40

460 79 1
                                    

"Kok ngeliatinnya kayak gitu sih."

"Mata, otak, sama hati aku lagi ngebiasain natap kamu kayak gini. Biar mereka terbiasa, karena orang yang ada didepan aku sekarang ini udah jadi pacar aku."

"Ih apaan sih lebay deh." ucap Sisca sambil menutup muka sang kekasih itu dengan kedua tangannya.

"Sayang." panggil Shani pada gadis yang duduk dikursi pengumpang mobilnya.

"Hm kenapa?"

"Kamu gak ada acara atau ada urusan lain kan?" tanya Shani yang sudah menyalakan mesin mobilnya.

"Engga ada. Kenapa emangnya?" jawab Sisca sambil menoleh ke arah Shani.

"Aku mau ajak kamu ketemu sama seseorang sebenernya. Tapi kalo kamu gak mau ikut gapapa, aku anter pulang dulu." jawab Shani.

"Aku mau ikut kamu. Tapi jangan sampe malem ya, ntar mama nyariin." jawab Sisca.

"Iya anak mama, gak akan sampe malem kok." jawab Shani sambil mengacak-acak rambut yang gadis yang kini sudah resmi menjadi kekasihnya.

"Ih jangan ngacak-ngacak rambut aku. Aku catokan sama dandan tuh hampir dua jam lho, kamu nih nyebelin banget." kesal Sisca karena aksi Shani yang begitu menyebalkan. "Aku mau tidur aja deh. Males sama kamu, dari tadi aku diisengin terus. Nanti bangunin aku ya kalo udah sampe, jangan ditinggal akunya." ucap Sisca sambil mencari posisi yang nyaman untuk ia tidur di dalam mobil.

"Iya-iya nanti aku bangunin." jawab Shani sambil menjalankan mobilnya keluar dari rumah sang Oma menuju tempat yang akan ia tuju.

Posisi Sisca dari tadi belum berubah sama sekali. Posisi dimana kepalanya ia sandarkan ke kaca pintu mobil samping kirinya dan tangan yang ia silangkan di depan perutnya. Alhasil, Shani memecah kemacetan hanya ditemani oleh playlist lagu kesukannya yang ia putar saat Shani menyadari bahwa orang yang berada disebelahnya itu sudah tertidur pulas. Shani pun jadi lebih leluasa untuk memandang wajah sang kekasih serta menautkan tangannya pada tangan sang kekasih lebih erat. Menyusuri jalan yang begitu padat ini serasa tak masalah jika harus ia lewati bersama sang pujaan hatinya.

"Sis. Eh, sayang. Kita udah sampe bangun yuk." ucap Shani pelan yang sedikit ragu untuk menepuk-nepuk badan Sisca untuk segera bangun.

"Em.. iya. Eh udah sampai ya. Maaf, aku tidurnya lama banget ya. Maaf juga kamu aku tinggal tidur, jadi nyetir sendiri kan gak ada temen ngobrol." ucap Sisca sambil mengucek matanya.

"Iya gapapa. Lagian aku seneng kok kalo kamu tidur tadi. Jadi bisa liatin kamu terus tanpa harus kamu tutup-tutupin mukanya. Aku juga jadi bisa bawa mobil dengan tenang karena gak diomelin." ucap Shani sambil memperagakan jika Sisca sedang ngomel.

"Apaan sih ga jelas banget." pukul Sisca tepat di perut Shani.

"Aw."

"Eh sakit ya sayang. Maaf banget, aku kira tadi gak kena. Ternyata sekencang itu ya sayang, maaf." panik Sisca kepada Shani takut Shani kenapa-napa akibat pukulannya itu.

"Gapapa aku sakit, asalkan yang nyakitin aku itu kamu." ucap Shani sambil memegang perutnya.

"Bodoamat." ucap Sisca yang langsung mengalihkan pandangannya kedepan tak mau lagi menghadap ke arah Shani.

Saat Sisca memfokuskan pandangnya kedepan, ia melihat tepat di depan mobil Shani parkir terdapat plang putih. Sisca membaca dalam hati dan merasa kebingungan kenapa Shani mengajaknya ketempat ini. "Rumah Sakit Jiwa Budi Karsa", tempat yang ternyata ingin Shani kunjungi.

"Ayo turun, kok malah bengong. Katanya jangan sampe malem-malem pulangnya." ucap Shani sambil mematikan mesin mobilnya lalu turun.

Sisca yang masih berada didalam mobil Shani dengan keadaan mulut menganga dan kedua mata yang terbelalak. Pasalnya ia bingung kenapa Shani mengajak ketempat yang tak terduga seperti ini. Sisca pun yang masih memandang plang di depannya itu merasa dikejutkan dengan pintu yang berada disebelahnya terbuka secara tiba-tiba.

Asa & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang