Setelah Sisca membersihkan ruang OSIS,ia bergegas untuk pulang. Sisca berjalan menyusuri lorong sekolah sendirian dan segera mempercepat langkahnya untuk sampai ke halaman sekolah. Sesampainya di halaman sekolah,Sisca berniat menunggu Shani keluar dari area parkir. Sisca menunggu cukup lama untuk mendengar suara motor khas milik Shani, tetapi hampir setengah jam suara itu tak kunjung terdengar. Sisca yang niatnya menunggu Shani di depan untuk mengembalikan helm milik Jinan yang ia pakai kemarin,ternyata gagal.
Mungkin Shani sudah pulang lebih dulu. Bahkan mungkin Shani sekarang sudah sampai rumah dan sedang tertidur pulas. Karena bagi Sisca,Shani layaknya pembalap jika ia sedang mengendarai motor. Jadi menurut Sisca,Shani hanya membutuhkan beberapa menit untuk sampai kerumahnya. Sisca sudah membayangkan betapa kencangnya Shani saat membawa motor kesayangannya itu untuk pulang. Ditambah lagi Shani yang cukup kesal karena merasa dibohongi oleh Jinan,pasti dia akan ugal-ugalan.
Benar dugaan Sisca, Shani melaju kencang bersama motor kesayangannya. Alasan Shani membawa motornya dengan kecepatan kencang karena pertama, berkecepatan tinggi atau ngebut merupakan kebiasaan Shani saat menaiki kendaraan baik motor maupun mobil kesayangannya. Dan yang kedua ia merasa dibohongi oleh Jinan,karena ia harus menunggu Jinan di ruang OSIS bersama orang yang ia benci.
Setelah sampai dirumahnya, Shani langsung memparkirkan motornya dengan benar. Setelah memparkirkan motornya di garasi,ia langsung turun dari motor. Tak lupa juga membuka helm full face berwarna hitam yang ia gunakan sehari-hari ketika berkendara motor. Sebelum Shani melangkahkan kakinya menuju pintu rumah, ia menegakkan pandangannya dan menghadap ke arah bangunan rumah milik Jinan.
Pandangannya terfokus pada lantai dua rumah Jinan tebih tepatnya adalah kamar Jinan. Shani bisa melihat dari garasi rumahnya bahwa dijendela kamar Jinan terlihat Jinan sedang mengawasinya dari atas sambil melambaikan tangan dan tersenyum. Lalu Shani membalasnya dengan mengangkat tangan dan dengan tersenyum juga. Tetapi berbeda dengan Jinan,Shani mengangkat tangannya lalu mengacungkan jari tengahnya. Jinan yang melihat tingkah laku sahabatnya dari atas hanya bisa tertawa melihat ekspresi kesel sahabatnya itu. Tak lupa juga Jinan menjulurkan lidahnya seperti mengejek Shani.
Tak lama setelah itu Shani membuka pintu rumah dan langsung disambut oleh Bi Ijah. Bi Ijah sudah menunggu kepulangan Shani sejak tadi sore,karena Bi Ijah pikir Shani akan pulang tepat waktu.
"Malem Non Shani. Mau makan dulu atau mandi dulu? Biar Bibi siapkan." ucap Bi Ijah sambil menutup pintu rumah yang tadi Shani buka.
"Shani mau makan dulu Bi." ucap Shani yang sudah duduk di meja makan.
"Mau Bibi panasin dulu ga Non?" tawar Bi Ijah kepada Shani yang sudah mengambil nasi terlebih dahulu.
"Gak usah Bi. Udah gini aja pasti masih enak kok."
"Oh ya, Bi Ijah udah makan belom? Kalau belom ayo makan sama Shani. Biar Shani ambilin Bibi mau pake lauk apa?" ucap Shani sambil mengambil piring kosong disebelahnya.
"Eh udah Non. Bibi udah makan tadi. Waktu Non dateng Bibi baru selesai makan." sambil menghentikan tangan Shani yang ingin mengambilkan nasi untuknya.
"Yaudah Bi Ijah langsung istirahat aja. Bi Ijah capek kan nunggu Shani pulang. Nanti biar Shani yang beresin sendiri." ucap Shani sambil ngambil lauk yang ia taruh di piring nasinya.
"Tapi Non."
"Yaudah kalo Bi Ijah gamau Shani ngga jadi makan." ucap Shani seperti anak kecil yang sedang ngambek.
"Iya Non, Bibi habis ini istirahat. Non Shani makan yang banyak jangan lupa juga nanti mandinya pake air anget udah malem Non." ucap Bibi sebelum meninggalkan Shani di meja makan sendiri.
"Iya. Makasih ya Bi."
"Selamat istirahat Bi Ijah." balas Shani yang sedang mengunyah dan berusaha berdiri dan berjalan mendekat kearah Bi Ijah untuk memeluk Bi Ijah. Kebiasaan Shani yang selalu memeluk Bi Ijah ketika ia mengucapkan terimakasih,minta tolong,dan maaf. Selain itu juga bentuk rasa sayang Shani kepada Bi Ijah yang mungkin tidak bisa Shani ungkapan dengan kata-kata tetapi bisa Shani lakukan dengan perilaku manisnya.
●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●
Pagi ini diawali dengan aktivitas yang rutin Bi Ijah lakukan. Aktivitas pertama yang Bi Ijah lakukan adalah membuka tirai kamar Shani. Selanjutnya, aktivitas kedua Bi Ijah membereskan kamar Shani yang sedikit berantakan. Dan aktivitas terakhir Bi Ijah adalah membangun Shani.
"Non Shani bangun Non udah jam enam. Non harus mandi terus siap-siap ke sekolah."ucap Bi Ijah selalu dengan nada lembut sambil mengelus punggung Shani. Kebiasaan ini yang selalu Bi Ijah lakukan kepada Shani dari kecil.
"Iya Bi. Shani udah bangun." Shani mencoba menjawab sekuat tenaga.
"Yaudah kalo begitu Bibi tinggal dulu kebawah ya. Bibi lagi masak takut gosong." ucap Bi Ijah tak mau terlalu memaksa Shani untuk bangun karena Bi Ijah tau Shani masih ingin bermimpi indah lagi.
"Iya Bi. Makasih ya." jawab Shani dengan sekuat tenaganya untuk berdiri dan berjalan menuju kekamar mandi. Tak butuh waktu lama,Shani langsung turun ke lantai bawah untuk sarapan. Dari bawah sudah terdengar langkah kaki yang cukup kencang membuat Bi Ijah mematikan kompornya.
"Non Shani buru-buru ya?" tanya Bi Ijah melihat Shani yang mengecek jamnya terus menerus.
"Engga sih Bi. Cuma takut telat aja. Oh ya ini apa Bi?" tanya Shani melihat ada tempat bekal baru yang belum pernah Shani liat sebelumnya.
"Oh ini bekal buat Non Shani. Bibi udah siapin lagi. Soalnya tempat bekal yang kemarin Non bawa kesekolah hilang Non. Kayanya Bibi lupa naruh dimana." ucap Bi Ijah sambil menghadap kebawah dengan cemas.
"Astaga Bi. Tempat bekal kemarin ngga ilang Bi. Tempat bekal kemarin dibawah sama temen Shani." ucap Shani sambil mencoba menegakkan badan Bi Ijah seperti yang ia lakukan ke Pak Yanto kemarin.
"Syukurlah kalo ga hilang." ucapan lega Bi Ijah.
"Yaudah kalo gitu Shani berangkat ya Bi." tak lupa Shani sambil memeluk Bi Ijah karena itu adalah kebiasaan yang selalu Shani lakukan sebelum berangkat sekolah. Tak lupa juga mencium tangan Bi Ijah setiap hari. Walaupun kadang tangan Bi Ijah setiap harinya memiliki aroma yang berbeda. Karena setiap harinya Bi Ijah memasakan Shani dengan menu berbeda.
"Iya Non. Non Shani hati-hati ya bawa motornya jangan ngebut. Bahaya Non." ucap Bi Ijah yang sedang memandangi Shani yang sedang memakai jaketnya hitam miliknya.
Shani menekan klason pada Bi Ijah,artinya Shani berpamitan sekali lagi karena dia akan pergi ke sekolah. Dengan menghilangnya Shani dari pandangannya,Bi Ijah segera menutup pagar rumah Shani dan menguncinya dari dalam. Saat Bi Ijah mengunci pagar rumah, ia teringat ucapan Shani tadi. Siapa teman yang membawa tempat bekal milik Shani. Pasalnya,Bi Ijah tidak mengetahui dan tidak hafal nama teman-teman Shani. Yang Bi Ijah hafal hanyalah Jinan, karena mungkin mereka tetangga jadi Bi Ijah lebih gampang untuk mengingat.
Sesampainya di sekolah,Shani melihat smartwatch yang ada ditangan kirinya. Tepat pukul 06.50 WIB,Shani sudah berada diparkiran motor. Setelah melihat jam,Shani melepas helm miliknya lalu mengaca pada kaca spion motornya. Dirasa rambutnya sudah cukup rapi ia berjalan masuk ke kelasnya,yaitu kelas XII IPS 4.
Saat Shani masuk kelas,ia melihat Jinan yang ketakutan melihat Shani karena Jinan yakin Shani akan menghujani tubuhnya dengan pukulan paling keras dari tangan Shani.
"Muka lo kok ketakutan gitu sih? Lo liat setan ya?" tanya Shani sambil membuka jaket hitamnya lalu ia sampirkan pada kursi yang ia duduki saat ini.
"Iya lo setannya." ucap Jinan sambil menoyor Shani. Ia membalas perbuatan Shani yang kala itu menoyor kepala Jinan dengan sangat kencang.
"Oh gitu Nan cara main lo." ucap Shani sambil ingin membalas perbuatan Jinan yang ia lakukan padanya.
"Iya-iya ampun Shan. Satu sama kita Shan." ucap Jinan yang sebenarnya takut atas balasan Shani yang lebih kejam. Karena ia telah ingkar janji untuk membahas kejadian yang ada dikantin kemarin. Ia merasa bersalah sudah meninggalkan kedua sahabatnya di ruang OSIS hingga malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Asa & Rasa
Acakcinta tak bisa ditebak datangnya darimana dan untuk siapa dua kepribadian yang berbeda apakah bisa saling mencintai? dua orang yang sama-sama keras kepala apakah bisa bersatu? apakah pertemuan hari pertama yang sangat menyebalkan bisa berujung menja...