Setelah Shani mengantar Oma masuk kedalam kamarnya untuk beristirahat, ia langsung menghampiri Sisca yang menunggunya di ruang tamu. Mengapa Sisca tak ikut mengantar Oma Shani kekamarnya, menurut Sisca tak etis jika seorang tamu masuk ke kamar pribadi sang pemilik rumah.
"Lo mau nginep disini apa balik?"
"Ya balik lah Shan."
"Yaudah ayo." ajak Shani.
"Mba Sri." panggil Shani pada Mba Sri.
"Iya, apa ada Non?"
"Shani titip Oma ya Mba. Kalo ada apa-apa pokoknya Mba Sri langsung kabarin Shani."
"Iya Non. Non Shani tenang aja, Oma pasti Mba Sri jagain kok."
"Persediaan rumah masih lengkap semua kan Mba?"
"Iya masih kok Non, kemarin Mba juga habis belanja bulanan."
"Nanti kalo Mba Sri atau Oma butuh apa-apa langsung bilang ke Shani aja ya."
"Siap Non." jawab Mba Sri.
"Yaudah kalo gitu, Shani pamit pulang dulu ya Mba. Udah malem juga, Shani harus nganterin Sisca pulang." ucap Shani sambil mencium tangan Mba Sri. Walaupun Mba Sri masih tergolong muda, tetapi ia harus tetap menghormati sebagaimana mestinya.
"Sisca juga pamit ya Mba." ucap Sisca yang mengikuti perilaku Shani dengan sedikit kaku.
"Hati-hati ya Non."
"Non Shani jangan ngebut-ngebut." kata-kata yang Sisca kembali dengar ketika Shani berpamitan dengan seseorang.
Sisca dan Shani pun melangkahkan kaki bersama untuk sampai ke mobil Shani yang terparkir dihalaman depan. Sesampainya mereka didekat mobil, Shani membukan pintu penumpang untuk Sisca. Shani tak melepas genggaman tangan Sisca, justru Shani lebih erat menggenggam tangan Sisca untuk menuntunnya masuk kedalam. Lagi-lagi, tangan Shani seperti sedang disewa Sisca untuk menjaganya dari mara bahaya.
"Lo kalo mau tidur gapapa tidur aja, gue tau lo pasti capek kan. Ntar kalo udah sampe gue bangunin."
"Gak, gue gak mau tidur. Gue trust issue sama lo." ucap Sisca.
"Hah, emang gue kenapa?" tanya Sisca.
"Ya lo tadi tiba-tiba ngajak gue ketempat misterius." balas Sisca.
"Lah tadi kan rumah Oma gue, bukan tempat misterius." jawab Shani.
"Iya gue tau. Cuma kan lo gak to the point kalo mau kerumah Oma lo. Lo juga ngancem gue, kalo gue gak diem lo bakal bawa gue ketempat itu."
"Sekarang gini deh Sis, kita mau debatin ini sampe pagi disini atau kita pulang sekarang?" tanya Shani yang sudah muak dengan omelan Sisca.
"Pulang." jawab singkat Sisca.
"Yaudah makanya diem. Tinggal duduk aja ribet banget, gak usah pake ngomel segala." ucap Shani yang tak kalah kesal.
Tak ada percakapan antara keduanya membuat suasana hening kembali muncul didalam mobil Shani. Shani pun melajukan mobilnya cukup kencang di jalanan menuju rumah Sisca, mengingat sekarang sudah hampir larut malam.
"Shan."
"Kenapa?"
"Oma lo sakit apa sih. Terus kenapa Oma lo gak tinggal bareng sama lo? Em maksud gue, tinggal serumah gitu bareng lo sama keluarga lo."
Shani yang mendengar pertanyaan Sisca barusan, langsung mengalihkan pandangannya ke arah Sisca. Padangan yang awalnya fokus memecah jalanan, kini justru terfokus kepada Sisca. Lebih tepatnya kepada dua bola mata yang menatapnya dengan sepenuh hati seperti benar-benar mengharap jawaban dari Shani.

KAMU SEDANG MEMBACA
Asa & Rasa
Randomcinta tak bisa ditebak datangnya darimana dan untuk siapa dua kepribadian yang berbeda apakah bisa saling mencintai? dua orang yang sama-sama keras kepala apakah bisa bersatu? apakah pertemuan hari pertama yang sangat menyebalkan bisa berujung menja...