22

590 68 4
                                    

Semenjak kejadian itu, Shani dan Sisca tidak pernah bertemu dan bertegur sapa lagi. Hari demi hari mereka lalui tanpa adanya interaksi satu sama lain. Mengingat apa yang Sisca katakan pada Shani seminggu lalu, bahwa ia tidak ingin mempunyai urusan dan berhubungan lagi dengan Shani. Sekarang Shani pun tak pernah terlambat sesering dulu. Entah karena ia sudah berubah menjadi murid yang taat aturan atau ia juga sudah lelah berurusan dengan Sisca.

Hari ini SMA Garuda melakukan ucapara yang diikuti dengan penuh hikmat oleh semua warga SMA Garuda. Diakhir upacara terdapat pengumuman mengenai proker yang diadakan oleh anggota OSIS SMA Garuda dengan SMA Patriot. Setelah semua susunan upacara dilaksanakan, barisan upacara pun dibubarkan. Saat Shani melangkahkan kakinya ke kelas, ia mendengar salah satu anggota OSIS berteriak memerintah semua murid terlambat untuk lari keliling lapangan upacara sebanyak 10 kali. Ia bersyukur karena ia tidak harus lari mengelilingi lapangan sekolah untuk mengawali pagi hari ini. Shani pun dapat melihat ada salah satu murid terlambat yang ada dibarisan belakang dengan keadaan badan lemas dan muka pucat.

"Kamu yang ada dibarisan belakang, ayo lari jangan jalan kaki." teriak sang wakil ketua OSIS yang menjadi koordinator anggota OSIS lainnya untuk mengatur murid yang melanggar peraturan sekolah.

"Maaf kak. Tapi saya udah gak kuat." ucap murid yang berada di barisan paling belakang.

"Ayo tinggal satu putaran lagi. Kalo kamu berhenti saya akan tambah lagi jadi dua kali putaran." ucap tegas Sisca.

"Kak saya bener-bener gak kuat."

"Saya tadi pagi belum sarapan. Karena saya buru-buru berangkat jadi ga sempat sarapan." ucap murid terlambat itu dengan nafas terengah-engah.

"Harusnya kalo kamu buru-buru berangkat, kamu ga terlambat dong."

"Udah jangan banyak alasan. Sekarang kamu lanjut lari atau saya akan tambah hukumnya." ucap Sisca benar-benar dengan nada keras.

"Baik kak." ucap murid itu dengan berat hati.

Tak sampai lima langkah dari hadapan Sisca, murid tersebut jatuh tersungkur tepat dibawah tiang bendera SMA Garuda.

"Shel."

"Lo gapapa kan?" tanya seseorang yang berlari dengan kencang dari tengah lapangan.

"Gapapa kok. Makasih ya Kak Shani udah bantuin Ashel."

"Misi Kak, aku mau lanjut lari. Hukuman aku tinggal satu puturan lagi." ucap siswi bernama Ashel yang berusaha berdiri tanpa bantuan Shani.

"Udah gak usah di lanjutin. Sekarang kita ke kantin ya."

"Gue yakin lo belum sarapan. Badan lo keliatan lemes banget, tuh muka lo juga udah pucet banget." ucap Shani sambil menuntun Ashel agar mengikuti perkataannya untuk menuju kantin.

Saat Ashel dan Shani berjalan beberapa langkah, terdengar suara sang Wakil Ketua OSIS memerintahkan mereka berdua untuk berhenti.

"Mau kemana? Hukuman kamu kan belum selesai." ucap Sisca dengan angkuh.

"Iya Kak. Ini saya mau lanjut lari kok." ucap Ashel yang sudah bersiap berlari kencang untuk segera menyelesaikan hukumannya.

"Stop Shel."

"Lo jangan paksain badan lo. Plis jangan lari lagi ya." ucap Shani yang dengan segera mencegah Ashel untuk lari.

"Masih bisa jalan kan? Udah selesaiin hukumannya pake jalan jongkok aja. Kamu puteran lapangan sekali lagi gak usah lari tapi jalan jongkok."

"Ngerti?" ucap Sisca dengan tegas sambil berbalik badan untuk mengecek murid lainnya yang terlambat.

"Wah, ini orang emang bener-bener sakit sih."

Asa & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang