucu tau bercanda kayak gitu."
"Em, tapi emang lo tau tempat itu Shan?" tanya Sisca.
"Tau. Lo mau gue anterin kesana sekarang?" tegas Shani masih dengan tatapan mengintimidasi.
"Lo beneran tau tempat kayak gituan Shan?" ucap Sisca syok mendengar ajakan Shani barusan.
"Jawab dulu pertanyaan gue. Lo beneran mau kesana gak? Kalo iya gue puter balik nih." tawar Shani.
"Gak usah ngaco deh. Pokoknya gue mau kerumah Ashel." ucap Sisca dengan nada kesal.
Tak butuh waktu lama, mesin mobil Shani mati tepat di garasi rumah. Rumah mewah klasik berwarna putih dan terdapat pilar yang menjulang tinggi. Tak hanya itu, rumah ini juga dijaga oleh satu satpam yang berjaga didepan pagar. Pagar yang baru saja ditutup oleh sang satpam karena mobil Shani baru masuk ke dalam.
"Ini rumah Ashel?" tanya Sisca pada Shani yang sudah bersiap untuk turun dari mobilnya.
"Emang ada tempat penjualan organ tubuh manusia sebagus ini?"
"Buruan turun." ucap Shani yang sudah keluar lebih dulu dari pada Sisca.
Sisca turun dari mobil setelah Shani turun dari mobil miliknya. Sisca pun dapat melihat Shani yang lebih dulu melangkahkan kakinya menuju pintu rumah Ashel. Dengan cepat Sisca berlari kecil menyusul Shani yang sudah berjarak cukup jauh dengan dirinya. Shani menekan bel rumah yang ada berada disamping pintu mewah rumah itu. Tak perlu menunggu waktu lama, pintu tersebut terbuka.
"Eh Shani." sapa wanita paruh baya dari dalam rumah tersebut sambil memeluk Shani.
"Hai Tante. Apa kabar?" ucap Shani yang masih dalam pelukan wanita paruh baya itu.
"Tante sehat. Seperti apa yang kamu lihat sekarang, baik-baik aja kan."
"Oh iya, gimana kabar kamu sama ..." belum selesai wanita itu berbicara, sudah dipotong dengan cepat oleh Shani.
"Oh Shani baik Tante. Baik banget malah." ucap Shani dengan begitu cepat seperti tidak ingin memperpanjang percakapan.
"Ashel udah sampe rumah kan Tante?" timpal Shani.

KAMU SEDANG MEMBACA
Asa & Rasa
Aléatoirecinta tak bisa ditebak datangnya darimana dan untuk siapa dua kepribadian yang berbeda apakah bisa saling mencintai? dua orang yang sama-sama keras kepala apakah bisa bersatu? apakah pertemuan hari pertama yang sangat menyebalkan bisa berujung menja...