Sorry for typo!
****
Sekarang pukul sebelas siang. Ayah dan Ibu belum kembali, sementara aku sudah mengundang semua tetangga penghuni kompleks dan perumahan di sini.
Dari sepuluh rumah, ada dua yang belum berpenghuni. Kupikir memang sengaja tidak dihuni, rupanya itu rumah mewah yang baru saja dibangun untuk calon pembeli lain.
Aku sudah mengundang delapan tetangga, tinggal si pria matang penghuni rumah di depan sana saja yang belum. Semua tetangga di sini sangat ramah, mereka merespon undanganku dengan baik, bahkan berjanji untuk benar-benar datang.
Tak ada yang memasang tatapan sinis, menandakan mereka senang memiliki tetangga baru meski memang takkan sering-sering mengobrol karena semua orang mempunyai kesibukan masing-masing. Itu sudah pasti, karena orang-orang yang tinggal di kompleks ini takkan mungkin hanya orang-orang pengangguran yang tak memiliki pekerjaan.
Di kasur aku berbaring. Bermain iPad dan macbook, melihat-lihat tugas design yang dosen berikan. Aku sudah menyelesaikannya dari semalam, itu mudah, karena aku memang mencintai jurusanku.
Segala sesuatu yang kita lakukan dengan penuh cinta, takkan membuat kita merasa kesulitan atau keberatan. Itulah mengapa seseorang lebih suka bekerja dalam bidang yang mereka sukai, terutama mereka yang bekerja sesuai dengan hobi yang dimiliki. Itu menyenangkan.
Walau ini rumah dan kamar baru, aku merasa biasa-biasa saja dan tidak sesemangat itu. Kadang, menjadi anak tunggal memang kesepian. Andai aku memiliki setidaknya satu orang adik, mungkin sekarang kami sedang bermain di kamar ini. Tapi tak apa, menjadi anak tunggal dan selalu diutamakan pun adalah impian banyak anak di luar sana. Aku harus bersyukur.
"Apa dia sudah pulang?" Kutinggalkan kasur lalu melongo keluar balkon.
Jauh ke depan sana mataku melihat-lihat. "Itu mobilnya yang tadi. Berarti dia sudah pulang."
Lily, waktunya beraksi. Si tua matang itu sudah kembali.
Semangatku menggebu-gebu. Mari kita keluarkan bakat centil milikku yang mendarah daging ini.
Karena tadi pagi aku sudah mandi air hangat lalu merias wajah, jadi aku tak perlu berdandan lagi. Cukup saja menebalkan lipstick lalu di depan cermin rias aku menggerai rambut, sedikit dibuat berantakkan agar tampak seksi.
Kukulum-kulum bibirku guna meratakan lipstick. Menebalkan juga bulu mataku dengan maskara tidak boleh sampai lupa, bulu mata lentik merupakan salah satu kunci kecantikan.
"Ok. Kau cantik, Lily. Mari kita pancing si tua kaya raya itu."
Cepat-cepat, buru-buru aku menuruni anak tangga. Keluar dari halaman rumah aku lalu menyeberang jalan, 100 meter jarak rumah pria itu dengan rumahku.
Pas sekali cuaca hari ini tidak terlalu panas terik membuat kulitku tampak lebih cerah. Rambutku tak boleh begitu rapi, harus sedikit berantakkan dan itulah kunci seksi.
"Ugh... tampan sekali," kataku. Menyentuh Mercedes Benz milik pria itu yang terpakir di halaman rumahnya.
Sampai. Sekarang di depan pintu aku berdiri. Sebelum menekan bell pintu aku berkaca dulu menggunakan kamera depan ponsel.
"Ya Tuhan, Lily, kau benar-benar cantik. Aku suka warna lipstickmu," ucpaku. Ingat, memuji diri sendiri sangatlah penting. Itu membantu kita untuk semakin percaya diri. Tak perlu menunggu orang lain memuji, segera puji-pujilah dirimu sendiri. Beri dirimu penghargaan atas apa yang kau miliki dan kau perbuat.
Sebelumnya aku menarik napasku dalam-dalam. Bruh, ini terlalu menyenangkan hingga aku sedikit gugup. Fyuhh!
"Uhm!" Kutegakkan pundakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLD MAN : HIS PROPERTY
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! Mature (18+) ‼️ **** Tapi bukankah memang harus begitu? Wanita memang harus dikejar dan diperjuangkan, bukan tugas mereka untuk mengemis cinta di bawah kaki pria. Hanya perempuan tolol yang rel...