15

640 66 2
                                    

Saat jam pelajaran berlangsung tepatnya sebelum bel istirahat pertama berbunyi,Jinan mengajak Shani untuk pergi kekantin. Tetapi lagi-lagi ditolak oleh Shani karena ia membawa bekal untuk kedua kalinya. Bekal yang sudah Bi Ijah siapkan tanpa perintah dari Shani, membuat Shani merasa bersalah jika ia tidak memakannya.

"Lo mau titip apa dikantin? Biar sekalian gue beliin." ucap Jinan yang sudah tak sabar ingin pergi kekantin.

"Gue titip air mineral aja deh." ucap Shani sambil mengeluarkan uang dari dompetnya.

"Air mineral kalo pake duit segini udah dapet satu kardus Shan." ucap Jinan sambil memandang uang seratus ribu yang baru saja keluar dari dompet Shani.

"Lo gapapa sendirian dikelas?" tanya Jinan kepada Shani.

"Harusnya gue yang tanya sama lo. Lo gapapa sendirian ke kantin?" timpal Shani dengan pertanyaan yang hampir mirip.

"Udah sana keburu masuk ntar." ujar Shani melihat Jinan yang tak kunjung menuju ke kantin.

Tak berselang lama setelah Jinan keluar dari kelas, ada suara yang berasal dari ketokan pintu kelas. Benar saja, ada seorang siswi seperti kebingungan karena berulang kali ia mengecek papan diatas pintu yang bertuliskan kelas XII IPS 4. Sepertinya ia sedang memastikan bahwa ini adalah kelas yang ia cari.

"Iya bentar." ucap Shani sambil membukakan pintu kelas lebih lebar.

"Eh Shan,pas banget. Ini gue mau balikin tempat bekal lo."

"Oh iya, ini gue balikin juga seisi-isinya. Tadi pagi gue bikin nasi goreng, tapi maaf kalo rasanya ga sebanding sama rasa nasi goreng kemarin. Sekali lagi makasih ya Shan." ucap Sisca sambil menyerahkan tempat bekal yang ia pinjam kepada yang punya.

"Ini gue harus bayar apa gimana?" tanya Shani sambil menerima tempat bekalnya kembali.

"Gak usah Shan. Yaudah kalo gitu duluan ya Shan." ucap Sisca sambil berbalik badan ingin berjalan kembali ke kelas. Tetapi tiba-tiba Sisca ditahan oleh Shani yang begitu cepat untuk meraih tangannya.

"Sebelumnya makasih udah balikin tempat bekal gue dan isinya juga. Gue jadi berutang budi sama lo. Tapi lain kali lo ga usah repot-repot kaya gini. Soalnya gue ga mau ngerasa berutang budi sama lo." ucap Shani yang mulai perlahan melepaskan tangan Sisca dan mempersilakan Sisca untuk pergi.

Sisca yang sempat berhenti sejenak untuk mendengarkan apa yang ingin Shani katakan sampai ia begitu kuat menahan tangan Sisca. Tetapi memang salah Sisca berekspektasi dengan Shani. Niatnya untuk berbuat baik kepada Shani malah seperti tak dihargai sama sekali. Didalam perjalanannya menuju kelasnya ia bergumam sendiri.

"Manusia gak tau terimakasih"
"Manusia gak tau diri"
"Manusia judes"

Kalimat itu yang ia rapalkan untuk Shani. Sisca sudah benar-benar lelah menghadapi seorang manusia menyebalkan bernama Shani Indira Narendra.

Setelah Sisca menghilang dari pandangannya,ia berjalan ke tempat duduknya. Tetapi saat ia ingin duduk dikursi kelas ia teringat dengan sesuatu. Dia teringat ia memiliki janji dengan seseorang. Shani bergegas mengambil langkah untuk keluar dari kelas XII IPS 4 yang saat ini tak berpenghuni itu. Shani berjalan mengelilingi area sekolah mencari keberadaan seseorang yang ingin ia temui. Kakinya berbenti mendadak ketika ia sudah menemukan seseorang yang ia cari. Orang yang Shani cari adalah Pak Yanto.

"Pak Yanto." ucap Shani sambil berjalan mendekati dimana Pak Yanto berada.

"Eh iya Nak Shani. Ada apa ya?" jawab Pak Yanto yang sedang berusaha berdiri dari kegiatan memotong rumput lapangan sekolah.

"Ini Shani mau ganti kemarin piring yang kemarin jatuh Pak."

"Shani belum sempet beli piring, soalnya kemarin Shani buru-buru pulang terus juga kepikiran bakal nemuin Pak Yanto setelah pulang sekolah."

"Bukan maksud Shani semua bisa diganti pake uang, tapi Shani bener-bener lupa Pak kemarin. Sekali lagi maaf ya Pak Yanto." ucap Shani tanpa jeda.

"Sebetulnya Nak Shani gak usah repot-repot seperti ini. Karena kemarin piringnya pecah bukan salah Nak Shani." ucap Pak Yanto yang berbicara dengan menunduk tanpa melihat Shani.

"Udah gapapa Pak."

"Oh iya,ini seperti biasa Pak." ucap Shani sambil menyodorkan sesuatu pada Pak Yanto.

"Loh kok yang hari ini beda Nak Shani?" ucap Pak Yanto sambil menerima barang tersebut dari Shani.

"Iya ini spesial buat Pak Yanto soalnya." ucap Shani sambil tertawa kecil.

"Makasih ya Nak Shani." ucap Pak Yanto sambil mendukkan badannya.

"Iya Pak Yanto sama-sama."

"Oh ya Pak, Shani boleh minta sesuatu ga dari Pak Yanto?" tanya Shani sebelum ia melangkahkan kakinya untuk kembali ke ruang kelas.

"Iya boleh ada apa?" jawab Pak Yanto kebingungan.

"Pak Yanto mulai sekarang panggil Shani pake nama aja. Pak Yanto gak usah pake embel-embel Non atau Nak lagi."

"Untuk kali ini Shani ga terima penolakan. Kalo Pak Yanto ga mau gapapa sih, cuman Pak Yanto tau lah Shani bakal lakuin apa kalo Pak Yanto nolak permintaan Shani."

"Yaudah Shani balik kelas lagi ya Pak." ucap Shani sambil menepuk bahu Pak Yanto seperti berpamitan padanya,lalu ia meninggalkan Pak Yanto sediri di lapangan.

Pak Yanto yang tak diberi waktu oleh Shani untuk menjawab permintaan dan pernyataannya itu merasa kebingungan. Pak Yanto hanya bisa mengelengkan kepalanya atas perlakuan Shani padanya. Sambil memandangi barang yang Shani berikan padanya,Pak Yanto hanya bisa berterima kasih pada Shani lewat batinnya saja. Karena Shani sudah melangkah jauh meninggalkannya di lapangan yang sangat terik ini.

Asa & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang