33

615 93 15
                                    

Disuatu pagi, burung-burung mulai berkicau dan berterbangan kesana kemari. Pagi hari ini Shani bangun seperti biasa, yaitu kesiangan. Shani memang sepertinya tak akan pernah bisa merubah kebiasaannya itu. Meski pun ia tinggal bersama Bi Ijah dan Pak Yanto, itu sama sekali tidak memberikan dampak yang besar untuk merubah kebiasaannya.

"Bi, Shani langsung berangkat ya." ujar Shani sembari menuruni anak tangan rumahnya.

"Non makan dulu, sedikit aja." ucap Bi Ijah yang tengah sibuk menata meja makan.

"Gak keburu Bi, ini Shani udah telat."

"Bibi siapin di tempat bekal aja ya?" tawar Bi Ijah.

"Yaudah Bibi siapin bekalnya. Shani mau panasin mobil dulu, Shani tunggu dimobil ya Bi."

"Siap Non." jawab Bi ijah seraya berpose hormat tegak kepada Shani.

Shani dengan tergesa-gesa menuju mobil kesayangannya yang masih terparkir digarasi rumahnya. Ia bergegas untuk memanaskan mesin mobilnya sembari menunggu Bi Ijah yang tengah menyiapkan bekal untuknya.

"Non, ini bekalnya." ucap Bi Ijah.

"Udah semua kan Bi?" tanya Shani dari dalam mobilnya.

"Iya udah semua. Tempat bekal yang warna hitam punya Non Shani, yang warna putih punya Pak Yanto."

"Makasih ya Bi Ijah. Yaudah kalo gitu Shani langsung berangkat ya Bi." ucap Shani yang sudah siap untuk mengeluarkan mobilnya dari garasi rumah.

"Em Non..." tahan Bi Ijah.

"Kenapa Bi?"

"Non Shani belum..."

"Belum apa Bi?" tanya Shani dengan kebingungan.

Cukup lama Bi Ijah tak menjawab pertanyaan Shani. Sampai akhirnya, Shani menyadari bahwa ia belum melakukan kebiasaan yang selalu ia lakukan ketika akan berpergian.

"Astaga, Shani lupa." ucap Shani sambil membuka pintu dan turun dari mobilnya.

"Nih udah dipeluk, nih udah dicium juga." ucap Shani setelah melakukan adegan orang dewasa pada Bi Ijah.

"Hehehe, yaudah Non Shani langsung berangkat gih."

"Kenapa gak langsung bilang aja sih kalo minta dipeluk sama dicium. Kenapa harus pake kode-kode segala, gengsi banget." ujar Shani.

"Udah ah, Non Shani kan udah telat lho. Emang Non Shani gak takut sama singa yang ada sekolah?"

"Hahaha. Oh iya juga ya, yaudah Shani berangkat ya Bi. Bye Bi Ijah, kalo ada apa-apa kabarin Shani ya." ucap Shani sambil memeluk Bi Ijah sekali lagi.

"Iya, hati-hati ya Non." ucap Bi Ijah sambil melambaikan tangannya.

Shani bergegas meninggalkan Bi Ijah seorang diri dirumah. Rumah yang sebenarnya sangat besar jika hanya dihuni oleh tiga orang, Shani, Bi Ijah, dan Pak Yanto. Shani melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, harapannya ia akan tiba di sekolah lebih cepat. Tetapi ternyata usahanya itu sia-sia. Saat ia sampai di depan gerbang SMA Garuda, ia melihat ada beberapa murid yang senasib dengannya. Nasib yang harus mereka terima hari ini adalah namanya akan kembali masuk dalam daftar nama murid terlambat di buku catatan pelanggaran SMA Garuda.

Saat Shani sedang mengantri untuk masuk kedalam area sekolah, matanya justru tertuju pada seorang anggota OSIS yang berdiri tepat didepan gerbang SMA Garuda. Tak lain dan tak bukan, pandangannya terpaku pada Sisca yang sedang sibuk menulis satu persatu nama murid yang terlambat. Entah mengapa, tiba-tiba senyum yang sangat lebar muncul tanpa Shani sadari.

"Tolong buka jendela mobilnya." teriak Sisca sambil mengetuk mobil Shani.

"Udah." jawab singkat Shani.

Asa & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang