41

502 69 4
                                    

Begitu banyak hal yang Sisca ketahui dan pelajari dari tempat ini. Sisca bisa mendengar, melihat, dan merasakan seberapa sakitnya yang Mama Shani dan pasien lain rasakan disini. Hari ini Sisca telah merekam didalam otaknya tentang kejadian apa saja yang telah ia alami sedari dia turun dari mobil Shani sampai saat ini ia bertemu dengan dokter yang menangani Arum selama disini.

"Nanti kalo ada apa-apa sama mama tolong kabarin Shani ya dok." ucap pada dokter Tirta yang sedang berdiskusi dengan suster tentang kondisi mamanya sekarang.

"Iya Shan. Pasti dokter dan suster akan jagain Mama kamu." ucap dokter Tirta yang juga sudah sangat akrab dengan Shani.

Mendegar jawaban tersebut, hati Shani agak sedikit lebih tenang untuk meninggalkan mamanya sendiri karena ia harus mengantar Sisca pulang terlebih dahulu. Shani pun mengandeng tangan Sisca untuk menuju kemobilnya dan kemudian membukakan pintu untuk mempersilakan sang kekasihnya itu masuk dan duduk dikursi penumpang. Setelah ia memastikan bahwa sang gadis tenang duduk manis di kursi penumpang mobilnya, ia menutup pintu dan bergegas masuk dan duduk di kursi pengemudi.

"Kenapa kok diem? Kamu risih ya aku ajak kesini." tanya Shani yang menyadari bahwa sikap Sisca yang berubah seketika menjadi seorang yang lebih pendiam dan masih sibuk dalam lamunannya.

"Eh enggak, aku sama sekali gak risih justru aku malah seneng. Aku cuma kaget aja kamu tiba-tiba bawa aku kesini."

"Kaget kenapa?" tanya Shani.

"Em gimana ya, aku binggung cara ngejelasinnya."

"Yaudah gak usah dijelasin, aku tau apa yang ada dipikiran kamu sekarang. Kamu pasti bingung kenapa mama aku ada disini kan? Kamu juga bingung kan kenapa aku sebegitu takutnya kalo sampe mama kambuh pas aku tinggal nemuin dokter dan cuman ada kamu disana."

"Aku bakal ceritain semuanya tapi gak sekarang, nanti pasti ada waktunya kamu bakal tau semua. Yang penting kamu sama mama sekarang udah kenal, aku seneng liat kalian langsung akrab sama mama. Makasih ya udah mau ketemu, jagain dan nerima mama." timpal Shani sambil mengengam eram tangan Sisca.

Menarik Shani kedalam pelukannya, Sisca pun menangis tersendu-sendu. "Aku gak tau apa yang udah dan sedang kamu alami sekarang, aku yakin itu gak mudah buat kamu. Tapi yang jelas aku bakal selalu ada disini, disamping kamu. Kamu punya aku sekarang, jangan pernah ngerasa sendiri."

"I love you," bisik Sisca pada sang kekasih.

"I love you too. Kamu juga jangan pernah ngerasa sendiri, kamu punya aku. Dan kalo kamu butuh apa-apa bilang ke aku pasti aku akan temenin dan aku akan slalu ada buat kamu. Whatever you need I will give you, everything."

"Dan kalo kamu lagi kangen sama Papa, kamu bisa bilang ke aku nanti aku bakal temenin kamu ke makam Papa sekalian ketemu beliau."

Sisca melepas pelukannya secara tiba-tiba dan bertanya, "Kamu tau soal Papa?". Shani pun menganggukan kepalanya dan berkata, "Iya tau. Kemarin waktu kejadian mama kamu begal, tante Ayu cerita semua."

Sisca pun tak kuasa menahan tangisnya dan kembali menangis dalam pelukan Shani.

"Hei, it's oke. I here for you." Shani pun mengeratkan pelukannya untuk menenangkan sang gadis.

Tak butuh waktu lama Sisca pun akhirnya tenang dalam pelukan sang kekasih. Hari ini entah mengapa justru menjadi hari yang sangat emosional bagi mereka. Hari dimana mereka resmi menjadi pasangan kekasih dan hari proses pengenalan mereka, dimana satu persatu cerita atau luka lama dari kedua gadis itu mulai terbuka kembali.

"Yaudah dipake dulu Seat Beltnya." pinta Shani pada Sisca.

Shani yang sedang memutar balikan mobilnya, ia sempat mencuri pandang pada Sisca. Pasalnya, Sisca nampak kesusahan memakai Seat Belt mobil Shani seperti dulu saat pertama kali Sisca di antar pulang Shani mengunakan Mobil Madza 2 miliknya.

Asa & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang