13

665 73 0
                                    

Melihat Jinan yang masih mendiamkan dirinya,Shani dilanda kebingungan. Karena Shani tak tau harus berbuat apa lagi untuk memperbaiki kesalahannya. Satu-satunya cara adalah nanti sepulang sekolah ia harus datang menemui Jinan diruang OSIS sesuai dengan permintaannya tadi dikantin. Sampai bel pulang sekolah berbunyi tepatnya pukul 15.30 WIB,Jinan dan Shani tidak ada sepatah dua patah kata yang keluar dari mulut masing-masing.

Saat bel pulang sekolah berbunyi, Jinan langsung bergegas merapikan barang miliknya lalu meninggalkan teman sebangku itu begitu saja.

"Marahnya serem banget tu orang. Kayak mau makan orang." batin Shani yang melihat Jinan sudah berjalan meninggalkan dirinya sendirian dikelas.

Tak ingin ketinggalan jejak Jinan, Shani bergegas memasukan buku dan tak lupa bekal yang belum sempat ia makan itu kedalam tas. Bekal yang Bi Ijah buatkan untuknya tak sempat ia makan karena keributan yang terjadi dikantin tadi. Shani hanya sempat meminum susu cokelat yang Bi Ijah siapkan tadi pagi. Sepertinya Bi Ijah tau,Shani tidak akan sempat memakan bekalnya. Jadi Bi Ijah membawakan susu cokelat yang praktis untuk dinikmati walaupun tidak sekencang jika memakan makanan berat. Setelah semua dirasa cukup, Shani melangkahkan kaki keluar kelas untuk menyusul Jinan. Tak lupa juga Shani berjalan keluar kelas sambil memakai jaket hitam kesayangannya itu.

Sesampainya di depan ruang OSIS, Shani hanya melihat sepasang sepatu saja yang ada dirak sepatu ruang OSIS. Tanpa berfikir panjang, Shani langsung melepas sepatu dan menaruhnya didekat sepatu yang tadi ia pandangi. Kemudian masuk lah Shani kedalam ruang OSIS,ini pertama kalinya ia menginjakan kaki disini. Shani melangkah secara perlahan untuk bisa melihat apa saja yang ada ruangan OSIS. Ia bisa melihat banyak sekali piala,foto pengurus anggota OSIS dari tahun ke tahun,dan bagan kepengurusan saat ini.

Disaat Shani ingin melihat bagan kepengurusan itu lebih dekat, ia dikejutkan dengan munculnya seorang gadis berambut panjang dari balik papan bagan tersebut. Mungkin karena terlalu fokus untuk melihat apa saja yang ada dalam diruangan ini,sampai ia lupa bahwa diruangan ini ia tidak sendiri. Ia bersama seseorang pemilik sepatu yang ia amati tadi diluar.

"Lo pikir gue takut liat muka lo kaya gitu. Ga usah dipucet-pucetin gitu. Lo pikir dengan lo pura-pura pucet kayak gini gue bakal takut? Lo lebih nyeremin dari setan." ucap Shani yang melihat wajah Sisca sangat pucat. Pikir Shani, Sisca make up dengan wajah pucat dan berniat untuk menakut-nakuti Shani.

"Eh eh. Lo kenapa? Lo sakit ya?" tanya Shani diiringi dengan gerakan cepat menangkap tubuh Sisca yang hampir jatuh.

"Kayanya gara-gara belom makan deh jadi lemes gini." ucap Sisca yang sudah duduk dikursi sambil memijat kepalanya. Sisca duduk di kursi yang Shani tarik dengan kakinya karena kedua tangannya sedang memeluk tubuh Sisca supaya tidak jatuh.

Shani baru tersadar bahwa nasi goreng yang tadi terkena sasaran bola basket Gracia adalah milik Sisca. Setelah mendengar jawaban Sisca barusan, Shani segera membuka tas untuk mengambil tempat bekal miliknya.

"Nih makan bekal gue. Ini belom gue makan, masih utuh." ucap Shani sambil meletakan tempat bekalnya dihadapan Sisca.

"Ga usah papa. Ntar habis ketemu Jinan gue langsung ke kantin aja." ucap Sisca sambil mendorong tempat bekal Shani ketempat asalnya.

"Mana bisa lo jalan kekantin dengan keadaan kaya gini. Yang ada lo pingsan dijalan."

"Udah makan aja. Tapi sorry kalo udah ga panas,soalnya itu buatnya udah dari pagi." tegas Shani untuk meminta Sisca segera memakan bekal miliknya.

"Bener ni gapapa?Makasih Shan." tanya Sisca sambil membuka tempat bekal Shani. Sedangkan Shani hanya membalasnya dengan anggukan kepala saja. Setelah membuka tempat bekal Shani, Sisca tersenyum dengan lebar. Ternyata isi bekal Shani adalah nasi goreng. Sepertinya Tuhan sudah menetapkan takdir untuk Sisca. Sisca diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menikmati nasi goreng sebagai menu untuk mengisi isi perutnya.

Sudah dua jam berlalu,Jinan tak kunjung datang menemui mereka di ruang OSIS. Sudah banyak waktu yang terbuang baik Shani maupun Sisca untuk menunggu Jinan untuk datang diruang OSIS ini. Mulai dari Sisca membuka tempat bekal Shani hingga ia selesai makan, tidak ada percakapan antara keduanya. Mungkin karena Gracia juga tak datang keruang OSIS,alhasil menciptakan suasana keheningan antara mereka berdua.

"Shan ini tempat bekal lo gue bawa pulang dulu ya. Mau juga cuci dulu." ucap Sisca sambil menutup tempat bekal Shani. Dan lagi-lagi dijawab oleh Shani hanya dengan anggukan saja.

"Ini kayaknya kita dikerjain sama Jinan deh. Ini udah malem loh,Jinan ga dateng-dateng." ucap Shani sambil menujuk smartwatch miliknya.

"Gue cabut duluan." ucap Shani sambil mengambil tasnya dan bergegas pulang karena sudah lelah menunggu Jinan.

Shani sudah berjalan dan menyisakan beberapa jarak antara ia dan Sisca yang masih duduk di kursi. Sesampainya Shani didepan pintu,ia mengurungkan niatnya untuk pulang dan berjalan kearah Sisca.

"Ngapain balik lagi. Ada yang ketinggalan?" tanya Sisca sedikit kebingungan karena tadi Shani sudah berpamitan pulang. Justru sekarang Shani berjalan mendekatinya.

"Lo mau nungguin Jinan sampe jam berapa?" tanya Shani dengan muka datar.

"Sedatengnya Jinan." ucap singkat Sisca.

"Kalo Jinan datengnya tahun depan lo juga bakal pulang tahun depan?" balas Shani dengan nada menyebalkan.

Tak ada jawaban dari Sisca atas ucapan Shani barusan. Sisca benar-benar merasa energi sudah habis untuk berdebat dengan Shani.

"Udah ayo pulang. Jinan udah maafin kita. Dia ga akan laporin kita ke guru BK." ucap Shani sambil berbalik jalan kepintu berniat untuk pulang.

"Eh tunggu Shan." ucap Sisca yang segera bergerak menahan Shani.

"Lo serius gak? Tau darimana Jinan udah maafin kita?" tanya Sisca dengan bersemangat.

Shani menunjukkan isi chatnya dengan Jinan,bahwa Jinan bukan sengaja meninggalkan mereka diruang OSIS. Tetapi Jinan menjelaskan bahwa setelah bel pulang sekolah berbunyi,ia mendapat pesan dari Kepala Sekolah SMA Garuda. Jinan di minta untuk mendampingi beliau untuk berkunjung ke SMA Patriot. Karena mengingat kedua SMA ini mempunyai proyek kerja sama dari masing-masing kepengurusan OSIS. Maka dari itu Kepala Sekolah meminta Jinan yang menjabat sebagai Ketua OSIS menjadi perwakilan dari SMA Garuda untuk menemani beliau.

Setelah Sisca membaca chat itu dengan seksama, ia benar-benar merasa lega karena ia tidak akan dilaporkan oleh Jinan kepada guru BK karena telah membuat kegaduhan di kantin. Shani melihat perubahan ekspresi Sisca ketika sebelum dan sesudah membaca chat dari Jinan merasa heran. Muka Sisca ketika belum ada kabar dari Jinan menunjukan bahwa dirinya seperti orang yang khawatir dan ketakutan. Tetapi ketika Shani melihat muka Sisca setelah membaca chat penjelasan Jinan,ia baru menyadari ternyata gadis yang ada didepannya sekarang memiliki gigi gingsul. Sisca tersenyum dengan sangat bahagia,senyum yang mungkin baru pertama kali Shani lihat. Sepertinya kejadian barusan hanya terjadi setahun sekali atau tidak akan terulang kembali.

"Jadi lo tetep mau disini sampe tahun depan?" tanya Shani sambil membuka pintu ruang OSIS.

"Ya Pulang lah." ucap Sisca dengan bersemangat.

Mereka keluar dari ruang OSIS tidak secara bersamaan. Shani lebih dulu keluar karena dia tidak perlu membereskan barang-barangnya. Sedangkan Sisca ia harus memasukan tempat bekal Shani yang tadi di janjikan akan ia cuci. Alhasil, menyisakan Sisca sendiri di ruang OSIS. Dan Sisca baru menyadari,sedari tadi tidak melihat ada batang hidung Gracia muncul datang ke ruang OSIS.

Setelah memastikan kembali barang bawaannya, Sisca menyempatkan dirinya untuk merapikan ruang OSIS yang sedikit berantakan. Ruangan yang bisa dibilang rumah kedua Sisca sudah tanggung jawab Sisca menjaga dan merawat ruangan ini. Selain karena menjabat seorang Wakil Ketua OSIS, ia cukup risih jika melihat ada barang-barang yang kurang rapi dihadapannya. Jadi ia meluangkan sedikit waktu untuk merapikan dan membersihkan ruang OSIS sebelum dia pulang.

Asa & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang