42

469 63 1
                                    

"Hai pacar aku."

Shani masuk ke kelas Sisca dengan cara mengendap-endap. Tentu saja dengan sebuah tentengan berisikan bekal sarapan yang telah Bi Surti siapkan untuk sang majikannya yang ia titipkan kepada Shani.

"Shaniii, kamu lupa ya?" ucap Sisca sambil berlari menghampiri Shani yang baru saja menyapanya dengan senyum yang begitu lebar.

"Enggak, aku nggak lupa. Kamu emang pacar aku kan?"

Sisca berusaha untuk menutup mulut sang gadis yang selalu saja mengodanya, "Ssttt. Apaan sih gak lucu ya Shan, kamu lupa ya sama permintaan aku kemarin?"

"Iya-iya. Aku gak lupa kok, aku disuruh acting kan?"

"Ih bukan gitu, bukan suruh acting maksud aku ini masih disekolah Shani jangan aneh-aneh."

"Iya-iya, tenang aja. Tadi aku cek didepan kelas kamu gak ada siapa-siapa kok jadi aman, gak akan ada yang denger dan ganggu kita." ucapnya sambil merapikan anak rambut Sisca yang menghalangi kecantikannya pagi ini.

"Oh iya, ini dari Bi Surti. Katanya kamu bangun kesiangan terus sampe gak sempet sarapan, iya kan?"

"Iya aku tadi kesiangan. Kok tiba-tiba Bi Surti, emang kamu tadi kerumah aku?" ucap Sisca sambil menerima tempat bekal itu. Shani pun hanya mengangguk sambil tersenyum, yang artinya iya benar Shani tadi kerumah Sisca.

"Ngapain?"

Sambil mengerutkan bibirnya Shani berkata, "Ya niatnya mau jemput pacar aku, cuman pacar aku lebih pilih abang ojol dari pada aku."

"Gak usah manyun gitu dong, jelek tau."

"Jelek-jelek gini punya pacar, sorry ya."

"Kamu udah sarapan?" tanya Sisca dan dibalas dengan gelengan kepala dari Shani.

"Yaudah ini kamu aja yang makan."

"Eh gak usah. Itu kan Bi Surti bikin buat kamu, lagian tadi Bi Surti juga bawain aku roti sama susu kok."

"Udah kamu makan?"

"Belom."

"Kenapa belom?"

"Ya tadi kan tadi aku buru-buru, yang ada kalo aku makan dulu bisa telat nanti. Aku takut dimarahin Bu Waketos yang suka jagain didepan gerbang, dia galak banget soalnya."

Mulai lelah dengan sikap Shani yang setiap hari semakin menyebalkan itu, Sisca pun melemparkan pukulan pada bahu sang kekasih sambil berkata, "Ih apaan sih gak lucu."

"Aduh kok dipukul sih. Iya-iya ampun, udah stop. Katanya belum sarapan tapi kok mukulnya udah kenceng banget sih."

"Ya kamu sih nyebelin. Bisa-bisa kamu yang aku makan tau gak!"

"Hahaha, yaudah gih nih dimakan akunya."

"Gak usah ngaco ya kamu."

"Aduh sakit tau dipukulin mulu."

"Jangan nyebelin makanya."

"Iya-iya, maaf ya. Yaudah aku balik kelas, jangan lupa dihabisin itu bekalnya. Kan marah-marah juga butuh tenaga, iya kan bu Waketos?"

"Shaniii...males ah aku sama kamu, nyebelin banget sih kamu."

Shani yang melihat Sisca sedang bersiap untuk melemparkan pukulan keras tepat dibahunya itu langsung mendekat ke arah Sisca dan memeluknya. "Udah jangan marah-marah terus, kan aku udah bilang kalo kamu lagi marah tuh cantiknya nambah."

Sisca pun sebenarnya masih nyaman berada didalam dekapan sang kekasih, tetapi aksi Shani ini ia hentikan begitu saja dengan melepas pelukan erat itu. Seakan Sisca memang benar-benar ini berakting seperti tidak terjadi apa-apa diantara mereka ketika berada di sekolah. Sisca ingin benar-benar menjalani hidup sebagai murid biasa tanpa adanya kekasih di masa-masa terakhirnya di SMA Garuda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asa & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang