26

811 80 6
                                    

"Sorry ya Shan gue gak nepatin janji gue." ucap Sisca yang menurunkan egonya untuk membuka percakapan dengan Shani.

"Janji?" tanya Shani kebingungan.

"Kemarin waktu gue minta lo anterin kerumah Ashel, gue kan janji gak akan ngerepotin lagi kalo lo udah bantuin gue."

"Tapi kan itu emang tugas lo ngerepotin gue. Kayaknya tuhan emang ciptain lo buat nyusahin hidup gue doang deh. Nganterin lo pulang mulu, emang gue supir lo."

"Oh iya sama satu lagi, kerjaan lo tuh cuman marah-marah mulu." ucap Shani.

"Apaan sih nyebelin banget." ucap Sisca sambil mencubit perut Shani.

"Aw sakit banget Sis sumpah." ucap Shani sambil meringis kesakitan.

"Gue heran deh. Kok Jinan betah ya punya temen kayak gini, kerjaannya bikin orang darah tinggi mulu."

"Gue juga heran. Kenapa ya Jinan betah punya wakil kayak gini, kerjaan marah-marah mulu."

Kedua orang ini seolah-olah tidak mau kalah satu sama lain. Berdebat seolah menobatkan siapakah diantara mereka yang paling menyebalkan. Bagi mereka, harus ada satu orang diantara mereka yang mempunyai level menyebalkan tertinggi. Menyusuri jalan dengan berdebat adalah hal baru bagi Shani dan Sisca. Pasalnya jika mengingat beberapa waktu lalu saat Shani mengantar Sisca pulang, tidak ada percakapan antara mereka. Yang ada hanya suara playlist lagu favorit Shani atau suara siaran radio dan suara klason kendaraan lain yang ada diluar.

"Makasih ya Shani Indira N. N-nya nyebelin, udah mau nganterin gue pulang." ucap Sisca dengan nada terpaksa dan menoleh ke arah Shani dengan wajah kesal.

"Emang gue senyebelin itu ya?" jawab Shani dengan tawa.

"Pikir aja sendiri." ucap singkat Sisca.

"Dih galak amat."

"Udah ah gue mau masuk, Bye." ucap Sisca.

"Gak ditawarin mampir nih?"

"Rumah gue gak terima tamu hari ini." ucap Sisca yang buru-buru mengambil langkahnya untuk turun dari mobil Shani.

Saat Shani ingin memutar balikan mobilnya, ia melihat dari spion tengah atau center mirror ada beberapa tas belanjaan milik Sisca yang masih berada di kursi belakang mobil Shani. Sisca teledor dengan barang belanjaannya karena ia terlalu terburu-buru untuk masuk kedalam rumahnya. Alhasil, Shani mematikan mesin mobilnya dan langsung bergegas turun untuk mengembalikan semua tas belanjaan tersebut kepada sang pemilik.

"Permisi." ucap Shani sambil berusaha mengetok pintu rumah Sisca dengan tangan yang dipenuhi oleh tas belanja milik Sisca.

"Iya sebentar." jawab sang pemilik rumah.

"Shani." "Bu Ayu." ucap mereka secara bersamaan.

"Kaget ya Shan?" ucap Bu Ayu.

Nadasya Ayu atau kerap disapa Bu Ayu. Ia adalah orang yang membuka pintu rumah Sisca dari dalam.

"Agak syok dikit sih Bu." ucap Shani sambil mengaruk kepalanya karena kebingungan.

"Muka kamu tu lho Shan, kayak orang dapet uang kaget." ucap Bu Ayu dengan tertawa.

"Siapa Ma?" ucap Sisca yang muncul dari belakang Ayu.

"Shani." teriak Sisca sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Sisca syok karena sekarang ada orang yang mengetahui bahwa ia adalah putri dari Bu Ayu. Anak dari guru yang paling ditakuti oleh semua murid SMA Garuda, termasuk Shani.

"Maaf ganggu waktunya. Ini mau balikin tas belanjaannya, tadi ketinggalan dimobil." sambil mengangkat tas belanja Sisca.

"Astaga gue lupa. Thanks Shan." ucap Sisca sambil mendekat ke arah Shani untuk mengambil tas itu.

Asa & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang